37
d Penggalian potensi ekonomi dan investasi atas dasar kerjasama yang saling menguntungkan serta adil.
e Peningkatan kualitas dan pemberdayaan sumberdaya manusia melalui kerjasama bidang pendidikan, kesehatan, ilmu pengetahuan, dan teknologi,
serta budaya. f Peningkatan kualitas lingkungan melalui kerjasama program-program
perbaikan kerusakan dan pengendalian atas dampak negatif pembangunan. Menurut Guo 1996 Kalimantan Barat adalah salah satu dari empat
provinsi di Indonesia yang secara langsung mempunyai perbatasan darat dengan negara tetangga yaitu serawak Malaysia Timur. Di wilayah perbatasan wilayah
Kalimantan barat potensi sumberdaya hutan relatif besar dan belum dikelola secara optimal. Selain memang adanya keterbatasan baik fisik maupun sosial
ekonomi dikawasan ini, juga dikarenakan kurangnya perhatian dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap pengelolaan sumberdaya di wilayah
perbatasan. Akibatnya, kawasan perbatasan yang kaya akan sumberdaya alam khususnya sumberdaya hutan belum bisa memberikan kontribusi yang besar
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan pendapatan asli daerah PAD. Hal ini disebabkan lemahnya kosentrasi
pembangunan ke kawasan perbatasan khususnya pembangunan sektor kehutanan yang kurang mendapat prioritas didalam perencanaan pembangunan.
Di sisi lain, kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan terkesan masih bersifat sektoral dan belum mencakup aspek Ekologi, ekonomi,
sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan.
2.5. Rapid Apraissal Indeks Sustainable For Forest
Management Rap- Insusforma
Rapid apraissal RAP adalah suatu teknik multi-dislipinary untuk mengevaluasi comparative sustainability berdasarkan sejumlah atributeIndikator
yang mudah untuk di skoring Fauzi dan Anna, 2005. Insusforma merupakan singkatan dari Index Sustainable For Forest Management atau indeks
keberlanjutan pengelolaan sumberdaya hutan. Penelitian ini mencoba mengaplikasikan pendekatan Rap-Insusforma dalam memotret status
keberlanjutan pembangunan sumberdaya hutan dengan mengambil studi kasus di wilayah perbatasan Kalimantan Barat.
Menurut CIFOR 1999 definisi atribut atau indikator adalah variabel atau komponen dari ekosistem hutan atau sistem pengelolaan yang digunakan untuk
38
menyimpulkan status suatu kriteria. Penentuan atribut atau indikator di sektor kehutanan haruslah menyampaikan satu pesan tunggal yang berarti. Pesan yang
berarti tersebut disebut informasi. Informasi ini akan mewakili suatu kumpulan atau beberapa unsur data yang saling berhubungan CIFOR,1999
Proses Rapid Apraissal Analysis, adalah teknik yang dikembangkan oleh University of British Columbia Canada untuk sumberdaya perikanan, untuk
mengevaluasi keberlanjutan sumberdaya perikanan secara multidisipliner. Metode ini adalah metode yang sederhana dan fleksibel yang menampung
kreativitas dalam pendekatannya terhadap suatu masalah. Metode ini memasukkan pertimbangan - pertimbangan melalui penentuan atribut yang
akhirnya menghasilkan skala prioritas Fauzy dan Anna, 2005. Dalam Rapid Apraisal Analysis, sumberdaya dapat saja di definisikan
sebagai suatu entitas dalam lingkup yang luas, atau dalam lingkup sempit misalnya dalam satu yurisdiksi. Sejumlah atribut sumberdaya dapat
dibandingkan, atau bahkan trajektori waktu dari individual sumberdaya dapat di plot. Atribut dari setiap dimensi yang akan di evaluasi dapat dipilih untuk
merefleksikan keberlanjutan, serta dapat diperbaiki atau diganti ketika informasi terbaru diperoleh Fauzi dan Anna, 2005. Penggunaan analisis Rapid Apraissal
yang mencakup aspek dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan akan diperoleh gambaran yang jelas dan komprehensif mengenai
kondisi sumberdaya hutan khususnya di daerah wilayah penelitian, sehingga akhirnya dapat dijadikan bahan untuk menentukan kebijakan yang tepat untuk
mencapai pembangunan kehutanan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Menurut CIFOR 1999 definisi atribut atau indikator adalah variabel atau komponen dari ekosistem hutan atau sistem pengelolaan yang digunakan untuk
menyimpulkan status suatu kriteria. Penentuan atribut atau indikator di sektor kehutanan haruslah menyampaikan satu pesan tunggal yang berarti. Pesan yang
berarti tersebut disebut informasi. Informasi ini akan mewakili suatu kumpulan atau beberapa unsur data yang saling berhubungan CIFOR,1999.
Menurut Susilo 2003 atribut-atribut pembangunan berkelanjutan dari setiap dimensi tersebut dapa t dianalisis dan digunakan untuk menilai secara
cepat status keberlanjutan pembangunan sektor tertentu dengan menggunakan metode multi variabel non -parametrik yang disebut multidimensional scaling
MDS. Metode ini belum pernah dilakukan untuk mengevaluasi pembangunan
39
bidang kehutanan. Metode Rapid Apraisal pernah digunakan untuk mengevaluasi pembangunan perikanan yang dikenal dengan nama RAPFISH The Rapid
Appraisal of the Status of Fisheries dan di bidang peternakan untuk desain sistem budi daya sapi potong berkelanjutan. Hasil evaluasi keberlanjutan
sumberdaya hutan ini akan dilakukan analisis keterkaitan dan ketergantungan antar faktor untuk menentukan urutan prioritas kebijakan. Faktor-faktor yang
dominan akan menjadi dasar untuk membangun model. Dalam Rapid Appraisal Analysis, analisis data dilakukan melalui beberapa
tahapan, yaitu 1 tahap penentuan atribut deskriptor yang mencakup lima dimensi Ekologi, Ekonomi, Sosial, Hukum dan Teknologi; 2 Tahap penilaian
setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi; 3 Tahap analisis ordinasi indeks keberlanjutan dilakukan dengan
menggunakan metode multi variable non-parametrik yang disebut multidimensional scaling MDS. Selanjutnya analisis Montecarlo untuk mengukur
sensitivitas yang telah dipadukan menjadi satu dalam perangkat lunak tersebut, dan analsisis laverage untuk menentukan aspek anomali dari atribut yang
dianalisis Mersyah, 2004. Fauzi dan Anna 2005 menyatakan bahwa prosedur Rapid appraisal
indeks status keberlanjutan sumberdaya dilakukan melalui lima tahapan yaitu: 1 Analisis terhadap data sektor yang diteliti melalui data statistik dan studi literature
dan pengamatan dilapangan; 2 Melakukan skoring dengan mengacu pada literatur dengan menggunakan Excell; 3 Melakukan analisis MDS dengan
software SPSS untuk menentukan ordinasi dan nilai “stress” melalui ALSCAL Alogaritma; 4 Melakukan rotasi untuk menentukan posisi sumberdaya pada
ordinasi bad dan good dengan excell dan Visual Basic; 5 Melakukan sensitivity analysis leverage analysis dan Monte Carlo Analysis untuk memperhitungkan
aspek ketidakpastian. 2.6.
Model
Definisi model adalah suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia nyata riil, yang akan bertindak seperti dunia nyata untuk aspek-aspek tertentu
Manetsch and Park, 1997. Model dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu model kuantitatif, kualitatif dan ikonik Aminullah, 2003. Model yang baik akan
memberikan gambaran perilaku dunia nyata sesuai dengan permasalahan dan akan me minimalkan perilaku yang tidak signifikan dari sistem yang dimodelkan.
40
Salahsatu cara untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks adalah dengan menggunakan konsep model simulasi. Dengan menggunakan
simulasi, maka model akan mengkomputasikan jalur wa ktu dari variabel model untuk tujuan tertentu dari input sistem dan parameter model. Karena itu model
simulasi akan dapat memprediksi dunia riil yang kompleks. Model juga dapat digunakan untuk keperluan optimasi, dimana suatu kriteria model dioptimalkan
terhadap input atau struktur sistem alternatif. Karena itu, model dapat dibangun dengan basis data data base atau basis pengetahuan knowledge base
Eriyatno, 2003. Menurut Muhammadi et al., 2001, pemahaman struktur dan perilaku
sistem akan membantu dalam pembentukan model dinamika kuantitatif formal, dengan menggunakan diagram sebab akibat causal loop dan diagram alir flow
chart. Diagram sebab akibat akan dipergunakan sebagai dasar untuk mebuat diagram alir yang akan disimulasikan dengan menggunakan program model
yang ada dalam software atau program untuk analisis sistem, sehingga setelah dilakukan analisis akan didapatkan kesimpulan dan kebijakan apa yang harus
dilaksanakan. Menurut Muhammadi et al. 2001 tahapan-tahapan untuk melakukan
simulasi model adalah sebagai berikut. a. Penyusunan konsep.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi variabel-variabel yang berperan dalam menimbulkan gejala atau proses. Variabel-variabel tersebut saling
berinteraksi, saling berhubungan, dan saling berketerg antungan. Kondisi ini dijadikan sebagai dasar untuk menyusun gagasan atau konsep mengenai
gejala atau proses yang akan disimulasikan. b. Pembuatan model.
Gagasan atau konsep yang dihasilkan pada tahap pertama selanjutnya dirumuskan sebagai model yang berbentuk uraian , gambar atau rumus.
c. Simulasi. Simulasi dilakukan dengan menggunakan model yang telah dibuat. Pada
model kuantitatif, simulasi dilakukan dengan memasukkan data ke dalam model, sedangkan pada model kualitatif, simulasi dilakukan dengan
menelusu ri dan melakukan analisis hubungan sebab akibat antar variabel dengan memasukkan data atau informasi yang dikumpulkan untuk
memahami perilaku gejala atau proses model
41
d. Validasi hasil simulasi. Validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi
dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat dinyatakan baik jika kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang
terjadi di dunia nyata relatif kecil. Hasil simulasi yang sudah divalidasi tersebut digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta
kecenderungan di masa depan, yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi pengambil keputusan untuk merumuskan suatu kebijakan di masa
mendatang .
2.7. Hasil Penelitian Terdahulu.