responden guru diterima untuk selanjutkan digunakan dalam penyebaran kuisioner.
C. RELIABILITAS KUISIONER
Reliabilitas kuisoner dilakukan dengan metode yang sama pada uji validitas. Responden yang digunakan dalam uji reliabilitas berjumlah 30 orang
responden dengan teknik pengulangan pertanyaan dalam selang waktu 14 hari antara pengukuran pertama dan kedua. Berdasarkan pengujian reliabilitas
persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajan anak sekolah masing-masing diperoleh nilai r hitung sebesar 0,981 dan 0,975. Nilai r tabel
pada selang kepercayaan 95 untuk N-2 adalah 0,361. Hasil uji reliabilitas terhadap kuisioner orang tua dan kuisioner guru menunjukkan bahwa r hitung
lebih besar daripada r tabel. Hal ini berarti bahwa kuisioner yang digunakan dalam penelitian telah reliabel atau dapat dipercaya. Data hasil perhitungan
reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.
D. PROFIL RESPONDEN
1. Orang Tua
Profil responden orang tua dibagi menjadi 5 kriteria, yaitu usia, pekerjaan, pengeluaran, pendidikan formal terakhir yang ditamatkan, dan
jumlah anak usia sekolah dasar. Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar orang tua berada dalam kisaran usia 36-46 tahun 53,45. Data
sebaran orang tua berdasarkan kelompok usia terdapat pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran orang tua berdasarkan usia
Usia N
N
25 tahun 21
9,05 25 – 35 tahun
78 33,62
36 – 46 tahun 124
53,45 46 tahun
9 3,88
Total
232 100,00
Menurut Sumarwan 2003, usia 16-18 tahun termasuk kelompok remaja lanjut, 19-24 tahun termasuk kelompok dewasa awal, 25-35 tahun
termasuk kelompok dewasa lanjut dan 36-50 tahun termasuk kelompok paruh baya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa lebih dari 50
responden dalam penelitian ini berdasarkan siklus hidupnya termasuk kelompok ibu rumah tangga dari dewasa lanjut hingga paruh baya.
Berdasarkan pekerjaan, lebih dari setengah responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan atau ibu
rumah tangga penuh 63,79. Sedangkan sisanya sebanyak 27,59 responden ibu rumah tangga memiliki pekerjaan sambilan dan sebanyak
862 responden ibu rumah tangga lainnya bekerja di luar rumah secara penuh. Tabel 12 menyajikan data sebaran orang tua berdasarkan kelompok
pekerjaan. Tabel 12. Sebaran orang tua berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan N
N
Ibu RT tanpa pekerjaan sambilan 148
63,79 Ibu RT dengan pekerjaan sambilan
64 27,59
Ibu RT dengan pekerjaan penuh di luar rumah
20 8,62
Total 232 100,00
Ibu rumah tangga tanpa pekerjaan sambilan, umumnya mendedikasikan dirinya untuk peran sebagai istri dan ibu bagi anak-
anaknya dalam rumah tangga. Ibu rumah tangga dengan pekerjaan sambilan dalam penelitian ini berarti selain menjalani perannya sebagai istri dan ibu
di keluarga juga memiliki pekerjaan non formal yang menyumbangkan pemasokan untuk keluarga, seperti dengan membuka toko atau kios
berdagang di rumah atau pasar, menerima jasa jahitan, membuka salon sampai menjadi pembantu atau tukang cuci pakaian. Sedangkan ibu rumah
tangga dengan pekerjaan penuh diluar rumah berarti ibu yang bekerja
selama periode tertentu Term-Time Working, dimana ibu bekerja penuh
waktu selama periodewaktu tertentu, setelah itu ada jeda untuk beberapa waktu di rumah sebelum kembali bekerja selama periode tertentu.
Misalnya, menjadi guru sekolah dan pekerja kantoran Anonim, 2005a.
Ada perbedaan dalam pembentukan kebiasaan makan bagi anak antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah
tangga penuh. Ibu yang bekerja berarti sebagian waktunya akan tersita, sehingga peranannya dalam hal mengurus anak terpaksa dikerjakan oleh
orang lain Suhardjo, 1989. Para peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mendapatkan
data mengenai pendapatan dari responden. Responden merasa tidak nyaman jika harus mengungkapkan pendapatan yang diterimanya dan sebagian
merasa bahwa pendapatan adalah suatu hal yang sangat pribadi sehingga sangat sensitif jika diberitahukan pada orang lain. Untuk mengatasi
kesulitan di atas, penelitian ini menggunakan metode lain dalam mengukur pendapatan seseorang konsumen, yakni melalui pendekatan pengeluaran
sekeluarga perbulan Sumarwan, 2003. Berdasarkan pengeluaran sekeluarga perbulan yang ditampilkan
pada Tabel 13, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengeluaran sekeluarga perbulan sebesar Rp 1.000.000,00–Rp 2.500.000,00
45,26. Badan Pusat Statistik BPS 2006, menetapkan penduduk yang tergolong sangat miskin pendapatannya setara Rp 480.000 per rumah
tangga RT per bulan, rumah tangga miskin apabila pendapatannya Rp 600.000 per bulan dan mendekati miskin pendapatannya Rp 700.000 per
RT per bulan. Dari hasil tersebut diketahui bahwa pendapatan responden dalam penelitian ini yang didekati dengan pengeluaran, umumnya berada
pada kelompok pendapatan menengah keatas. Tabel 13. Sebaran orang tua berdasarkan pengeluaran
Pengeluaran N
N
Rp 1.000.000 84
36,21 Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000
105 45,26
Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 36
15,52 Rp 5.000.000
7 3,01
Total 232 100,00
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan responden, sebanyak 78,45 responden berpendidikan sekolah lanjutan Tabel 14. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa responden telah memiliki tingkat
pendidikan yang cukup memadai. Sebaran tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua dinilai cukup mampu
mengakses informasi yang diperlukan untuk kelangsungan dan kesejahteraan keluarganya. Selain itu, responden juga dinilai cukup mampu
memahami instruksi yang diberikan peneliti lewat kuisioner selama pengambilan data, sehingga menunjang pencapaian tujuan penelitian
Mardiyanti, 2005. Tabel 14. Sebaran orang tua berdasarkan pendidikan
Pendidikan N
N
Sekolah Dasar SD atau sederajat 30
12,93 Sekolah lanjutan SLTP, SLTA atau sederajat
182 78,45
Perguruan tinggi Diploma, S-1, S-2, atau S-3 20
8,62
Total 232 100,00
Menurut Sumarwan 2003, pendidikan, pekerjaan dan pengeluaran sangat terkait satu sama lain. Pendidikan yang rendah akan mencerminkan
jenis pekerjaan dan pendapatan serta daya beli terhadap pangan. Sedangkan menurut Sanjur 1982, pendidikan ibu memiliki hubungan dengan
perbaikan pola konsumsi pangan keluarga. Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan yang dimiliki maka akan terjadi perbaikan
kebiasaan makan, serta perhatian pada kesehatan dan makanan yang bergizi juga bertambah.
Pada penelitian dapat dilihat bahwa, responden umumnya memiliki satu orang anak yang berada pada usia sekolah dasar 89,66 sedangkan
responden yang memiliki dua orang anak pada usia sekolah dasar hanya 24 orang 10,34 Lampiran 9. Anak usia sekolah dasar memerlukan banyak
gizi dimana mereka masih dalam proses pertumbuhan sehingga diperlukan perhatian dari orang tua yang tinggi terhadap kebutuhan pangan baik
kuantitas maupun kualitasnya. Jumlah anak usia sekolah dasar yang lebih sedikit pada satu keluarga menyebabkan perhatian orang tua lebih banyak
pada anak tersebut sehingga asupan gizi pada anak lebih baik Khomsan, 2002. Penyebaran terhadap tingkat kelas anak merata pada semua
tingkatan yaitu dari kelas 1 sampai kelas 6. Sehingga data yang didapatkan mampu mewakili ibu dari anak usia sekolah dasar.
2. Guru