Usaha yang Dilakukan Pemerintah Kota Semarang Untuk Mengatasi

perlindungan hukum dan perlakuan yang wajar baik kepada pelapor maupun terlapor.

D. Usaha yang Dilakukan Pemerintah Kota Semarang Untuk Mengatasi

Hambatan Dalam Penangan Komplain Keluhan Masyarakat Dalam Upayanya untuk Mewujudkan Tata Pamong yang Baik Good Governance di Kota Semarang Untuk menampung segala aspirasi masyarakat, dalam rangka untuk memperbaiki pelayanan yang baik kepada masyarakat tentu sangat penting sekali keluhan dikelolah dengan baik, benar dan tepat. Kota Semarang memiliki wilayah yang cukup luas dan memiliki karakteristik masyarakat yang berbeda-beda. Warga masyarakat ada yang berpendidikan tinggi dan ada yang rendah. Masyarakat Kota Semarang ada yang sudah melek teknologi dan juga ada yang belum. Lokasi Kota Semarang ada yang mudah dijangkau dan juga ada yang agak sulit dijangkau. Warga masyarakat Kota Semarang memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Sehingga dalam menangani keluhan dari masyarakat yang berbeda-beda karakternya, yang berbeda-beda kebutuhannya tentu tidak luput dari hal-hal yang menghambat penanganan pengaduan. Hal-hal yang dapat menghambat penanganan pengaduan adalah Informasi yang tidak jelas sehingga membuat aduan tidak dapat diproses. Misalnya data pengadu tidak jelas, nomor telepon pengadu tidak dapat dihubungi dan lain-lain. Sehingga menghambat koordinasi petugas yang menangani pengaduan kepada pihak pengadu. Berdasarkan hasil wawancara kepada Ibu Wayem pada hari jum‘at tanggal 28 Januari 2011 misalnya yang terjadi pada pengaduan dalam bidang pendidikan sebagai berikut: ―Pengaduan dalam bidang pendidikan pengadu sering tidak dapat dihubungi. Sebab yang mengadu dimungkinkan adalah orang tua siswa yang memiliki anak sekolah. Hal ini mungkin dikarenakan orang tua juga kuwatir akan berimbas kepada anaknya. Pihak teradu juga jika ditanya tidak pernah melakukan pemungutan biaya‖. Kurangnya responsivitas dari SKPD teradu untuk dimintai koordinasinya terkait dengan pengaduan yang masuk di P5. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Joko wawancara tanggal 29 Juli 2010 bahwa : ―masih adanya beberapa dinas atau instansi yang kurang tanggap terhadap adanya pengaduan‖ Menurut bapak A. Puji Raharjo tanggal 28 Januari 2011, apabila ada dinas atau instansi yang kurang responsif, tindakan yang dilakukan oleh P5 adalah sebagai berikut: ―bila ada pengaduan yang tidak menjadi kewenangan pemerintah kota, tapi di laporkan ke P5. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut yang dilakukan adalah menjalin koordinasi dengan instansi diluar pemerintah kota agar agar menyampaikan atau menyelesaikan keluhan masyarakat‖. Lebih lanjut Bapak Puji menyatakan bahwa: ―jika dinas kurang responsif maka P5 memberitahu kepada instansi terkait untuk menanggapi atau diadakan rakor penyelesaian permasalahan‖. Kurangnya sumberdaya manusia pemberi pelayanan baik itu pada tataran front line maupun dibagian proses perijinan dinasinstansi. Hal tersebut terlihat dari keluhan yang dilayangkan ke masyarakat. misalnya masyarakat ragu dengan kemampuan petugas yang melayani. Selain itu, yang juga menghambat penanganan pengaduan di Kota semarang adalah terbatasnya sarana dan prasaranan penunjang penanganan pengaduan berupa kendaraan roda dua laporan P5 Tahun 2009. Sehingga ketika ingin menggunakannya masing-masing POKJA harus bergantian. Tidak semua masyarakat tahu dimana penanganan pengaduan pelayanan publik Kota Semarang. Sehingga tidak adanya pengaduan yang masuk di beberapa dinasinstansi yang ada tidak dapat dijadikan indikator bahwa pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sudah baik. Agar masyarakat dapat melayangkan pengaduannya dengan benar dan pada dinas atau instansi yang tepat, maka P5 mengadakan sosialisasi penanganan pengaduan pelayanan publik Kota Semarang kepada masyarakat. Misalnya sosialisai yang dilakukan P5 bidang pendidika dengan peserta kepala sekolah SD, SMP, SMA, dan kepalah UPTD se Kota Semarang. Ungkap pegawai P5 Bapak Joko Pranoto bahwa: ―sosialisai dilakukan dengan tujuan agar tercipta jalinan koordinasi antara pemerintah sebagai penyedia layanan dengan masyarakat sebagai pengguna pelayanan. Misalnya yang sudah dilakukan adalah dengan memberikan sosialisasi penanganan pengaduan pelayanan pengaduan dalam bidang pendidikan dengan peserta kepala SD negeri, SMP negeri, SMA negeri, SMK negeri, dan UPTD se Kota Semarang yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap penanganan pengaduan pelayanan publik khususnya di masing-masing sekolah negeri sekota Semarang‖ wawancara tanggal 29 Juli 2010. Hal senada juga terungkap dalam sambutan pidatonya Bapak Walikota Semarang Sukawi Sutarip, S.H. SE pada acara sosialisasi penanganan pengaduan lingkup pendidikan pada Tanggal 3 November 2009 saat beliau masih menjabat sebagai Walikota Semarang. Beliau mengatakan bahwa: ―……….,agar masyarakat dan aparatur pemerintahan yang berkompeten di bidang pendidikan memiliki pemahaman yang sama tentang pelayanan di bidang pendidikan termasuk didalamnya tentang prosedur penanganan pengaduan, maka kegiatan seperti sosialisai kali ini merupakan langkah strategis yang perlu dilakukan.‖

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat peneliti simpulkan bahwa: 1. Persoalan yang memunculkan keluhan adalah disebabkan karena pelayanan baik jasa maupun non jasa dari penyedia pelayanan pemerintah Kota Semarang belum sesuai dengan harapan masyarakat. Selain itu, keluhan muncul disebabkan karena penyedia pelayanan maupun pengguna layanan yang melanggar hak pegguna layanan yang lain. Persoalan yang menyebabkan munculnya keluhan di Kota Semarang adalah menyangkut biaya pelayanan yang tidak wajar, biaya pelayanan yang tidak pasti, pungutan liar pungli, kebijakan atau peraturan daerah yang kurang mencerminkan aspirasi masyarakat, keberadaan pengamen dan pengemis jalanan yang meresahkan, keberadaan PKL, warung atau bangunan di badan jalan atau di bantaran sungai, perijinan membangun bangunan tanpa izin IMB, usaha dengan memanfaatkan fasilitas perumahan, sikap petugas pemberi pelayanan, kompetensi petugas pemberi pelayanan, pelayanan yang kurang cepat, jadwal pelayanan yang tidak pasti dan pelayanan yang berbelit-belit, keadilan dalam memberikan pelayanan, kedisiplinan petugas penyedia pelayanan, tidak ada markah jalan tanda yang berupa garis-garis penunjuk atau ada tetapi tidak jelas, keberadaan 125

Dokumen yang terkait

Implikasi Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Terhadap Efektivitas Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai).

13 180 165

TESIS OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

0 4 16

PENDAHULUAN OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

0 4 19

TINJAUAN PUSTAKA OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

1 8 45

PENUTUP OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

0 3 7

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBDES UNTUK MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG GOOD GOVERNANCE Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan APBDes Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Good Governance (Studi Kasus Di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten

0 2 15

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBDES UNTUK MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG GOOD GOVERNANCE Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan APBDes Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Good Governance (Studi Kasus Di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabu

0 6 20

PERAN KEPEMIMPINAN LURAH DALAM MEWUJUDKAN TATA KELOLA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE ) DI KELURAHAN LALANG KECAMATAN RAMBUTAN KOTA TEBING TINGGI.

19 59 24

Strategi Pemberdayaan Birokrasi Daerah untuk Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Baik

0 1 10

TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNMENT) DAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) DALAM IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH - Repository IPDN

0 0 25