II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH
Keamanan pangan atau food safety kini menjadi isu yang sangat popular di dunia. Keamanan pangan diartikan sebagai kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologi, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan
kesehatan manusia UU RI No 7, 1996. Aspek keamanan pangan bila tidak diperhatikan dapat menjadikan pangan berbalik menjadi sumber malapetaka,
sumber penyakit, bahkan kematian Sulaeman, 1996. Keamanan pangan tercermin dari angka keracunan pangan di suatu
negara. Keracunan pangan pada prinsipnya disebabkan karena seseorang memakan pangan yang mengandung senyawa beracun. Senyawa beracun
tersebut mungkin saja terkandung dalam pangan secara alami, tercemar lingkungan, terbentuk akibat proses pengolahan, atau terbentuk karena hidupnya
mikroba pembentuk racun. Kasus keracunan pangan tampaknya sudah menjadi langganan di
Indonesia, namun masih sangat sedikit yang dilaporkan. Hal tersebut mengakibatkan angka keracunan pangan yang tercatat under estimate, jauh lebih
kecil dari angka sebenarnya fakta Krisnovitha, 2004. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan POM RI, kasus keracunan pangan yang dilaporkan
masyarakat dari tahun 2003 hingga tahun 2005 terdapat peningkatan yaitu dari 34 kasus pada tahun 2003 menjadi 164 kasus pada tahun 2004 dan 184 kasus
pada tahun 2005. Pada tahun 2006 terjadi penurunan pelaporan kasus keracunan pangan sehingga yang terlaporkan hanya 106 kasus Rahayu, 2006a. Sedangkan
untuk kasus keracunan yang terjadi pada anak sekolah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data korban dan penyebab kasus keracunan pangan di lingkungan sekolah pada tahun 2006
Tempat Korban Makanan RT
Olahan Jajanan Jasa Boga
Lain-lain TK 144
SD 584 2 6 8
3 SLTP
78 2 1 SLTA
25 2 1 PT 71
1
Total 902 2 6 12 4
1
Sumber: Rahayu 2006b
Menurut Rahayu et al. 2005, terjadinya kasus keracunan atau gangguan kesehatan di lingkungan sekolah akibat keamanan pangan
dikarenakan oleh: 1 ditemukannya produk pangan olahan di lingkungan sekolah yang tercemar bahan berbahaya mikrobiologis dan kimia; 2 kantin
sekolah dan pangan siap saji di sekolah yang belum memenuhi syarat higienitas; 3 donasi pangan yang bermasalah.
Menurut data Badan POM RI, kasus keracunan pangan terbesar di Indonesia salah satunya masih bersumber pada pangan jajanan Rahayu, 2006a.
Pangan jajanan adalah pangan yang diproduksi oleh pengusaha sektor informal dengan modal terbatas atau kecil dan dijajakan di tempat-tempat keramaian,
sepanjang jalan serta di pemukimanperkampungan dengan cara berjualan berkeliling, menetap atau kombinasi dari kedua cara tersebut. Aspek positif dari
pangan jajanan yaitu dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap kelompok konsumen tertentu yang pada umumnya tidak mempunyai cukup
waktu untuk makan di rumah seperti pelajar, mahasiswa, buruh dan karyawan. Pangan jajanan yang dijual para pedagang umumnya masih rendah
dalam hal mutu mikrobiologi dan kimiawi Fardiaz dan Fardiaz, 1992. Pangan jajanan sering tidak disiapkan secara higienis baik saat pengolahan maupun di
tempat berjualan, biasanya dibiarkan terbuka dan dapat terkontaminasi serangga, polusi debu dan asap knalpot kendaraan. Pangan yang terlihat bersih baik
penampilan, cara penjualan maupun lingkungan tempat penjualan, biasanya
dianggap aman oleh konsumen untuk di konsumsi Fardiaz, 1993. Disamping itu, pedagang sering menambah bahan berbahaya dan menggunakan bahan
tambahan yang dilarang atau melebihi batas penggunaan yang diizinkan pada pangan jajanan, sehingga cepat atau lambat akan mengakibatkan gangguan
kesehatan. Menurut Rahayu et al. 2005, pangan jajanan di sekolah umumnya
dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu makanan utama nasi goreng, nasi soto, mie bakso, mie ayam, gado-gado, siomay, dan sejenisnya, penganan
atau kue-kue tahu goreng, cilok, martabak telur, apem, keripik, jelly, dan sejenisnya, minuman es campur, es sirup, es teh, es mambo, dan sejenisnya,
dan buah-buahan pepaya potong, melon potong, dan sejenisnya. Pada penelitian yang dilakukan terhadap pangan jajanan di Bogor telah
ditemukan Salmonella paratyphi A di 25 - 50 sampel minuman yang dijual oleh pedagang kaki lima. Bakteri ini berasal dari es batu yang tidak dimasak
terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi juga ditemukan pada pangan jajanan seperti penyalahgunaan bahan kimia berbahaya
seperti Boraks pengempal yang mengandung logam berat Boron, formalin pengawet yang digunakan untuk mayat, Rhodamin B pewarna merah pada
tekstil, dan Methanil Yellow pewarna kuning pada tekstil Judarwanto, 2006. Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat
karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Pengaruh
jangka pendek penggunaan bahan kimia berbahaya ini menimbulkan gelaja- gejala yang sangat umum seperti pusing dan mual.
B. KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH