KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH

dianggap aman oleh konsumen untuk di konsumsi Fardiaz, 1993. Disamping itu, pedagang sering menambah bahan berbahaya dan menggunakan bahan tambahan yang dilarang atau melebihi batas penggunaan yang diizinkan pada pangan jajanan, sehingga cepat atau lambat akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Menurut Rahayu et al. 2005, pangan jajanan di sekolah umumnya dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu makanan utama nasi goreng, nasi soto, mie bakso, mie ayam, gado-gado, siomay, dan sejenisnya, penganan atau kue-kue tahu goreng, cilok, martabak telur, apem, keripik, jelly, dan sejenisnya, minuman es campur, es sirup, es teh, es mambo, dan sejenisnya, dan buah-buahan pepaya potong, melon potong, dan sejenisnya. Pada penelitian yang dilakukan terhadap pangan jajanan di Bogor telah ditemukan Salmonella paratyphi A di 25 - 50 sampel minuman yang dijual oleh pedagang kaki lima. Bakteri ini berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi juga ditemukan pada pangan jajanan seperti penyalahgunaan bahan kimia berbahaya seperti Boraks pengempal yang mengandung logam berat Boron, formalin pengawet yang digunakan untuk mayat, Rhodamin B pewarna merah pada tekstil, dan Methanil Yellow pewarna kuning pada tekstil Judarwanto, 2006. Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Pengaruh jangka pendek penggunaan bahan kimia berbahaya ini menimbulkan gelaja- gejala yang sangat umum seperti pusing dan mual.

B. KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH

Kebiasaan jajan merupakan salah satu bentuk dari kebiasaan makan. Kebiasaan jajan adalah istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku manusia yang berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata krama makan, frekuensi makan, jenis makanan, jumlah makanan, kepercayaan terhadap makanan misalnya pantangan, distribusi makanan antar anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan misalnya suka atau tidak suka, dan cara pemilihan makanan yang hendak dimakan Suhardjo, 1989. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan jajan. Hasil Penelitian Susanto 1986, menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih pangan jajanan adalah faktor psikologi, kesukaan dan pengetahuan. Selain itu terdapat faktor pembatas yaitu uang jajan dan makanan. Kebiasaan jajan ini mempunyai kebaikan dan keburukan. Kebaikan dari jajan adalah jika makanan yang dibeli sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan, maka bisa melengkapi atau menambah kebutuhan gizi anak; mengisi kekosongan lambung; dan dapat digunakan untuk mendidik anak dalam memilih jajan menurut standar gizi empat sehat lima sempurna. Sedangkan keburukan dari kebiasaan jajan adalah dapat memboroskan keuangan rumah tangga apabila jajan tanpa perhitungan; jajan yang terlalu banyak bisa mengurangi nafsu makan di rumah; dan membahayakan kesehatan apabila jajanan yang dibeli tidak terjamin kesehatannya Martoatmodjo et al., 1973. Hasil penelitian Komalasari 1991, menyatakan bahwa alasan anak sekolah mempunyai kebiasaan jajan antara lain : • Tidak sempat sarapan sebelum pergi sekolah, karena ibu yang tidak sempat menyiapkan makanan, atau anak yang tidak bernafsu untuk makan sehingga suka jajan di luar • Alasan psikologi, dimana mereka merasa tidak solider pada teman atau gengsi turun jika tidak jajan • Ibu tidak sempat menyiapkan bekal untuk ke sekolah • Anak biasa mendapat uang jajan dari orang tua • Kebutuhan biologi yang perlu dipenuhi, walaupun anak sudah makan di rumah tetapi tambahan pangan jajanan masih diperlukan karena kegiatan fisik di sekolah yang memang memerlukan tambahan energi. Kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Selanjutnya pola makan dalam keluarga harus juga diperhatikan, frekuensi makan bersama dalam keluarga, pembiasaan makan yang seimbang gizinya, tidak membiasakan makanan atau minuman manis, membiasakan banyak makan buah dan sayur diantara waktu-waktu makan dan sebagainya. Bagi anak sekolah dasar, peranan guru dan kebijaksanaan sekolah sangat berarti, karena mereka sudah tidak diawasi oleh orang tua. Misalnya bagaimana seorang guru memotivasi bahwa membawa bekal dari rumah itu lebih baik daripada jajan, kemudian memberi penerangan bekal yang baik dan sehat untuk dibawa. Hal lain yang dapat dilakukan sekolah, misalnya membatasi, menyeleksi dan memonitor pangan jajanan yang disodorkan penjual baik yang ada di kantin maupun di sekitar sekolah. Selain itu, para guru juga harus memberi teladan yang baik dalam menerapkan kebiasaan makan, misalnya tidak turut mengkonsumsi pangan jajanan sembarangan.

C. RISIKO BAHAYA KERACUNAN PANGAN