Keadilan Dalam Memberikan Pelayanan Kedisiplinan Petugas Penyedia Layanan

Rahmayanti 2010:119 mengatakan bahwa sikap yang anda sampaikan akan sama dengan sikap yang anda terima kembali. Jadi ketika penyedia layanan dalam menyediakan layanan dengan sikap baik maka pengguna layanan juga akan bersikap baik.

11. Keadilan Dalam Memberikan Pelayanan

Contoh keluhan yang muncul yang berkaitan masih adanya ketidak adilan dalam memberikan pelayanan masyarakat adalah sebagai berikut: 36 “Penertiban jangan tebang pilih masak yang di jalan Moch. Suyudi gak dibongkar, yang di jalan seteran di bongkar”Laporan Bulan Desember 2009. Pada contoh kasus keluhan nomor 36 di atas, keluhan muncul dapat diakibatkan oleh pemerintah yang tidak tahu dan masyarakat tidak memberi tahu, pemerintah tahu memang sengaja pura-pura tidak tahu, atau pemerintah tahu sengaja membiarkanya. Namun, dengan munculnya keluhan di atas keluhan nomor 36 pemerintah Kota Semarang tentu mengambil sikap sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Tanpa menciderai prinsip keadilan dalam penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. Perbedaan ras, golongan, suku, agama, kaya, miskin, tua, muda, laki-laki, perempuan harus diberikan tanpa adannya diskriminasi. Peran masyarakat sangat penting sekali bersama-sama dengan pemerintah dalam menciptakan pemerintahan yang lebih baik.

12. Kedisiplinan Petugas Penyedia Layanan

Petugas yang tidak disiplin merupakan salah-satu penyebab munculnya keluhan. Contoh keluhan masyarakat yang berhubungan dengan kedisiplinan petugas pemberi layanan kepada masyarakat adalah seperti pada keluhan dibawah ini: 37 “Sebetulnya pelayanan publik buka jam berapa, masak di Kecamatan Gunungpati jam 8.30 belum ada petugasnya”Laporan Bulan April 2009. 38 “Tolong ditindak tegas pegawai kecamatan yang datang telat, khususnya yang bagian KTP”Laporan Oktober 2009. Dengan munculnya keluhan masyarakat seperti pada keluhan nomor 37 dan 38 di atas, memberikan masukan kepada pemerintah Kota Semarang untuk bersikap lebih tegas terhadap pegawai-pegawai yang menyimpang. Agar sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan. Karena pegawai yang ada di dalam birokrasi memiliki etika birokrasi. Etika birokrasi merupakan aturan main yang disepakati sebagai norma standar kinerja yang berlaku di lingkungan birokrasi Suryokusumo:2009. Punishmen kepada pegawai-pegawai yang menyimpang mulai dari peringatan hingga sampai pemecatan sebagai pegawai perlu dilakukan. Dengan mengisi petugas yang lebih siap dan sigap dalam memberikan pelayanan. Agar masyarakat tidak terbengkalai dengan hanya menunggu dan menghabiskan waktu dengan percuma. Pada keluhan nomor 37 diatas perlu di dalami lagi apakah alasan jam 8.30 petugas belum datang. Apabila memang ada alasan yang logis dan dapat dipertanggung jawabkan hendaknya diinformasikan kepada masyarakat. Minimal menuliskan di papan pengumuman. Sehingga masyarakat tahu jam 8.30 petugas belum datang dengan alasan yang jelas. Masyarakat juga tida memiliki persepsi yang negatif kepada petugas penyedia pelayanan. Subyektivikasi dalam memberikan pelayanan hendaknya menjadi cermin setiap penyedia pelayanan. Karena ketika seseorang sudah terikat pada suatu dinasinstansi yang dalam menjalankan tugas, kewajiban dan wewenangnya diatur dengan aturan-aturan hukum secara jelas maka orang tersebut memiliki kewajiban untuk loyal dan taat pada dinas atau instansi tempat bekerja. Ketaatan dan keloyalan perlu di subyektivikasikan pada setiap sikap dan perilaku nyata dalam bentuk memberikan pelayanan yang prima kepada pengguna layanan. Sehingga seseorang dalam bersikap dan berperilaku mendapatkan predikat bermoral.

13. Tidak Ada Markah Jalan Tanda yang Berupa Garis-Garis Penunjuk

Dokumen yang terkait

Implikasi Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Terhadap Efektivitas Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai).

13 180 165

TESIS OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

0 4 16

PENDAHULUAN OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

0 4 19

TINJAUAN PUSTAKA OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

1 8 45

PENUTUP OPTIMALISASI PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN MAGELANG DALAM MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE).

0 3 7

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBDES UNTUK MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG GOOD GOVERNANCE Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan APBDes Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Good Governance (Studi Kasus Di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabupaten

0 2 15

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBDES UNTUK MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG GOOD GOVERNANCE Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan APBDes Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Good Governance (Studi Kasus Di Desa Banyuurip Kecamatan Klego Kabu

0 6 20

PERAN KEPEMIMPINAN LURAH DALAM MEWUJUDKAN TATA KELOLA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE ) DI KELURAHAN LALANG KECAMATAN RAMBUTAN KOTA TEBING TINGGI.

19 59 24

Strategi Pemberdayaan Birokrasi Daerah untuk Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Baik

0 1 10

TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNMENT) DAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) DALAM IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH - Repository IPDN

0 0 25