Adegan 6 Pengantar Adegan-Adegan pada Film He Named Me Malala.

yang menjadikannya sebagai salah satu bendaharawan hadits yang masih sangat dikenal oleh umat Islam sampai sekarang. Simbol yang muncul adalah Malala. Dalam adegan ini malala muncul dengan membawa harapan akan perubahan bagi kaum perempuan di seluruh dunia dan bagi anak-anak. Malala menjadi simbol harapan mereka yang memiliki nasib sama seperti malala yaitu tidak mendapatkan kehidupan yang layak, tidak mendapatkan kesempatan untuk berekspresi dan tidak memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu.

7. Adegan 7

Gambar 4.7 : Gambar seorang gadis. Pada adegan wawancara ini, Malala menjelaskan bahwa kehidupan yang ia jalani sekarang bukanlah atas kemauan ayahnya ataupun paksaan dari ayahnya, bahkan tidak sedikitpun ayahnya menceritakan kehidupan yang akan ia jalani tersebut. Malala menegaskan bahwa ayahnya hanya memberikan ia nama “Malala”, sedangkan kehidupan yang ia jalani berdasarkan kemauannya sendiri, tidak ada pengaruh dari orang lain, ia melalakukannya dengan hati dan ketulusan sehingga Malala merasa harus terus melanjutkan kehidupannya tersebut. Teknik yang digunakan adalah middle close up. Teknik ini untuk memperdalam gambar dengan lebih menunjukkan profil dari objek yang direkam, misalnya seorang narasumber yang sedang berbicara kemudian teknik ini hanya fokus kepada narasumber saja yang menampilkan profil, bahasa tubuh dan emosi narasumber yang bisa terlihat dengan jelas. Adegan ini diambil pada durasi ke 1:22:40. Tanda ikon yang ditampilkan adalah seorang wanita dengan memakai hijab berwarna merah. Gambar tersebut adalah Malala Yousafzai. Sedangkan indeks yang muncul pada adegan di atas adalah ekspresi wajah Malala yang terlihat sangat tenang menandakan bahwa ia sangat rileks, artinya bahwa kehidupan yang ia jalani memang benar-benar pilihannya sendiri. Simbol yang mucul pada adegan di atas menampilkan hijab berwarna merah yang menandakan keberanian. Keberanian yang dimaksud di sini adalah keberanian untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Dengan kata lain kehidupan yang telah Malala pilih bukan karena paksaan orang lain dan pilihan tersebut dipilihnya berdasarkan keberaniannya dalam membuat keputusan. Bagi kaum wanita, kebebasan dalam menentukan nasibnya sendiri merupakan hak yang sudah sepatutnya mereka dapatkan. Sejarah mencatat tentang kisah Asiyah Binti Muzahim, seorang istri dari suami seorang kafir bernama Fir’aun. Meski ia telah disiksa oleh suaminya karena menyembah Tuhan selain dirinya. Akan tetapi keimanan Asiyah tetap kokoh dan tidak goncang sedikitpun. Allah mengabadikannya dalam Al- Qur’an:                           Artinya: “dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yan g zhalim.” Q.S. At-Tahrim: 11. 16 Kebebasan menentukan nasib yang dilakukan Malala tentu bukan kebebasan bertindak sewenang-wenang dan merugikan orang lain. Kebebasan yang Malala pilih atas dasar Islam yang mengajarkan akan pentingnya hubungan antarmanusia. Sebagai wanita, Malala bebas mengaktualisasikan kebebasanya sebagai manusia, baik dalam kapasitasnya sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. 16 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 561.

8. Adegan 8

Gambar 4.8 : Malala berpidato saat meraih Penghargaan Nobel. Penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2014 digelar di ibukota Norwegia, Oslo. Nobel Perdamaian tersebut diberikan kepada 2 orang, yaitu Kailash Satyarthi, lelaki berusia 60 tahun dari India dan Malala Yousafzai, gadis berusia 17 tahun dari Pakistan. Malala merupakan penerima Nobel termuda sejak penghargaan yang diambil dari nama Alfred Nobel itu pertama kali diadakan pada tahun 1901. Dalam pidatonya, Malala berkata: “Ini adalah welas asih yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, Yesus Kristus dan Budha. Ini adalah warisan perubahan yang diturunkan pada saya oleh Martin Luther King, Nelson Mandela dan Muhammad Ali Jinnah. Ini adalah filosofi anti kekerasan yang diajarkan Gandhi, Bacha Khan, dan Bunda Teresa. Ini adalah semangat memberi maaf yang diajarkan ayah dan ibu saya. Ini adalah apa yang dibisikkan jiwa saya pada saya, damailah dan cintailah semua orang. 17 17 Pidato.Net, “Pidato Malala: New York.” Artikel diakses pada 18 September 2016 dari http:pidato.net5959_malala-new-york pukul 11:15 WIB.