Perencanaan Penggunaan Lahan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut .1 Dasar Pengembangan Wilayah

d. Pergeseran dari orientasi daratan menuju ke orientasi daratan dan kepulauan. Pengembangan wilayah di masa datang perlu mempertimbangkan akses dari simpul ke simpul, sumberdaya alam di laut yang bersifat dinami s, serta keterkaitan antara pemanfaatan sumberdaya alam dan kewenangan masyarakat lokal.

2.3.2 Perencanaan Penggunaan Lahan

Lahan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Sedemikian pentingnya nilai lahan, hingga seringkali muncul konflik di antara berbagai stakeholders yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan dalam pemanfaatan lahan. Potensi penggunaan lahan sangat beragam, mulai dari pertanian, pertambangan, kehutanan dan perlindungan alam serta industri dan perkotaan. Pengambilan keputusan yang tepat dalam pemanfaatan lahan seringkali menjadi persoalan penting dalam masyarakat modern Verheye, 1997. Perencanaan penggunaan lahan land-use planning merupakan proses penilaian secara sistematis terhadap potensi lahan, alternatif penggunaan lahan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam rangka menetapkan opsi penggunaan lahan terbaik. Perencanaan penggunaan lahan selalu berhubungan dengan beberapa aktivitas seperti penetapan penggunaan lahan untuk masa yang akan datang physical planning, peningkatan kondisi fisik lahan land development dan penetapan metode pengelolaan lahan land management van Lier, 1998. Aktivitas ini menurut Johnsons dan Cramb 1996 membutuhkan informasi yang tepat yang terkait dengan aspek biofisik, ekonomi dan sosial. Tanpa dukungan data yang akurat, perencanaan tidak akan berhasil mencapai tujuan societal goals yang diinginkan. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, perencanaan penggunaan lahan menempati posisi yang sangat sentral. Perencanaan penggunaan lahan selalu dihadapkan pada dua dimensi yang saling bertentangan, yaitu konservasi ekologi dan pertumbuhan ekonomi. Keberlanjutan sustainability sebagai tujuan utama perencanaan penggunaan lahan sering kali menjadi dilema manakala kedua kepentingan yang saling bertentangan ini harus disatukan. Menanggapi hal tersebut, van Lier 1998 optimis akan tetap bisa dilaksanakan apabila para pelaku ekonomi merasa diri sebagai bagian dari lingkungan sehingga kesejahteraan ekonomi tidak akan pernah bisa dicapai tanpa langkah-langkah nyata perlindungan terhadap lingkungan dan basis sumberdaya yang ada. Demikian juga perlunya penanaman kesadaran bahwa keuntungan ekonomi jangka panjang hanya dapat diraih apabila tercipta keseimbangan lingkungan dan sumberdaya secara dinamik. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan juga diperlukan sebagai prasyarat bagi terciptanya keseimbangan lingkungan dan sumberdaya. Van Lier 1998 mengusulkan konsep spasial untuk menjembatani kesenjangan antara kepentingan konservasi dengan pertumbuhan ekonomi dalam rangka mencapai tujuan keberlanjutan. Konsep ini didekati dari 3 subkonsep, yaitu konsep integrasi vs segregasi integration vs segregation concept; konsep kerangka kerja framework concept; dan konsep jaringan ekologi ecological network concept . Konsep integrasi berbasis landscape ecology. Beberapa tipe penggunaan lahan misalnya pertanian, infrastruktur, outdoor recreation dan lalu lintas direncanakan dan dikembangkan dengan tetap menjaga fungsi ekologi wilayah. Konsep kerangka kerja didasarkan pada pemahaman tentang adanya perbedaan antara bagian wilayah yang berdinamika tinggi misalnya pertanian, rekreasi, permukiman dan transportasi dengan bagian wilayah yang berdinamika rendah misalnya ekosistem alami. Konsep ini melakukan koreksi melalui segregasi spasial terhadap lahan dengan penggunaan intensif intensively-used lands yang memerlukan lay-out dan pemanfaatan yang fleksibel pada satu sisi, dan lahan dengan penggunaan ekstensif yang memerlukan stabilitas pada sisi lain. Konsep jaringan ekologi merupakan sebuah konstelasi elemen-elemen landscape yang bersifat fungsional dalam konteks dispersi spesies di dalam landscape yang bersangkutan. Jaringan ekologi membuat hubungan antara wilayah inti core regions, wilayah pengembangan nature development regions, dan wilayah- wilayah penghubung connecting areas.

2.4 Kecenderungan Pergeseran Basis Pemanfaatan Sumberdaya Alam