Karakteristik Bahan Baku Konversi Sampah Organik Menjadi Kompos

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Konversi Sampah Organik Menjadi Kompos

Konversi sampah organik pasar menjadi kompos difokuskan untuk jenis sampah lunak, seperti sayur-sayuran, dedaunan dan kulit buah-buahan. Langkah ini bertujuan untuk mempercepat proses penanganan atau minimisasi jumlah timbunan sampah di pasar yang kian hari terus meningkat dan juga untuk sampah yang sudah menumpuk di TPA. Proses ini akan optimal, bila sampah yang akan diolah, diambil langsung dari sumbernya di pasar pada waktu pagi, sebelum sampah dicampur dan dibuang ke TPS. Jika hal itu dapat dilakukan, maka proses pemilahannya tidak sukar dan tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat menghemat biaya dan tenaga.

4.1.1 Karakteristik Bahan Baku

Hasil karakterisasi bahan baku sampah organik pasar yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Kadar air dan nisbah CN sampah organik pasar Kadar Contoh Ulangan Air Karbon Nitrogen Nisbah CN 1 60,76 34,98 1,82 19,22 2 55,63 39,14 1,74 22,49 Sampah Organik Pasar Rataan 58,20 37,06 1,78 20,86 Dari data Tabel 8 diketahui bahwa rata-rata kadar air sampah organik pasar, yaitu 58,20, hasil ini masih dalam batas yang dikemukakan oleh Djuarnani et al. 2005 bahwa pada umumnya sampah pasar mengandung air berkisar 30-60. Proses pengomposan suatu bahan secara aerobik akan berlangsung cepat dan optimal, jika bahan baku yang digunakan mengandung 40-50 air, sedangkan secara anaerobik lebih baik mengandung kadar air 50 ke atas Yuwono 2006. Menurut Sahwan 1997, pengomposan sampah lunak akan berlangsung lebih cepat jika kandungan airnya berkisar 50-55. Jika bahan baku mengandung kadar air terlalu rendah pada proses pengomposan secara aerobik, maka bahan cepat kering sehingga pengomposan berjalan lambat, 62 sedangkan jika kandungan airnya terlalu tinggi dapat menyebabkan aerasi akan berkurang sehingga proses pengomposannya juga akan berjalan lambat karena perkembangbiakan mikroorganisme pengurai membutuhkan oksigen yang cukup. Hal ini akan berbeda, jika proses pengomposan berlangsung secara anaerobik membutuhkan kadar air yang tinggi, yaitu lebih 50, karena untuk membentuk senyawa-senyawa gas dan asam-asam organik, mikroorganisme membutuhkan air yang cukup sehingga pengendapan kompos akan lebih cepat. Kadar air yang tinggi juga diperlukan untuk memudahkan penghancuran bahan organik dan mengurangi bau. Nisbah CN merupakan faktor paling penting dalam proses pengomposan. Hal ini disebabkan proses pengomposan tergantung dari kegiatan mikroorganisme yang membutuhkan karbon dan nitrogen sebagai sumber energi dan pembentukan selnya. Dari data Tabel 8 ditunjukkan rata-rata nisbah CN sampah organik pasar, yaitu 20,86. Menurut Yuwono 2006, proses pengomposan secara aerobik akan optimal, jika bahan baku mengandung nisbah CN berkisar 25-30, sedangkan pada proses secara anaerobik membutuhkan nisbah CN lebih 30. Proses pengomposan yang baik, idealnya suatu bahan mengandung nisbah CN berkisar 20-40, tetapi nisbah CN yang paling baik, yaitu 30 Djuarnani et al. 2005. Jika nisbah CN terlalu tinggi, aktivitas biologi mikroorganisme akan berkurang. Selain itu, mikroorganisme memerlukan beberapa siklus untuk menyelesaikan proses degradasi bahan organik sehingga waktu untuk pembentukan kompos akan lebih lama dan mutu kompos yang dihasilkan juga relatif rendah. Jika nisbah CN terlalu rendah, maka kadar amoniak yang dihasilkan terlalu banyak sehingga dapat meracuni mikroorganisme yang berdampak pada penurunan aktivitasnya Fricke et al. 2007. Di samping itu, Su Puls 2007 menyatakan kelebihan kandungan nitrogen yang tidak dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang melalui volatisasi sebagai amoniak atau terdenitrifikasi. Proses pengomposan akan lebih cepat jika bahan bakunya memiliki ukuran yang kecil. Untuk itu, bahan baku yang terlalu kasar perlu dicacah sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Bahan yang berukuran kecil akan terdekomposisi secara lebih cepat karena mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kontak dengan mikroorganisme akan lebih maksimal. Namun, ukuran bahan yang terlalu kecil akan menyebabkan aerasi ke dalam timbunannya akan berkurang dan kelembapannya juga sangat tinggi sehingga mikroorganisme yang ada di dalamnya tidak dapat bekerja secara optimal. Dengan demikian, agar proses pengomposan bahan baku seperti di atas 63 dapat berlangsung secara lebih cepat, perlu dibantu dengan bahan aktif yang berasal dari biodekomposer.

4.1.2 Proses Pengomposan