Masyarakat juga tida memiliki persepsi yang negatif kepada petugas penyedia pelayanan.
Subyektivikasi dalam memberikan pelayanan hendaknya menjadi cermin setiap penyedia pelayanan. Karena ketika seseorang sudah terikat
pada suatu dinasinstansi yang dalam menjalankan tugas, kewajiban dan wewenangnya diatur dengan aturan-aturan hukum secara jelas maka orang
tersebut memiliki kewajiban untuk loyal dan taat pada dinas atau instansi tempat bekerja. Ketaatan dan keloyalan perlu di subyektivikasikan pada
setiap sikap dan perilaku nyata dalam bentuk memberikan pelayanan yang prima kepada pengguna layanan. Sehingga seseorang dalam bersikap dan
berperilaku mendapatkan predikat bermoral.
13. Tidak Ada Markah Jalan Tanda yang Berupa Garis-Garis Penunjuk
di Tengah Jalan atau Ada Markah Tetapi Sudah Tidak Jelas
Markah jalan merupakan tanda yang berupa garis-garis penunjuk di tengah jalan. Garis-garis penunjuk itu memberikan petunjuk kepada
pengguna jalan kapan pengguna jalan boleh menyelip dan kapan tidak boleh menyelip. Markah jalan yang sudah tidak terlihat, jalan yang perlu
di kasih markah juga menjadi pemicu munculnya keluhan dari masyarakat khususnya pengguna jalan. Contoh keluhan masyarakat yang berkaitan
dengan markah jalan adalah sebagai berikut: 39
“Mohon instansi terkait jalan woltermonginsidi dicat ulang markahnya”Laporan POKJA II, 26-12-2009.
40 “Jalan Jrakah-Boja yang gak ada medianya mbok diberi garis
marka saja. Biar jalur kanan kiri jelas”Diambil Dari Buku Aduan
P5 Tahun 2010 Nomor Aduan 119. Kondisi jalan yang dilengkapi dengan markah yang jelas
merupakan dambaan setiap pengguna jalan. Tugas pemerintah tidak sedikit, sehingga peran masyarakat pengguna jalan hendaknya bersama-
sama saling menjaga, memberitahu untuk menciptakan kondisi yang lebih baik. Kondisi jalan yang tidak ada markah atau perlu diberi markah seperti
pada keluhan 39 dan 40 diatas, memunculkan beberapa persepsi. Pertama, pemerintah tidak tahu kalu markah sudah tidak kelihatan. Kedua,
pemerintah tahu tetapi sumber dana belum cukup untuk membuat atau memperbaiki markah. Ketiga, pemerintah tahu menganggap memperbaiki
markah dan membuat markah seperti keluhan nomor 40 di atas tidak penting.
14. Keberadaan Baliho yang Dirasa Kurang Representatif
Baliho yang sudah rusak, baliho yang dipasang sak kepenake dewe tanpa aturan dan terkesan semrawut istilah jawa, baliho yang
mengganggu pemandangan warga menjadi pemicu munculnya keluhan masyarakat. Keluhan jenis ini dapat terlihat pada contoh keluhan berikut
ini: 41
“Baliho raksasa sebuah partai yang dipasang di depan Wonderia mengganggu pemandangan jalan” Laporan Tahunan P5 Tahun
2009.
Kondisi lingkungan yang indah tentu menjadi dambaan setiap orang. Pada contoh keluhan nomor 41 di atas memunculkan beberapa
persepsi dari peneliti. Karena melihat keluhan yang dilayangkan adalah mengenai baliho yang di dalamnya ada gambar sebuah partai. Pertama,
perlu dilihat ulang apakah baliho itu benar-benar mengganggu pemandangan jalan. Jika mengganggu maka pemerintah mengambil
langkah yang sudah sepantasnya. Kedua, apakah keluhan itu muncul sengaja dimunculkan oleh lawan politik partai yang merasa dirinya
tersaingi oleh keberadaan partai tersebut.
15. Keberadaan Orang Stress atau Gila