143
4.5.3 Kandungan Total Mikroba dan Fungi
Data hasil analisis total mikroba dan fungi pada campuran media sisa panen tanaman daun dewa disajikan pada Tabel 54.
Tabel 54 Kandungan total mikroba dan fungi pada campuran media sisa panen tanaman daun dewa
Perlakuan Total Mikroba
SPKg 10
7
Total Fungi
SPKg 10
4
M0P0 1,74 2,00 M5P1 3,40 5,28
Dari data Tabel 54 diketahui bahwa total mikroba pada campuran media tanah- abu-kompos yang diberi arang aktif hasil aktivasi dengan uap H
2
O dan fraksi metanol dari asap cair menunjukkan nilai lebih tinggi dibanding kontrol yang hanya berisi
tanah-abu, yaitu secara berturut 3,40 dan 1,74 SPKg x 10
7
. Demikian juga halnya, dengan kandungan total fungi. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan campuran
media yang terdiri atas kompos hasil pengomposan dengan biodekomposer EM-4 mengandung sejumlah mikroba seperti Lactobacillus bakteri asam laktat,
Actinomycetes, Streptomyces sp. Di samping itu, arang aktif yang mempunyi pori-pori relatif besar Gambar 35 dan Tabel 41 dan memungkinkan sejumlah mikroba
berkembangbiak secara baik dan cepat sehingga hasilnya jauh lebih meningkat dibandingkan dengan kontrol. Demikian juga halnya dengan penggunaan fraksi
metanol asap cair yang mengandung sejumlah senyawa Gambar 50 tidak menghalangi mikroba dan fungi untuk berkembangbiak. Kandungan mikroba dan fungi pada
campuran media tersebut kemungkinan memberi dampak positif bagi pertumbuhan dan bobot biomassa tanaman daun dewa.
4.5.4 Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Daun Dewa
Kandungan metabolit sekunder dari tanaman sering kali dijadikan dasar pemanfaatan tanaman tersebut sebagai tanaman berkhasiat obat atau untuk keperluan
144 lainnya dalam kehidupan manusia. Biasanya untuk menelusuri kandungan komponen
metabolit sekunder dari suatu tanaman terlebih dahulu dilakukan penapisan awal sebelum dilanjutkan dengan isolasi dan penentuan struktur molekulnya. Data hasil
penapisan fitokimia pada tanaman daun dewa yang memberi respon pertumbuhan dan bobot biomassa tertinggi disajikan pada Tabel 55.
Tabel 55 Kandungan senyawa metabolit sekunder tanaman daun dewa
Respon pada perlakuan komarasca M0P0 M5P1
Golongan Daun Akar
Daun Akar
Alkaloid - + - +
Flavonoid ++ - ++ +
Fenilhidrokuinon + - +
- Terpenoid - -
++ - Steroid ++
- + -
Saponin ++ +
++ ++ Tanin ++
- ++
-
Keterangan: M0P0 = Campuran media tanah-abu tanpa pestisida M5P1 = Campuran media tanah-abu-kompos-arang aktif hasil aktivasi uap H
2
O dan pestisida fraksi metanol asap cair
- = tidak ada senyawa + = cenderung terdapat senyawa
++ = positif terdapat senyawa
Berdasarkan data Tabel 55 diketahui bahwa penggunaan komarasca hasil konversi sampah organik pasar cenderung berpengaruh terhadap kandungan beberapa
senyawa metabolit sekunder pada tanaman daun dewa, karena hasil responnya menunjukkan jenis senyawa dan tingkat keberadaannya relatif berbeda baik pada
perlakuan penggunaan campuran media tanah-abu-kompos yang diberi arang aktif hasil aktivasi dengan uap H
2
O dengan fraksi metanol dari asap cair maupun pada kontrol yang hanya berisi campuran tanah-abu. Hasil ini menunjukkan bahwa baik kandungan
senyawa alkaloid, fenilhidokuinon, maupun tanin tidak berpengaruh sama sekali, baik pada penggunaan campuran media tanah-abu-kompos yang diberi arang aktif hasil
aktivasi dengan uap H
2
O dengan fraksi metanol dari asap cair maupun pada kontrol.
145 Penggunaan campuran media tanah-abu-kompos yang diberi arang aktif hasil aktivasi
dengan uap H
2
O dengan fraksi metanol dari asap cair berpengaruh positif terhadap kandungan flavonoid pada bagian akar, terpenoid pada bagian daun, steroid pada
bagian daun dan saponin pada bagian akar. Hal ini kemungkinan besar disebabkan penggunaan campuran media yang terdiri atas kompos yang mengandung unsur hara
yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan serta biosintesis berbagai senyawa metabolit sekunder pada tanaman daun dewa. Demikian juga halnya dengan
kandungan arang aktif hasil aktivasi dengan uap H
2
O yang mempunyai pori relatif besar Gambar 35 dan Tabel 41 diperkirakan mampu menyimpan air maupun sinar
yang mencukupi untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesis pada tanaman tersebut, dan fraksi metanol dari asap cair mengandung senyawa antifeedant Tabel 50
yang berperan melindungi tanaman dari serangan hama sehingga proses biosintesis senyawa metabolit primer maupun sekunder dapat berlangsung secara sempurna.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan teknologi pirolisis pada proses pengolahan sampah organik padat dapat menghasilkan produk bermanfaat berupa arang dan asap cair, sedangkan teknologi
biodekomposer sangat efektif untuk menangani sampah organik lunak menghasilkan kompos berkualitas.
2. Biodekomposer yang dapat mempercepat proses pengomposan sampah organik menghasilkan kompos bermutu terbaik adalah EM-4, campuran Orgadec-EM-4-
Arang-Asap cair dan campuran Orgadec-Biodek-Arang-Asap cair. 3. Teknologi pirolisis dapat mengkonversikan sampah organik yang sukar
dikomposkan menjadi arang dan asap cair. Arang hasil pirolisis pada suhu 505
o
C bermutu terbaik dan asap cair yang dihasilkan pada proses tersebut menunjukkan
kadar total fenol tertinggi. 4. Metode aktivasi arang sampah organik pasar menjadi arang aktif bermutu terbaik,
terutama dalam hal daya jerapnya terhadap iodin, ialah dengan cara aktivasi menggunakan uap H
2
O pada suhu 800
o
C selama 120 menit. 5. Asap cair hasil pirolisis sampah organik pada suhu 505
o
C menghasilkan rendemen 31,24, kadar total fenol 223,95 mgl, dan pH 4,1. Fraksi metanol dan air dari asap
cair tersebut berpotensi sebagai antifeedant, karena aktivitasnya melebihi 50 terhadap larva S. litura, dan nilai EI
50
-nya sama-sama 0,71. 6. Penggunaan komarasca hasil konversi sampah organik berpengaruh sangat nyata
baik terhadap pertambahan tinggi batang, jumlah daun, dan anakan maupun terhadap bobot biomassa tanaman daun dewa terutama ditunjukkan oleh perlakuan
campuran tanah-abu-kompos yang diberi arang aktif hasil aktivasi dengan uap H
2
O pada suhu 800
o
C selama 120 menit, dan fraksi metanol dari asap cair.