Pemanfaatan Ruang Darat Existing Condition dan Pergeseran Garis Pantai

pantai, cenderung menimbulkan dampak yang merugikan baik dari aspek biofisik, ekonomi maupun sosial.

5.1.4 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang a. Kebijakan

Pemanfaatan Ruang Dengan mengacu pada UU No. 262007 tentang penataan ruang, dipahami bahwa kesesuaian pemanfaatan ruang wilayah merupakan syarat paling mendasar yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemeliharaan lingkungan yang baik. Untuk mengakomodasi kepentingan tersebut, strategic investment planning yang diimplementasikan dalam konteks sustainable spatial planning merupakan opsi yang sangat mungkin untuk dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup, 2001. Dalam kerangka otonomi daerah, kebijakan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut Teluk Banten dilakukan dengan memperhatikan pola kemitraan partnership antara pemerintah, masyarakat dan swasta dalam rangka menciptakan sense of belonging dan sense of developing dari para stakeholders. Disain pemanfaatan ruang wilayah dirancang dalam kerangka pemanfaatan ruang berkelanjutan dengan menjaga keseimbangan geografik dari berbagai kegiatan ekonomi yang ada dan mengurangi beban ekologik pada bagian wilayah yang telah overburden. Untuk mengembangkan kebijakan yang bersifat conserving the biodiversity , disain pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut Teluk Banten juga dirancang dengan memperhatikan beberapa aspek penting seperti koridor-koridor ekologi, buffer zones, rural zones dan integrasi perencanaan antara daratan dan lautan.

b. Pemanfaatan Ruang Darat Existing Condition dan Pergeseran Garis Pantai

Berdasarkan kondisi pemanfaatan ruang yang ada saat ini, secara garis besar kecamatan-kecamatan pesisir Teluk Banten dibedakan menjadi 2 bagian wilayah. Bagian pertama adalah kecamatan-kecamatan di wilayah timur Teluk Banten yang merupakan rural area dengan lokasi permukiman penduduk tersebar dan pemanfaatan ruang utama berupa sawah tadah hujan dan tambak perikanan budidaya. Vegetasi alami yang dijumpai di wilayah ini adalah mangrove yang menempati area yang relatif sempit di kawasan pantai. Bagian wilayah ini meliputi kecamatan-kecamatan Kasemen, Pontang, Tirtayasa dan Tanara. Di kecamatan Kasemen, terdapat Kota Banten Lama, sebuah situs purbakala yang secara keruangan sebenarnya hanya menempati wilayah yang kecil saja, tetapi mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Bagian kedua adalah kecamatan-kecamatan di wilayah barat Teluk Banten yang juga masih merupakan rural area dengan lokasi permukiman penduduk tersebar tetapi dengan pemanfaatan ruang utama berupa semak belukarhutan dan tegalanladang. Bagian wilayah ini meliputi kecamatan-kecamatan Puloampel, Bojonegara dan Kramatwatu. Semak belukar terdapat di daerah perbukitan di sekeliling Gunung Gede masuk dalam wilayah kecamatan Bojonegara dan Puloampel; sedangkan lahan hutan dijumpai di Kecamatan Bojonegara dan Kramatwatu. Dari perspektif biofisik, kecamatan-kecamatan pesisir Teluk Banten sangat dipengaruhi oleh perkembangan dua kota utama di sebelah selatan teluk, yaitu Serang dan Cilegon. Secara ekologis, Serang berlokasi di catchment area Sungai Cibanten yang dicirikan oleh tingginya aktivitas permukiman dan pertanian. Melalui Sungai Cibanten, limbah domestik yang berasal dari Serang dan limbah pertanian dari daerah-daerah di sekitarnya dialirkan ke Teluk Banten. Cilegon berlokasi di catchment area Sungai Cilengkong yang dicirikan oleh aktivitas perindustrian dengan intensitas yang tinggi. Melalui Sungai Cilengkong, limbah industri yang berasal dari Cilegon dan daerah-daerah di sekitarnya juga dialirkan ke Teluk Banten. Selain Kota Serang dan Cilegon, di bagian timur Kabupaten Serang kini tengah berkembang Kragilan, sebuah pusat pertumbuhan baru yang semakin padat oleh aktivitas perindustrian dan permukiman. Secara ekologis, Kragilan yang berlokasi di catchment area Sungai Ciujung mengalirkan limbah industri dan domestik dari daerah-daerah di sekitarnya ke Teluk Banten melalui sungai tersebut. Di antara keseluruhan pulau yang tersebar di wilayah perairan Teluk Banten, Pulau Panjang merupakan pulau terbesar yang dihuni oleh sekitar 2.500 penduduk dengan pemanfaatan lahan utama berupa pertanianperkebunan. Di pulau-pulau lainnya, lahan yang ada digunakan sebagai wilayah perlindungan alam. Kondisi pemanfaatan ruang darat di tujuh kecamatan pesisir Teluk Banten disajikan pada Gambar 10. Di sepanjang pantai barat Teluk Banten, sejak tahun 1999 telah berlangsung aktivitas reklamasi pantai yang cukup intensif. Reklamasi pantai adalah aktivitas pengurugan laut untuk diubah menjadi daratan. Area reklamasi yang kini luasnya telah mencapai ±180 ha itu berlokasi di Desa Bojonegara, Argawana, Mangureja, dan Margagiri. Lahan hasil reklamasi digunakan untuk keperluan pembangunan pelabuhan harbour, jetty dan industri. Aktivitas reklamasi yang berlangsung intensif berdampak pada terjadinya pergeseran garis pantai di Kecamatan Bojonegara seperti diilustrasikan pada Gambar 11. Aktivitas reklamasi pantai di Kecamatan Bojonegara merupakan ancaman terbesar bagi keberlangsungan hidup komunitas padang lamun di sekitar pulau-pulau kecil seperti Pulau Tanjungbatu, Pulau Cikantung dan Pulau Kamanisan. Pergeseran garis pantai yang terjadi di pesisir Teluk Banten, tidak hanya disebabkan oleh aktivitas reklamasi saja, tetapi juga karena akresi dan abrasi. Akresi adalah bertambah luasnya daratan yang berbatasan dengan laut karena proses sedimentasi, baik oleh aktivitas sungai maupun air laut di sekitarnya. Di pesisir Teluk Banten, akresi dijumpai di daerah Tanjung Tengkurak, dimulai dari Desa Tengkurak memanjang ke arah utara, searah dengan aliran Sungai Ciujung sampai ke Tanjung Tengkurak. Pertambahan luas daratan yang terjadi karena akresi sejak tahun 1942 sampai tahun 2002 diperkirakan mencapai 26 km 2 . Abrasi adalah berkurangnya daratan yang berbatasan dengan laut sebagai akibat dari kegiatan air laut, ombak dan arus. Abrasi biasanya meninggalkan jejak berupa garis pantai yang bergerigi dengan tebing berbentuk cliff berukuran rendah kurang dari 1 m atau bentuk-bentuk lain sesuai dengan keadaan topografi pantai sebelum abrasi terjadi. Di pesisir Teluk Banten, abrasi dijumpai di daerah Tanjung Pontang dengan pengurangan hingga 2 km ke arah darat dengan luasan mencapai 5.857 km 2 sejak tahun 1942 sampai tahun 2002. Abrasi juga terjadi di bagian utara Desa Lontar dengan pengurangan hingga 1 km ke arah darat sejak tahun 1962 sampai tahun 2002. Abrasi yang terjadi di pantai timur Teluk Banten tidak terlepas dari tingginya intensitas konversi mangrove menjadi tambak. Di lokasi terjadinya abrasi, lahan mangrove yang dulu ada bahkan kini telah hilang sama sekali. Pergeseran garis pantai akibat akresi di daerah Tanjung Tengkurak dan abrasi di daerah Tanjung Pontang dan Desa Lontar diilustrasikan pada Gambar 12. c. Arahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Darat Pemanfaatan ruang darat di kecamatan-kecamatan pesisir Teluk Banten akan mengalami perubahan mendasar di masa yang akan datang, terutama di wilayah barat, seiring dengan rencana Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kabupaten Serang yang akan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pertumbuhan pembangunan berskala besar. Pusat pertumbuhan itu merupakan perluasan dari urban area Cilegon-Serang, dan perluasan dari aksis pertumbuhan kota Cilegon-Serang-Ciruas di sepanjang koridor tol Jakarta-Merak. Pusat pertumbuhan baru tersebut sekaligus juga merupakan pengembangan dari kawasan industri di Kecamatan Bojonegara, yang bermula dari lingkaran industri di sekitar Gunung Gede, dan perluasan kawasan industri Kragilan di sepanjang Sungai Ciujung di sebelah timur. Pesatnya perkembangan pemanfaatan ruang di wilayah barat, tidak serta merta diikuti oleh perkembangan yang sama di wilayah timur Teluk Banten. Lahan sawah tadah hujan dan tambak yang membentang luas di wilayah timur relatif belum tersentuh perubahan selain oleh perluasan permukiman perdesaan rural settlements dalam skala kecil. Kondisi perekonomian yang collapsed karena krisis ekonomi dan politik pada tahun 1998, sempat menunda pelaksanaan sejumlah besar proyek pembangunan di wilayah barat Teluk Banten. Dua buah proyek pembangunan berskala besar yang sempat tertunda pelaksanaannya kala itu, kini telah mulai dilanjutkan kembali, bahkan dengan luasan wilayah yang jauh lebih besar. Kedua buah proyek itu adalah pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegara PIB di wilayah barat bagian utara sepanjang 4,2 km dan pembangunan sebuah industrial estate seluas 1.300 ha di wilayah barat bagian selatan. Pemerintah Provinsi Banten telah menyiapkan lahan seluas 5.000 ha yang berlokasi di 3 kecamatan: Puloampel, Bojonegara dan Kramatwatu untuk pengembangan zona ekonomi khusus PIB Kompas, 20 Februari 2007. Dalam rencana umum tata ruang Kabupaten Serang bahkan disebutkan, secara keseluruhan, pengembangan zona industri di wilayah barat Teluk Banten memerlukan lahan seluas 11.000 ha. T E L U K B A N T E N L A U T J A W A P . K a li P . T a r a h a n P . K a m b i n g P . K u b u r P . D u a T g . P o n t a n g P . P a m u j a n K e c il P . P a m u j a n B e s a r P . P a n j a n g N LE G E N D A : P r o y e k s i : Tra n s v e r s e M e rc a t o r S i s t e m G ri d : G r id U n i v e r s a l T r an s v e rs e M e r c a t o r D a t um H or is o n t a l : W G S 8 4 P R O G R A M S T U D I P E N G E L O L A A N S U M B E R D A Y A A L A M D A N L I N G K U N G A N I N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R S u m b e r : P e t a R u p a b u m i D i g i ta l I n d o n e s ia s k a l a 1 : 2 5 . 0 0 0 , t a h u n 1 9 9 9 A t la s S u m b e r d a y a P e s is i r d a n L a u t K a b u p a t e n S e r a n g , s k a la 1 : 2 0 0 . 0 0 0 t a h u n 2 0 0 2 K A B U P A T E N S E R A N G 6 2 1 0 0 6 2 1 0 0 6 3 0 0 6 3 0 0 6 3 9 0 0 6 3 9 0 0 6 4 8 0 0 0 6 4 8 0 0 0 6 5 7 0 0 6 5 7 0 0 9 3 2 4 9 3 2 4 9 3 3 3 9 3 3 3 9 3 4 2 9 3 4 2 9 3 5 1 9 3 5 1 P . T u n d a P . Sa lir a M u a r a U j u n g P E T A P E M A N F A A T A N R U A N G D A R A T K E C A M A T A N P E S I S I R T E LU K B A N T E N K A B U P A T E N S E R A N G 2 0 0 7 20 0 0 20 0 0 M e te r s P e r m u k im an S a w a h t a d ah h u ja n T a m b a k P e r ke b u n a n S e m a k b el u ka r T a n a h k o so n g S a w a h ir ig a s i T e g a la n R a w a M a n g r ov e K A B . S E R A N G K O T A C I L E G O N K A B . T A N G E R A N G Gambar 10. Peta pemanfaatan ruang darat kecamatan pesisir Teluk Banten Kabupaten Serang 2007 50 0 50 0 Me t er s N La m u n LE G E N D A : P r o y e k s i : T ra n s v e r s e M e rc a t o r S i s t e m G ri d : G r id U n i v e rs a l T r a n s v e rs e M e r c a t o r D a t u m H o r is o n t a l : W G S 8 4 P E T A P E R G E S E R A N G A R I S P A N T A I P E S IS I R B A R A T T E L U K B A N T E N K A B U P A T E N S E R A N G 2 0 0 7 P R O G R A M S T U D I P E N G E L O L A A N S U M B E R D A Y A A L A M D A N L I N G K U N G A N I N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R S u m b e r : P e t a L i n g k u n g a n P a n ta i I n d o n e s ia s k a l a 1 : 5 0 . 0 0 0 , t a h u n 1 9 9 9 A t la s S u m b e r d a y a P e s is i r d a n L a u t K a b u p a t e n S e ra n g , s k a la 1 : 2 0 0 . 0 0 0 t a h u n 2 0 0 2 K A B U P A T E N S E R A N G 6 2 1 0 0 6 2 1 0 0 6 2 4 0 0 0 6 2 4 0 0 0 6 2 7 0 0 6 2 7 0 0 6 3 0 0 6 3 0 0 6 3 3 0 0 6 3 3 0 0 9 3 3 9 9 3 3 9 9 3 4 2 9 3 4 2 9 3 4 5 9 3 4 5 G a ri s p an ta i 2 0 0 4 G a ri s p an ta i 1 9 9 4 G a ri s p an ta i 1 9 8 5 K e c . P u l o a m p e l K e c . B o j o n e g a ra T g . K o p o T g . G o r e n j a n g T g . B a j u P . K u b u r P . K a m b in g T E L U K B A N T E N P . T a r a h a n P . P a n ja n g Gambar 11. Peta pergeseran garis pantai pesisir barat Teluk Banten Kabupaten Serang 2007 N LE G E N D A : P r o y e k s i : T ra n s v e r s e M e rc a t o r S i s t e m G ri d : G r id U n i v e r s a l T r an s v e rs e M e r c a t o r D a t um H or is o n t a l : W G S 8 4 P E T A P E R G E S E R A N G A R I S P A N T A I P E S IS I R T IM U R T E L U K B A N T E N K A B U P A T E N S E R A N G 2 0 0 7 P R O G R A M S T U D I P E N G E L O L A A N S U M B E R D A Y A A L A M D A N L I N G K U N GA N I N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R S u m b e r : P e t a L i n g k u n g a n P a n ta i I n d o n e s ia s k a l a 1 : 5 0 . 0 0 0 , t a h u n 19 9 9 A t la s S u m b e r d a y a P e s is i r d a n L a u t K a b u p a t e n S e r a n g , s k a la 1 : 2 0 0 . 0 0 0 t a h u n 2 0 0 2 K A B U P A T E N S E R A NG G a r is p a n t a i 2 0 0 4 G a r is p a n t a i 1 9 4 2 L A U T J A W A M u a r a U ju n g P r o y e k s i : T ra n s v e r s e M e rc a t o r S i s t e m G ri d : G r id U n i v e r s a l T r an s v e rs e M e r c a t o r D a t um H or is o n t a l : W G S 8 4 D e s a T e n g k u ra k D e s a L o n t a r T g . P o n t a n g K A B . T A N G E R A N G 6 4 0 0 0 0 6 4 0 0 0 0 6 4 5 0 0 0 6 4 5 0 0 0 6 5 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 6 5 5 0 0 0 6 5 5 0 0 0 9 3 3 5 9 3 3 5 9 3 4 9 3 4 9 3 4 5 0 0 9 3 4 5 10 0 0 10 0 0 M e te r s M u a r a U ju n g D e s a T e n g k u ra k D e s a L o n t a r T g . P o n t a n g L A U T J A W A K A B . T A N G E R A N G Gambar 12. Peta pergeseran garis pantai pesisir timur Teluk Banten Kabupaten Serang 2007 Pertumbuhan penduduk pesisir Teluk Banten yang cukup tinggi rata-rata 2,5 per tahun cenderung terkonsentrasi di dua kota utama Cilegon dan Serang dan di sepanjang aksis Cilegon-Serang dan Serang-Ciruas-Kragilan. Wilayah pesisir yang lebih bersifat rural, terutama di bagian timur Teluk Banten, cenderung menunjukkan tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih rendah. Rencana pengembangan zona industri berskala besar, yang disertai dengan pertumbuhan penduduk di wilayah barat Teluk Banten yang cukup tinggi akan diikuti oleh kebutuhan pengembangan zona permukiman berskala besar pula. Kondisi ini menuntut dilakukannya konversi lahan, terutama lahan pertanian sawah dan perikanan budidaya tambak. Semak belukar yang terdapat di daerah perbukitan di sekeliling Gunung Gede dan lahan hutan di wilayah Kecamatan Bojonegara dan Kramatwatu, merupakan zona perlindungan alam di wilayah barat Teluk Banten yang perlu dipertahankan keberadaannya. Zona ini merupakan daerah tangkapan air water catchment area yang penting di wilayah barat Teluk Banten. Gangguan yang berpotensi merusak keberadaan zona ini berupa aktivitas penambangan batu dan pasir yang tersebar di beberapa lokasi di wilayah perbukitan Gunung Gede dengan luasan mencapai 6,5 ha. Di wilayah timur, zona perlindungan alam yang ada berupa lahan mangrove sudah cukup kritis kondisinya, bahkan di beberapa lokasi seperti di sekitar Tanjung Pontang dan pantai utara Desa Lontar, lahan mangrove sudah terkikis sama sekali sehingga mengakibatkan terjadinya abrasi. Berdasarkan kondisi pemanfaatan ruang yang ada saat ini existing condition , kebutuhan pengembangan zona industri berskala besar serta dengan tetap memperhatikan esensi beberapa koridor ekologi penting, maka arahan kebijakan pemanfaatan ruang darat di kecamatan-kecamatan pesisir Teluk Banten disajikan pada Gambar 13.

d. Pemanfaatan Ruang Laut Existing Condition