8. Adegan 8
Gambar 4.8 : Malala berpidato saat meraih Penghargaan Nobel.
Penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2014 digelar di ibukota Norwegia, Oslo. Nobel Perdamaian tersebut diberikan kepada 2 orang,
yaitu Kailash Satyarthi, lelaki berusia 60 tahun dari India dan Malala Yousafzai, gadis berusia 17 tahun dari Pakistan. Malala merupakan
penerima Nobel termuda sejak penghargaan yang diambil dari nama Alfred Nobel itu pertama kali diadakan pada tahun 1901. Dalam
pidatonya, Malala berkata:
“Ini adalah welas asih yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, Yesus
Kristus dan Budha. Ini adalah warisan perubahan yang diturunkan pada saya oleh Martin Luther King, Nelson Mandela dan Muhammad
Ali Jinnah. Ini adalah filosofi anti kekerasan yang diajarkan Gandhi, Bacha Khan, dan Bunda Teresa. Ini adalah semangat memberi maaf
yang diajarkan ayah dan ibu saya. Ini adalah apa yang dibisikkan jiwa saya pada saya, damailah dan cintailah semua orang.
17
17
Pidato.Net, “Pidato Malala: New York.” Artikel diakses pada 18 September 2016 dari http:pidato.net5959_malala-new-york pukul 11:15 WIB.
Pada penghargaan Nobel Perdamaian di Oslo, Nigeria tersebut disaksikan oleh banyak orang, tidak terkecuali kedua orangtua Malala dan
beberapa gadis yang juga ikut menyaksikan acara penghargaan tersebut.
Teknik pada adegan ini menggunakan Teknik close up. ini adalah komposisi gambar yang paling popular. Teknik ini merekam gambar
penuh dengan menampilkan leher hingga ke ujung batas kepala. Digunakan sebagai komposisi gambar yang paling baik untuk
menggambarkan reaksi atau emosi seseorang dari sebuah adegan. Adegan ini diambil pada durasi 1:24:42.
Tanda ikon yang ditampilkan pada gambar di atas adalah Malala
Yousafzai, sedangkan indeks pada gambar di atas adalah pada teks “Saya
Malala,
tapi saya juga Shazia.” Pada teks tersebut Malala menyebutkan nama ‘Shazia’, Shazia adalah teman Malala yang pada saat kejadian
penembakan tersebut, ia berada di samping Malala. Shazia juga mengalami hal yang sama seperti Malala. Ia tertembak di bagian lengan
kirinya. Pada pidato tersebut, Malala menyebutkan perempuan-perempuan
yang pernah ia kenal selama ia melakukan kunjungan ke berbagai negara. Malala sengaja menyebutkan nama-nama mereka dengan maksud bahwa
penghargaan Nobel tersebut bukan hanya untuk dirinya. Akan tetapi penghargaan tersebut ia dedikasikan untuk semua perempuan yang
melakukan hal sama seperti dirinya, yaitu memperjuangkan hak-haknya.
Sementara tanda simbol pada gambar di atas adalah dua microphone yang berada di dekat mulut Malala. Microphone tersebut berguna untuk
mengeraskan suara orang yang memakainya. Biasanya digunakan untuk berpidato atau memberikan pengumuman kepada orang banyak dengan
tujuan agar suara pemakainya dapat didengar oleh para hadirin. Nobel Perdamaian yang diraih Malala ini merupakan simbol
perdamaian yang selalu didambakan oleh Malala, perjuangannya yang gigih untuk mengangkat derajat perempuan dan anak-anak mendapat
apresiasi dari komite Nobel di Norwegia. Perdamaian dalam Islam sangat dianjurkan, Allah berfirman:
Artinya:
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Q.S. Al-Hujuraat: 13.
18
Dalam ayat ini yang dimaksud manusia adalah pengertian secara umum. Setiap suku, bangsa dan agama. Allah menyeru kepada kaum
muslimin, Kristen, hindu, budha dan sebagainya untuk saling mengenal, bukan untuk saling berperang satu sama lain. Maka jelas perintah Allah
18
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 517.
menjadikan manusia berbeda jenis kelamin, berbeda suku bangsa adalah untuk saling mengenal.
Dalam kutipan pidatonya di atas, Malala sengaja menyebutkan tokoh- tokoh paling berpengaruh di agamanya masing-masing seperti Nabi
Muhammad SAW dalam Islam, Yesus Kristus dalam Kristen dan Budha yang sama-sama mengajarkan kasih sayang dan perdamaian sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam hal hubungan dengan manusia, Islam tidak mengajarkan isolasi total dari bangsa-bangsa lain yang memiliki
perbedaan keyakinan dan suku. Dinyatakan dalam kata-kata yang jelas dalam Al-Quran Suci bahwa
bukan hanya kaum Muslimin yang berdiri teguh dengan kebenaran dan memperingatkan serta memberikan keadilan dengan benar tetapi ada juga
orang-orang dari penganut agama-agama lain yang berbuat sama. Merujuk ada seluruh agama di dunia, pada umumnya, Al-Quran menyatakan:
Artinya:
“dan di antara orang
-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu pula
mereka menjalankan keadilan.”
Q.S. Al-
A’raf: 181.
19
Inilah sikap yang seluruh agama di dunia hari ini harus menerapkan untuk meningkatkan nilai hubungan dengan agama-agama lain.
Kedamaian agama dan kerukunan masyakat tidak dapat diperoleh tanpa
19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 174.