Prospek Pengelolaan Lingkungan a. Faktor Penentu Keberhasilan

berukuran besar diarahkan agar memanfaatkan zona perairan di sebelah utara Pulau Tunda. Berdasarkan uraian tersebut, maka arahan pemanfaatan ruang laut wilayah pesisir Teluk Banten diilustrasikan pada Gambar 16.

5.1.5 Prospek Pengelolaan Lingkungan a. Faktor Penentu Keberhasilan

Identifikasi terhadap faktor-faktor penentu keberhasilan pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang menghasilkan 10 faktor yang tergabung dalam 3 komponen utama yaitu kinerja dan produktivitas pengelolaan lingkungan, fungsi ekosistem serta kebijakan ekonomi dan moneter. Kinerja dan produktivitas pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten merupakan komponen utama yang didukung oleh 3 faktor yaitu industri, wisata bahari dan sylvofisheries. Fungsi ekosistem wilayah pesisir dan laut Teluk Banten merupakan komponen utama yang didukung oleh 3 faktor yaitu pengelolaan sumber dampak, perlindungan fisik habitat dan pemberdayaan masyarakat. Kebijakan ekonomi dan moneter dalam pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten merupakan komponen uta ma yang dapat diimplementasikan melalui 4 faktor yaitu insentif investasi, keamanan investasi, konsistensi kebijakan dan ketersediaan infrastruktur. Uraian berikut menyajikan secara lengkap 10 faktor penentu keberhasilan pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di masa yang akan datang: a. Industri. Sektor di luar pertanian yang menjadi penyangga utama perekonomian Kabupaten Serang dan memberikan sumbangan pada PDRB secara signifikan 49,68 pada tahun 2002; 49,21 pada tahun 2003; dan 48,90 pada tahun 2004. b. Wisata bahari. Wisata berbasis laut yang memberikan dampak lingkungan minimal terhadap wilayah pesisir dan laut Teluk Banten. Jenis wisata yang sesuai misalnya menyelam menikmati keindahan ekosistem bawah laut, memancing, dan wisata pendidikan studi ekosistem pesisir dan laut. c. Sylvofisheries. Budidaya perikanan yang memasukkan komponen mangrove dan lamun sebagai bagian integral dari sistem budidaya secara keseluruhan. Beberapa jenis sylvofisheries yang dapat dikembangkan di wilayah pesisir dan laut Teluk Banten di antaranya adalah milkfish sylvofishery, polyculture sylvofishery dan shrimp sylvofishery. d. Pengelolaan sumber dampak. Pengelolaan dampak pembangunan di lahan atas up land dan di kawasan pesisir dan lautan secara menyeluruh dan terpadu. e. Perlindungan fisik habitat. Pengamanan kawasan ekosistem wilayah pesisir dan laut Teluk Banten agar tetap memiliki fungsi yang terjaga secara baik. f. Pemberdayaan masyarakat. Penataan hubungan antar semua komponen dalam sistem kehidupan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam rangka pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten. g. Insentif investasi. Stimulus yang diberikan pemerintah kepada investor agar bersedia menanamkan modalnya di wilayah pesisir dan laut Teluk Banten. h. Keamanan investasi. Jaminan pemerintah kepada investor yang diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang memberikan perlindungan keamanan berinvestasi secara nyata dan penegaka n hukum law enforcement yang sesungguhnya. i. Konsistensi kebijakan. Jaminan untuk menciptakan keberlanjutan iklim investasi yang kondusif dari waktu ke waktu dan tidak terpengaruh oleh pergantian pemerintahan. j. Ketersediaan infrastruktur. Penyediaan fasilitas atau pelayanan pemerintah kepada masyarakat dalam skala besar untuk mendukung aktivitas perekonomian terutama di sektor kelautan. Infrastruktur yang disediakan bisa berupa jaringan jalan, air bersih, pelabuhandermaga, fasilitas pendidikan dan kesehatan serta fasilitas lainnya. K A B U P A T E N S E R A N G S u m b e r : P e t a L i n g k u n g a n P a n ta i I n d o n e s ia s k a l a 1 : 5 0 . 0 0 0 , t a h u n 1 9 9 9 A t la s S u m b e r d a y a P e s is i r d a n L a u t K a b u p a t e n S e r a n g , s k a la 1 : 2 0 0 . 0 0 0 t a h u n 2 0 0 2 P R O G R A M S T U D I P E N G E L O L A A N S U M B E R D A Y A A L A M D A N L I N G K U N G A N I N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R N E W S S K A L A 1 : 2 3 2 . 7 4 7 P r o y e k s i : Tr a n s v e r s e M e r c a t o r S i s t e m G r i d : G r id U n i v e r s a l T r a n s v e r s e M e r c a t o r D a t u m H o r is o n t a l : W G S 8 4 LE G E N D A : Z o n a I 6 2 1 0 0 6 2 1 0 0 6 3 0 0 6 3 0 0 6 3 9 0 0 6 3 9 0 0 6 4 8 0 0 6 4 8 0 0 6 5 7 0 0 6 5 7 0 0 9 3 3 3 9 3 3 3 9 3 4 2 9 3 4 2 9 3 5 1 9 3 5 1 Z o na p e n a n g ka p a n ik a n tr a d is io n a l Z o n a I I Z o n a I II Z o n a p e r lin d u n g a n a la m Z o n a p e m a n f a a ta n b er s y ar a t P E T A A R A H A N P E M A N F A A T A N R U A N G L A U T P E R A I R A N T E L U K B A N T E N K A B U P A T E N S E R A N G 2 0 0 7 P . T u n d a P . P a nj a n g P . P a mu ja n B e s a r P . P a m u ja n K e c il P . K u bu r P . K a m b in g P . T ar a h a n T E L U K B A N T E N P . D u a P . K a li L A U T J A W A T g . P o n t a ng M u a r a U ju n g Gambar 16. Peta arahan pemanfaatan ruang laut perairan Teluk Banten Kabupaten Serang 2007

b. Faktor Kunci Key Factors