60
e. Simulasi Model Simulasi model digunakan untuk melihat pola kecenderungan perilaku
model berdasarkan hasil simulasi model akan dianalisis dan ditelusuri faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya pola dan kecenderungan tersebut. Tahap
berikutnya perlu dijelaskan bagaimana mekanisme kejadian tersebut berdasarkan analisis struktur model. Hasil simulasi model dijadikan dasar untuk
merumuskan kebijakan yang diperlukan dalam perbaikan kinerja sistem. f. Verifikasi dan Validasi Model
Suatu model dikatakan valid jika struktur dasarnya dapat menggambarkan perilaku yang polanya dapat menggambarkan perilaku sistem
nyata, atau dapat mewakili dengan cukup akurat, data yang dikumpulkan sehubungan dengan sistem nyata atau asumsi yang dibuat berdasarkan
referensi sesuai cara sistem nyata bekerja. Membuktikan validasi sebenarnya suatu hal yang sulit untuk d ilakukan.
Walaupun validasi suatu sistem dibatasi oleh mental model dari penyusun model, namun demikian untuk memenuhi kaidah keilmuan pada model sistem
tetap perlu dilakukan uji validasi. Hal ini juga dilakukan untuk menanggapi kritik para ekonom di tahun 1960 -an, yang menyatakan bahwa metode berpikir
sistem sebagai model of doom karena saat itu belum dilengkapi dengan teknik- teknik validasi..
3.4.3. Analisis Propektif
Analisis prospektif digunakan untuk memprediksi kemungkinan- kemungkin yang akan terjadi di masa depan. Analisis prospektif tidak sama
dengan peramalan karena dari analisis prospektif dapat diprediksi alternatif- alternatif yang akan terjadi dimasa datang baik yang bersifat positif diinginkan
ataupun yang negatif tidak diinginkan. Kegunaan analisis prospektif adalah untuk : 1 Mempersiapkan tindakan strategis yang perlu dilakukan dan 2
melihat apakah perubahan dibutuhkan dimasa depan. Analisis prospektif tepat digunakan untuk perancangan strategi kebijakan Beffa, 1991, Bourgoise, 1999
dan Godet, 2000. Analisis prospektif merupakan pengembangan dari metoda Delphi yang
menggunakan pendapat kelompok pakar untuk pengambilan keputusan. Menurut Hardjomidjodjo 2000, tahapan dalam analisis prospektif terdiri :
61
1. Definisi dari tujuan sistem yang dikaji. Tujuan sistem yang dikaji perlu spesifik dan dimengerti oleh semua pakar
yang akan diminta pendapatnya. Hal ini dilakukan agar pakar mengerti ruang lingkup dan kajian penyamaan pandangan tentang sistem yang dikaji.
2. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut, yang biasanya merupakan kebutuhan stakeholders sistem yang dikaji.
Berdasarkan tujuan studi yang ingin dicapai, pakar diminta mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut. Pakar
diharapkan dapat mewakili stakeholders sistem yang dikaji sehingga semua kepentingan elemen sistem dapat terwakili. Pada tahapan ini definisi dari tiap
faktor harus jelas dan spesifik. Integrasi pendapat pakar dilaksanakan dengan mengambil nilai modus.
3. Penilaian pengaruh langsung antar faktor Semua faktor yang teridentifikasi akan dinilai pengaruh langsung antar faktor
sebagaimana disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8 Tabel 7. Pedoman penilaian analisis prospektif
Skor Keterangan
Tidak ada pengaruh 1
Berpengaruh kecil 2
Berpengaruh sedang 3
Berpengaruh sangat kuat Tabel 8. Pengaruh langsung antarfaktor dalam pengelolaan
sumberdaya hutan berkelanjutan
Dari ? Tehadap ?
A B
C D
E F
G A
B C
D E
F G
Sumber: Godet 1999.
Hasil matriks gabungan pendapat pakar diolah dengan perangkat lunak analisis prospektif dengan menggunakan teknik statistik untuk menghitung
pengaruh langsung global, ketergantungan global, kekuatan global dan kekuatan
62
global tertimbang. Hasil perhitungan divisualisasikan dalam Diagram Pengaruh dan Ketergantungan antar faktor seperti terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Diagram pengaruh dan ketergantungan sistem 4. Penyusunan keadaan yang mungkin terjadi State pada kriteria.
Berdasarkan faktor dominan yang didapat pada tahap 3, disusun keadaan yang mungkin terjadi dimasa depan. Untuk setiap faktor dapat dibuat satu
atau lebih keadaan dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi pada masa yang akan datang
dan 2 keadaan bukanlah tingkatanukuran suatu faktor besar, kecil, sedang, tetapi merupakan deskripsi dari suatu faktor.
5. Penyusunan Skenario . Skenario merupakan kombinasi dari keadaan faktor secara mutual
compatible. 6. Analisis Skenario dan Penyusunan Strategi.
Berdasarkan skenario yang disusun pada tahap sebelumnya didiskusikan strategi yang perlu dila kukan untuk pencapaian skenario yang diinginkan
ataupun menghindari skenario yang akan berdampak negatif bagi sistem.
Ketergantungan Pengaruh
Faktor Penentu
INPUT
Faktor Penghubung
STAKE
Faktor Bebas
UNUSED
Faktor Terikat
OUPUT
44
Tabel 2. Lanjutan No.
Nama Peneliti Judul Penelitian
Waktu Penelitian
Metode Penelitian Kesimpulan
3. Mersyah
Desian sistem budidaya sapi potong
berkelanjutan untuk mendukung
pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten
Bengkulu Selatan 2005
Pendekatan sistem dengan
menggunakan analisis non
parametrik, multidimensional
scaling aplikasi Rafish, Prospektif
dan sistem dinamis Sistem budidaya sapi potong di Kabupaten
Bengkulu Selatan pada saat ini termasuk kategori cukup berkelanjutan. Dari lima dimensi yang dikaji
yaitu; ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, hukum dan kelembagaan didapatkan bahwa dimensi
ekonomi memiliki nilai keberlanjutan paling tinggi dan yang terendah adalah dimensi sosial. Untuk
meningkatkan status keberlanjutan sistem budidaya sapi potong tersebut pada masa yang akan datang
dapat dilakukan melalui “Moderat Optimistik”.
4. Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah III
Rancangan pengelolaan kawasan hutan wilayah
perbatasan Indonesia- Malaysia di Kalimantan
Barat 2004
Focus Group Discussion FGD
dan stakeholder meeting
Ada beberapa rancangan pengelolan kawasan hutan di wilayah perbatasan yang di kelompokkan
ke dalam tiga jenis kawasan yaitu; 1. Pengelolaan kawasan hutan produksi dengan cara: melakukan
koordinasi penataan kawasan, pemantapan kawasan, pemetaan potensi dan penyusunan basis
data, penetapan Taman Nasional, pengelolaan sub DAS paloh, dan studi AMDAL kawasan Paloh
Sajingan; 2. Pengelolaan kawasan hutan lindung dengan cara: penyelesaian penataan batas
kawasan, penyusunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung KPHL, dan pemanfaatan hutan
bakau; 3. Pengelolaan kawasan hutan prosukdi dengan cara: penataan batas kawasan hutan
produksi, identifikasi perizinan, efektifitas dan efisiensi pemanfaatan kayu, pembagian rencana
kerja tahunan RKT, dan penerbitan SKSHH.
63
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN