Kebiasaan Jajan PERSEPSI ORANG TUA

2. Kebiasaan Jajan

Pada Lampiran 17, diketahui bahwa sebagian besar orang tua memberikan uang saku kepada anak 98,70 dan hanya 1,30 orang tua yang tidak memberikan uang saku untuk anak. Besarnya uang saku yang diberikan orang tua kepada anak yaitu kurang dari Rp 1.000,00 3,88, Rp 1.000,00-Rp 5.000,00 79,74 dan Rp 5.000,00-Rp 10.000,00 15,08 Lampiran 18. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratomo 2002, dimana diketahui bahwa rata-rata besarnya uang saku yang diterima oleh siswa sekolah berkisar antara Rp 1.000,00-Rp 5.000,00 per hari 58,02. Kenaikan harga pada berbagai elemen komoditas pada tahun 2006 tidak merubah besarnya uang saku orang tua kepada anak. Dari tabulasi antara pemberian uang saku dan besarnya uang saku yang diberikan pada anak Gambar 5 dan Lampiran 19, dapat diketahui bahwa orang tua yang selalu memberikan uang saku tiap hari pada anak berbeda-beda yaitu kurang dari Rp 1.000,00 3,02, Rp 1.000,00-Rp 5.000,00 71,55, dan lebih dari Rp 5.000,00-Rp 10.000,00 13,36. Begitu pula orang tua yang tidak rutin atau kadang-kadang memberikan uang saku pada anak, mereka memberikan jumlah yang berbeda pula yaitu kurang dari Rp 1.000,00 0,86, berkisar antara Rp 1.000,00-Rp 5.000,00 8,19 dan lebih dari Rp 5.000,00-Rp 10.000,00 1,72. Frekuensi Uang Saku 3.02 71.55 13.36 0.86 8.19 1.72 20 40 60 80 Rp 1000 Rp1000 – Rp 5.000 Rp 5.000 – Rp 10.000 Persentase Kadang Ya Gambar 5. Frekuensi pemberian dan jumlah uang saku anak Uang saku yang diberikan orang tua kepada anak tersebut sebagian besar digunakan untuk membeli jajan 80,35. Sisanya uang saku tersebut oleh anak digunakan untuk membeli mainan 17,90 dan keperluan lainnya 1,75 Lampiran 20. Keperluan lainnya maksudnya adalah uang saku yang diberikan oleh orang tua kepada anak digunakan untuk menabung, ongkos angkutan, dan uang kas sekolah. Anak yang menggunakan uang saku untuk jajanan umumnya selalu dimonitor oleh orang tua 86,96 Lampiran 21. Menurut Sekarsari 2003, faktor utama penyebab anak sekolah membeli jajan adalah mereka merasa lapar lagi walaupun sudah makan di rumah 47,10, tidak sempat sarapan di rumah 13,17, tidak membawa bekal dari rumah 18,12, dan 2,90 menyatakan bahwa jajan dilakukan hanya untuk gengsi atau malu oleh teman jika tidak jajan. Jajanan yang dikonsumsi anak berbeda-beda. Menurut Rahayu et al. 2005, pangan jajanan yang dikonsumsi oleh anak sekolah umumnya dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu 1 Makanan utama nasi goreng, nasi soto, mie bakso, mie ayam, gado-gado, siomay, dan sejenisnya; 2 Penganan atau kue tahu goreng, cilok, martabak telur, apem, keripik, jelly, dan sejenisnya; 3 Minuman es campur, es sirup, es teh, es mambo, dan sejenisnya; 4 Buah-buahan pepaya potong, melon potong, dan sejenisnya. Dari 184 anak yang menggunakan uang saku untuk membeli jajanan, diketahui bahwa sebanyak 40,76 anak dari responden membeli jajanan berupa penganan, 30,46 anak dari responden membeli jajanan berupa makanan utama. Sisanya anak responden membeli jajanan berupa minuman 23,37 dan buah-buahan 5,44. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6. Jajanan yang sering dikonsumsi anak 30.43 40.76 23.37 5.44 Makanan utama Panganan Minuman Buah - buahan Gambar 6. Jajanan yang dibeli oleh anak sekolah Pola makan yang dianjurkan kepada anak seharusnya mengandung karbohidrat berkisar 50-60 persen dari total kalori yang dikonsumsi. Sementara asupan lemak tidak lebih dari 30 persen dari total kalori, dan protein 20-25 persen. Tambahannya air, mineral, dan vitamin diperlukan meski dalam jumlah kecil, karena merupakan unsur yang menjaga keseimbangan atau membantu metabolisme makanan yang utama tadi Anonim, 2007. Khusus untuk protein hewani seorang anak dianjurkan agar mengkonsumsi kira-kira 5 gram protein asal ternak ditambah 10 gram protein ikan Khomsan, 2002. Namun dari sekian banyak jajanan yang dibeli oleh anak umumnya hanya terbuat dari karbohidrat sehingga tidak memenuhi standar gizi anak.

3. Pangan Jajanan di Sekolah