Kegunaan Asap Cair Asap Cair

33 Tabel 5 Hasil analisis senyawa kimia fraksi cair dari partikel pohon kayu 0,425 mm melalui pirolisis dalam larutan alkali 30 Na 2 CO 3 dan non-alkali Senyawa Larutan Non-alkali suhu 735 o K Larutan Alkali suhu 800 o K Asetaldehida Metanol Aseton Metil asetat Guaiakol 4-Metil-guaiakol 2-Butanon Asam asetat 1-Hidroksi-2-propanon 1-Hidroksi-2-butanon Furfural Furfuralik alkohol 2,6-Dimetoksifenol 3-Metil-2,6-dimetoksifenol Tidak teridentifikasi 0,95 0,44 0,71 0,46 0,42 0,44 0,27 14,26 12,63 5,72 1,73 1,69 0,74 0,62 52,92 1,42 8,65 1,18 0,55 0,34 0,32 0,68 18,37 13,88 5,98 1,95 2,06 1,08 0,86 42,28 Sumber: Demirbas 2005 Berdasarkan data Tabel 5, ditunjukkan bahwa pada proses pirolisis kayu baik dengan larutan alkali maupun non alkali diperoleh komponen kimia utama yang sama dalam fraksi cairnya, yaitu asam asetat dan 1-hidroksi-2-propanon.

2.5.2 Kegunaan Asap Cair

Produk asap cair telah lama dikenal dan digunakan untuk mengawetkan daging babi dan babi asin serta untuk memberi cita rasa pada beberapa bahan makanan, karena memiliki kelebihan antara lain: 1 flavor yang khas; 2 kehilangan flavor lebih mudah dideteksi; 3 dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan; 4 dapat digunakan oleh konsumen pada level komersial; dan 5 polusi lingkungan dapat diperkecil Maga 1998 dalam Firmansyah 2004. Menurut Girard 1992, asap cair dapat digunakan sebagai antimikroba, antioksidan, pembentuk aroma, flavor, dan warna pada ikan kayu. Pszczola 1995 menyatakan asap cair mempunyai beberapa sifat fungsional, antara lain: 1 untuk memberikan flavor dan warna yang diinginkan pada produk asap karena kandungan senyawan fenolik, dan karbonil; dan 2 sebagai pengawet karena mengandung senyawaan fenolik dan asam yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan. Menurut Bukle et al. 1985, asap cair mengandung senyawaan kimia, seperti aseton, formaldehida, dan fenolik mempunyai sifat antibakteri dan antifungi, 34 sedangkan asam dapat berfungsi menurunkan pH, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Senyawa fenolik sudah diidentifikasi dan sebahagian besar digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, dan makanan, karena aktivitas biologi yang dimilikinya, yaitu sebagai antimikroba, antioksidan, antimetanogenesis dan antimutagenesis Ahmad et al. 1980. Senyawa yang sangat berperan sebagai antimikrobial adalah senyawa fenolik dan asam asetat, dan peranannya akan semakin meningkat apabila kedua senyawa tersebut ada bersama-sama Darmadji 1995. Di samping itu, beberapa senyawaan fenolik yang diisolasi dari berbagai jenis tumbuhan, seperti Pisum sativum L., Ocimum basilicum L., dan dari sampah kulit buah-buahan pada industri juice anggur, ternyata mempunyai sifat aktivitas antioksidan yang cukup potensial Javanmardi et al. 2003. Nurhayati 2000 menyatakan bahwa di samping sebagai bahan pengawet, asap cair juga dapat digunakan sebagai pestisida karena mengandung berbagai senyawa toksik terutama golongan lakton. Hal ini juga didukung beberapa penelitian antara lain, yang dilaporkan oleh Narasimhan et al. 2005 bahwa senyawa salanobutirolakton aktifb sebagai antifeedant, sedangkan senyawa desasetilsalanobutirolakton aktif sebagai insektisida dan pertumbuhan regulasinya. Senyawa gamma lakton berperan sebagai antifeedant bagi serangga Frackowiak et al. 2006.

2.6 Tanaman Daun Dewa