Tanaman Daun Dewa TINJAUAN PUSTAKA

34 sedangkan asam dapat berfungsi menurunkan pH, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Senyawa fenolik sudah diidentifikasi dan sebahagian besar digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, dan makanan, karena aktivitas biologi yang dimilikinya, yaitu sebagai antimikroba, antioksidan, antimetanogenesis dan antimutagenesis Ahmad et al. 1980. Senyawa yang sangat berperan sebagai antimikrobial adalah senyawa fenolik dan asam asetat, dan peranannya akan semakin meningkat apabila kedua senyawa tersebut ada bersama-sama Darmadji 1995. Di samping itu, beberapa senyawaan fenolik yang diisolasi dari berbagai jenis tumbuhan, seperti Pisum sativum L., Ocimum basilicum L., dan dari sampah kulit buah-buahan pada industri juice anggur, ternyata mempunyai sifat aktivitas antioksidan yang cukup potensial Javanmardi et al. 2003. Nurhayati 2000 menyatakan bahwa di samping sebagai bahan pengawet, asap cair juga dapat digunakan sebagai pestisida karena mengandung berbagai senyawa toksik terutama golongan lakton. Hal ini juga didukung beberapa penelitian antara lain, yang dilaporkan oleh Narasimhan et al. 2005 bahwa senyawa salanobutirolakton aktifb sebagai antifeedant, sedangkan senyawa desasetilsalanobutirolakton aktif sebagai insektisida dan pertumbuhan regulasinya. Senyawa gamma lakton berperan sebagai antifeedant bagi serangga Frackowiak et al. 2006.

2.6 Tanaman Daun Dewa

Tanaman daun dewa mempunyai nama latin Gynura pseudochina Lour DC. Tanaman ini mempunyai beberapa sinonim, yaitu Gynura segetum Lour Merr, dan Gynura sarmentosa BI. Menurut Heyne 1987, tanaman ini berasal dari Birma dan Cina. Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama daerah beluntas cina Sumatera, daun dewa Melayu, tigel kio Jawa. Menurut Winarto et al. 2003, tanaman ini merupakan terna impor dengan tinggi mencapai 45 cm dan memiliki umbi akar. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada ketinggian sekitar 200- 800 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini sangat ideal dibudidayakan di daerah dengan curah hujan kurang lebih 1.500-2.500 mmtahun dan suhu udara 25-32 o C, kelembapan berkisar 70-90 dengan penyinaran agak tinggi. Daun dan umbi tanaman ini sangat rentan terhadap terserang hama. Hal ini terbukti, umumnya tanaman ini yang ditanam di Kebun Percobaan Sukamantri dan Kebun Cikabayang IPB rata-rata daunnya 35 terserang hama. Demikian juga halnya, dengan tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat di Bantar Kambing, Kecamatan Ranca Bungur, Bogor. Tanaman daun dewa dapat dikembangbiakkan melalui umbi atau setek batang. Bagian tanaman ini yang paling banyak dimanfaatkan untuk bahan baku obat-obatan adalah daun dan umbi, baik dalam keadaan segar maupun kering. Menurut Winarto et al. 2003, efek farmakologi yang menonjol pada tanaman ini adalah efek antikoagulan, gangguan pada peredaran darah, dan mengurangi pembengkakan. Manfaat lainnya, yaitu sebagai antialergi, bronchitis, batu ginjal, antitumor, penawar racun, kencing manis Zhang Tang 2000, dan ekstrak etanol tanaman ini dapat melawan infeksi virus herpes Jiratchariyakul et al. 2001. Daun dan umbi tanaman daun dewa mengandung bahan aktif seperti flavonoid, saponin, terpenoid, tanin, dan alkaloid, Ratnaningsih et al. 1985; Wijayakusuma 1992; Siregar Utami 2000. Hasil penelitian Agusta et al. 1998 menunjukkan daun dewa mengandung 0,05 minyak atsiri dari bagian daunnya yang terdiri atas 22 komponen dan didominasi oleh senyawa seskuiterpena. Menurut Soetarno et al. 2000, senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun dewa termasuk golongan glikosida kuersetin yang diduga mempunyai kemampuan sebagai obat antikanker. Selain itu, juga ditemukan ada delapan asam fenolat, diantaranya asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksi benzoat dan asam vanilat, sedangkan tiga asam fenolat lainnya belum teridentifikasi. Santoso Gunawan 1999 melaporkan tanaman daun dewa mengandung alkaloid, tanin, saponin, polifenol, minyak atsiri dan flavonoid. Sedangkan Winarto et al. 2003 melaporkan kandungan kimia yang terdapat pada tanaman ini antara lain berupa flavonoid, asam fenolat, asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, dan asam vanilat. Kandungan kimia tanaman daun dewa telah diketahui bermanfaat sebagai antikanker, daun dan umbinya mengandung flavonoid, saponin, terpenoid, tanin, dan alkaloid golongan pirolizidin yang bersifat hepatotoksik. Hasil uji fitokimia yang telah penulis lakukan terhadap ekstrak daun dan umbi tanaman ini juga positif menunjukkan kandungan kimia alkaloid, terpenoid, flavonoid, antosianin, dan saponin. Berbagai literatur mempublikasikan kandungan dan manfaat flavonoid, alkaloid, saponin, dan minyak atsiri diindikasikan dapat menurunkan kolesterol darah, merangsang sirkulasi darah, juga bersifat antiseptik, analgetik, dan antiinflamasi. 36 Winarto et al. 2003, menyatakan hasil panen dari budidaya tanaman daun dewa yaitu daun dan umbi. Pemanenan daun dapat dilakukan setelah daun tanaman terbentuk dengan sempurna, ukuran daun cukup besar, dan warnanya sudah hijau tua, sedangkan umbinya baru dapat dipanen pada umur kira-kira 6-8 bulan, namun sangat tergantung pada cara pengelolaan dan kondisi tanah. Pemanenan yang terlalu cepat atau terlalu lama, akan berpengaruh pada kesempurnaan pembentukan atau kehilangan zat- zat yang terkandung di dalam umbi dan daun.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Serangkaian penelitian ini telah dilaksanakan sejak bulan Juli 2005 sampai Oktober 2006, yang dibagi ke dalam dua fase. Fase pertama adalah kegiatan di laboratorium yang meliputi proses pengomposan, pengarangan, pembuatan arang aktif dan analisis produk-produk yang dihasilkan serta bioassay asap cair yang diselesaikan dalam waktu sebelas bulan. Fase kedua adalah kegiatan di lapangan untuk mengaplikasikan produk komarasca yang dihasilkan pada percobaan di laboratorium pada tanaman daun dewa yang membutuhkan waktu selama lima bulan. Kegiatan di laboratorium dilaksanakan di beberapa laboratorium yang terdiri atas: 1 Laboratorium Kimia Kayu dan Energi Biomasa Puslitbang Hasil Hutan, Bogor dilakukan proses pengomposan, pengarangan dan analisis sifat-sifat dasar arang, asap cair dan arang aktif serta bioassay asap cair; 2 Laboratorium Servis Seameo Biotrob, Bogor dilakukan analisis kadar total fenol asap cair dan pengukuran nisbah CN kompos serta analisis kandungan unsur makro, mikro dan logam beratnya dengan Atomic Absorbtion Spectrophotometer AAS; 3 Laboratorium Teknologi Mineral Departemen Teknik Pertambangan ITB, Bandung dilakukan analisis arang dan arang aktif dengan X-Ray Diffraction XRD; 4 Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung dilakukan analisis arang dan arang aktif dengan spektrofotometer Fourier Transform Infra Red FTIR; 5 Laboratorium Kuarter Pusat Penelitian Geologi, Bandung dilakukan analisis arang dan arang aktif dengan Scanning Electron Microscopy SEM; 6 Laboratorium Kesehatan Daerah dh. laboratorium Doping Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI, Jakarta dilakukan analisis komponen asap cair dengan spektrometer Gas Chromatography- Mass Spectrometri GCMS; 7 Laboratorium Biologi Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB, Bogor dilakukan analisis mikrobiologi tanah dan unsur hara campuran media tanam; dan 8 Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia Fakultas MIPA IPB, Bogor dilakukan analisis kandungan fitokimia tanaman daun dewa hasil panen. Kegiatan di lapangan dilaksanakan di perkarangan rumah Ibu Alfa Blok A7 No.1 Perumahan Griya Melati Kelurahan Bubulak Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.