Biaya Pelayanan yang Tidak Pasti

pelayanan publik dalam menentukan tarif pelayanan publik tidak memperhatikan kondisi masyarakat pengguna layanan. Penyelenggara pelayanan seharusnya tahu karakteristik pengguna layanan dan biaya tarif pelayanan yang dirasa masyarakat mampu membayar dan tidak memberatkan. Biaya tarif pelayanan hendaknya dilakukan secara transparan. Sehingga tidak memunculkan banyak persepsi negatif dari masyarakat. Hubungan yang mencerminkan keharmonisan, keseimbangan, keselarasan, kedamaian, keadilan antara penyedia pelayanan dengan pengguna pelayanan akan terwujud.

2. Biaya Pelayanan yang Tidak Pasti

Biaya pelayanan yang tidak pasti juga menjadi salah satu penyebab munculnya keluhan dari masyarakat. Keluhan yang menyangkut biaya pelayanan yang tidak pasti dapat terlihat pada contoh keluhan di bawah ini: 8 “Katanya masuk SD gratis, Kok SD Gisikdrono 01 dipungut Rp.300.000,- ” Diambil Dari Buku Agenda P5 Tahun 2010 Nomor Aduan 364. 9 “Di kelurahan Tanjung Emas ada tulisan gratis ngurus surat, tapi disuruh bayar Rp. 3000,-, di Kecamatan Semarang utara mendapat resi nominal Rp. 2000,- tapi diminta Rp. 5000,- ”Laporan Tahunan P5 Tahun 2009. Biya pelayanan yang tidak pasti seperti pada keluhan nomor 8 delapan di atas terlihat bahwa katanya masuk SD gratis tetapi masih dipungut Rp. 300.000,-. Pada keluhan nomor 9 Sembilan ada tulisan gratis ngurus surat tetapi disuruh bayar Rp. 3000,-, di dalam resi tertulis Rp. 2000,- tetapi diminta bayar Rp. 5000,-. Pada contoh keluhan delapan dan Sembilan di atas memunculkan persepsi yang bermacam-macam. Misalnya pada keluhan nomor delapan apakah masuk SD gratis itu mencakup seluruh biaya pendidikan dan sarana pendidikan, apakah hanya biaya masuknya saja yang gratis sedangkan untuk biaya yang lain tetap dipungut biaya, bahkan atau ada pihak-pihak tertentu yang sengaja ingin mengambil manfaat pada hal tersebut. Berbeda dengan keluhan nomor sembilan di atas, jelas tertulis biaya mengurus surat gratis tetapi masih dipungut Rp. 3000,-, jelas di resi tertulis Rp. 2000,- tetapi disuruh membayar Rp. 3000,-. Kalau memang sudah jelas tertulis gratis atau membayar dengan nominal tertentu seharusnya penyedia pelayanan menjalankan itu. Kalau memang diminta membayar hendaknya jumlah biaya jelas dan akan digunakan untuk apa biaya hasil pungutan. Pemungutan tarif seharusnya diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. Sehingga tidak memicu munculnya keluhan masyarakat yang berakibat pada berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap penyedia layanan.

3. Pungutan Liar Pungli

Dokumen yang terkait

Implikasi Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Terhadap Efektivitas Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai).

13 180 165

TESIS OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

0 4 16

PENDAHULUAN OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

0 4 19

TINJAUAN PUSTAKA OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

1 8 45

PENUTUP OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

0 3 7

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBDES UNTUK MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG GOOD GOVERNANCE Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan APBDes Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Good Governance (Studi Kasus Di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten

0 2 15

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBDES UNTUK MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG GOOD GOVERNANCE Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan APBDes Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Good Governance (Studi Kasus Di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabu

0 6 20

PERAN KEPEMIMPINAN LURAH DALAM MEWUJUDKAN TATA KELOLA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE ) DI KELURAHAN LALANG KECAMATAN RAMBUTAN KOTA TEBING TINGGI.

19 59 24

Strategi Pemberdayaan Birokrasi Daerah untuk Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Baik

0 1 10

TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNMENT) DAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) DALAM IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH - Repository IPDN

0 0 25