Aktivitas Guru untuk Memonitor Pangan Jajanan dan Mengingatkan Pangan Jajanan di Sekolah

makanan melalui berbagai pembawa antara lain serangga, tikus, peralatan, ataupun manusia yang menangani pangan tersebut Adanya bahan kontaminasi pada pangan dapat menurunkan nilai estetis dari pangan. Selain itu pula adanya bahan kontaminasi pada pangan dapat menimbulkan efek yang lebih merugikan antara lain sakit, bahkan kematian Purnawijayanti, 2001. Lingkungan penjual pangan jajanan merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung keamanan pangan jajanan anak sekolah. Lingkungan penjual pangan jajanan yang baik menurut responden adalah lingkungan yang bersih, jauh dari tempat sampah, jauh dari sumber polusi, dan jauh dari keramaian. Dari Lampiran 24 diketahui bahwa, responden berpendapat bahwa penjual pangan jajanan seharusnya berada dalam lingkungan yang bersih 80,00.

F. PERSEPSI GURU

1. Aktivitas Guru untuk Memonitor Pangan Jajanan dan Mengingatkan

Anak Didik Kegiatan mengajar yang dilakukan guru tidak hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja tetapi kecakapan yang berdimensi ranah rasa dan karsa karena mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang guru yang membuat orang lain siswa belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya. Peranan guru dalam memonitor keamanan pangan jajanan, menghimbau sarapan pagi, dan mengajarkan anak untuk tidak jajan sembarangan merupakan sebagian dari kegiatan mengajar. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa guru yang memonitor langsung keamanan jajanan di kantin sekolah adalah sebanyak 64,38 dan yang selalu mengingatkan anak didik untuk sarapan dahulu sebelum berangkat ke sekolah sebanyak 86,87. Sedangkan guru yang selalu mengajarkan murid untuk tidak mengkonsumsi pangan jajanan sembarangan sebanyak 68,75 Lampiran 25 sampai Lampiran 27. Hal ini membuktikan bahwa peran guru sebagai fasilitator, motivator maupun pembimbing dilaksanakan dengan baik oleh guru, namun pada kenyataannya apa yang disampaikan oleh guru belum dilaksanakan dengan baik oleh anak dimana masih banyak anak yang mengkonsumsi jajanan sembarangan dan mengalami gangguan kesehatan akibat pangan jajanan. Dengan demikian diperlukan kerjasama dengan pihak lain seperti orang tua dan pedagang baik yang berjualan di kantin maupun yang di sekitar sekolah agar tercipta keamanan pangan.

2. Pangan Jajanan di Sekolah

[[[ Pangan jajanan di sekolah terbagi dua yaitu pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah dan pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah. Pada Lampiran 28 diketahui bahwa, sebagian besar guru menyatakan bahwa sekolah yang dijadikan tempat penelitian memiliki fasilitas kantin 91,25. Selain itu, di setiap sekolah juga terdapat pedagang pangan jajanan yang berjualan di sekitar sekolah. Dari Lampiran 29, diketahui bahwa guru yang disekolahnya memiliki kantin berpendapat bahwa sebagian besar pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah aman untuk dikonsumsi 86,99 dan ada pula guru yang menyatakan bahwa hanya sebagian pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah aman untuk dikonsumsi 13,01. Sedangkan untuk pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah, lebih dari 50 guru menyatakan hanya sebagian pangan jajanan yang aman untuk dikonsumsi 69,38. Sisanya guru menyatakan bahwa pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah aman untuk dikonsumsi 22,50 dan pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah tidak aman untuk dikonsumsi 8,12. Hasil tersebut mengungkapkan bahwa perlu adanya kerja sama antara pihak sekolah dengan pedagang yang berjualan disekitar sekolah untuk dapat meningkatkan keamanan pangan jajanan yang beredar di sekolah. Guru yang menyatakan bahwa pangan jajanan yang dijual di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah tidak aman dikonsumsi, disebabkan oleh kurangnya kebersihan pedagang, tempat berjualan yang kotor, pangan yang dijual menggunakan bahan-bahan kimia yang dilarang untuk dikonsumsi seperti pewarna tekstil, pengawet, formalin, maupun borak,. Selain itu menurut guru pangan yang dijual sebagian tidak diolah secara tepat sehingga berpotensi menimbulkan penyakit. Persentase dari masing-masing penyebab dapat dilihat pada Lampiran 30.

3. Kebersihan Pangan Jajanan