Kecenderungan Pergeseran Basis Pemanfaatan Sumberdaya Alam

2.4 Kecenderungan Pergeseran Basis Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Di antara berbagai tantangan itu adalah tingginya jumlah penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia SDM dan distribusi pembangunan antar wilayah yang tidak merata. Tantangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa pada saat ini kita dihadapkan pada kenyataan semakin berkurangnya minyak dan bahan tambang yang di masa lalu merupakan komoditas ekspor andalan; juga semakin langkanya sumberdaya terrestrial sehingga semakin sulit untuk dikembangkan. Menghadapi AFTA ASEAN free trade area yang diimplementasikan mulai tahun 2003 dan APEC Asia Pacific economic cooperation yang akan diimplementasikan mulai tahun 2020, tantangan yang dihadapi Bangsa Indonesia menjadi semakin kompleks dan perlu penyelesaian serius. Pengalaman pembangunan selama ini menunjukkan lemahnya infrastruktur perekonomian Indonesia. Kondisi ini memperkuat kesadaran perlunya membangun fundamental ekonomi yang kokoh seiring dengan semakin intensifnya pemanfaatan sumberdaya alam sebagai raw input pembangunan. Segala upaya untuk mencari alternatif baru pertumbuhan ekonomi perlu semakin digalakkan sementara sumber-sumber pertumbuhan yang telah ada tetap dipelihara keberlanjutannya. Dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi 1,8 pada tahun 2004, Indonesia ibarat sebuah bus dengan penumpang yang berjejal. Dengan angka pertumbuhan sebesar itu, pada tahun 2020 Indonesia akan dipadati oleh sekitar 267 juta jiwa. Disamping peningkatan potensi dampak lingkungan Holder, 2003, jumlah penduduk yang besar berarti peningkatan kebutuhan yang signifikan terhadap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan environmental services Turner, et al., 1998. Ironisnya, ketersediaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan itu kini telah semakin tipis akibat perilaku hedoni k manusia dari waktu ke waktu. Illegal logging telah menghabiskan jutaan hektar hutan dan mengubahnya menjadi lahan kritis yang memilukan. Perilaku bertani yang salah telah mengubah jutaan hektar lahan subur menjadi lahan kritis yang menyisakan penderitaan yang berkepanjangan. Sumberdaya terrestrial kini dipandang tidak lagi mencukupi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah. Oleh karena itu upaya pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan kini menjadi alternatif yang tidak bisa diabaikan begitu saja sebagai sumber pertumbuhan baru untuk kepentingan pembangunan. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia 63 wilayah kedaulatan Indonesia berupa laut, upaya pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan itu menjadi sebuah keniscayaan. Hal tersebut mengingat sampai saat ini, potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan Indonesia yang sangat beragam, belum seluruhnya dimanfaaatkaan secara optimal. Menurut Dahuri 2000, nilai strategis wilayah pesisir dan laut akan menjadi semakin nyata, seiring dengan terjadinya pergeseran pusat kegiatan ekonomi global dari poros Atlantik ke poros Pasifik. Dalam periode 2001-2010 dan periode 2011-2015, Onishi 2001 memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi global tahunan rata-rata mencapai 3,0 dan 3,1. Dalam periode itu pula, wilayah Asia-Pasifik diproyeksikan memiliki laju pertumbuhan ekonomi tahunan di atas rata-rata global, mencapai 4,0 dan 3,8. Dalam kondisi ini, apabila negara-negara sedang berkembang di wilayah Asia-Pasifik mampu mengatasi persoalan ekonominya melalui kerja sama internasional, maka wilayah Asia-Pasifik diproyeksikan menjadi pusat pertumbuhan utama menyongsong abad 21. Sektor ekonomi kelautan seperti transportasi laut, perikanan tangkap dan budidaya, pariwisata, pertambangan dan energi serta industri kelautan di wilayah Asia-Pasifik diperkirakan akan menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi pada dekade-dekade mendatang.

2.5 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu