Dimensi sosial-budaya HASIL DAN PEMBAHASAN

95 masih mendominasi sebagai mata pencaharian sebagian besar penduduk di wilayah perbatasan. Hampir 80 persen usia kerja bekerja pada sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman pangan yang mencapai 53,08 persen. Kegiatan usaha tani yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah perbatasan masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masing-masing keluarga petani itu sendiri Bappeda dan BPS Kalimantan Barat, 2004.

c. Dimensi sosial-budaya

Masyarakat di sekitar hutan, memperoleh manfaat dari sumberdaya hutan berupa rotan dan hasil hutan bukan kayu lainnya, sedangkan hasil hutan kayu hanya dipergunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya untuk membangun rumah sebagai tempat tinggal. Dengan demikian, hasil hutan kayu secara umum belum memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan keluarga masyarakat di sekitar wilayah hutan. Wilayah perbatasan merupakan daerah yang belum berkembang terutama untuk kegiatan ekonomi yang melibatkan masyarakat setempat. Hal tersebut dikarenakan produk-produk yang dihasilkan mempunyai daya saing yang rendah di satu sisi dan juga dukungan sarana dan prasarana yang terbatas di sisi lainnya yang mengakibatkan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat di kawasan ini. Pendapatan masyarakat di sekitar hutan yang rendah juga dipengaruhi oleh faktor rendahnya akses masyarakat lokal di sekitar hutan. Untuk dapat mengakses sumberdaya hutan diperlukan kemampuan berupa keterampilan dan modal kerja yang memadai serta sarana dan prasarana tansportasi. Sarana transportasi darat yang menghubungkan daerah -daerah di wilayah perbatasan terdapat lebih kurang sepanjang 520 kilometer. Dilihat dari kondisinya, maka jalan tersebut terdiri dari sekitar 290 kilometer jalan aspal, 30 kilometer jalan batu dan 200 kilometer jalan tanah. Arah jalan pada umumnya vertikal terhadap perbatasan, berbeda dengan jalan Serawak yang horizontal terhadap perbatasan. Jumlah kendaraan yang melakukan perjalanan keluar- masuk kawasan perbatasan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sarana dan prasarana pendidikan di wilayah perbatasan masih relatif minim. Fasilitas pendidikan formal berupa bangunan gedung sekolah untuk tingkat Sekolah Dasar SD memang sudah tersebar pada setiap desa. Namun untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP dan Sekolah 96 Lanjutan Tingkat Atas SLTA apalagi Perguruan Tinggi PT, akses penduduk usia sekolah terhadap fasilitas pendidikan formal tersebut masih cukup sulit. Rendahnya tingkat partisipasi sekolah masyarakat di wilayah perbatasan dipicu oleh peluang pekerjaan dari negara tetangga Malaysia sebagai buruh tani, buruh kasar atau pembantu rumah tangga. Dengan pekerjaan tersebut diperoleh penghasilan berkisar antara 150 – 400 Ringgit Malaysia atau setara dengan Rp. 350.000-, - Rp. 950.000 -, per bulan. Gaji yang cukup besar tersebut menjadi daya tarik bagi anak usia sekolah lebih memilih bekerja daripada melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Secara umum tingkat pendidikan rata -rata masyarakat di wilayah perbatasan lebih rendah daripada tingkat pendidikan rata- rata penduduk Provinsi Kalimantan Barat. Tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk di kawasan perbatasan umumnya juga masih rendah yakni 70,90 penduduk usia kerja hanya berpendidikan sekolah dasar. Tingkat pendidikan penduduk yang rendah tersebut mengakibatkan rendahnya kualitas sumberd aya manusia yang antara lain ditandai dengan besarnya angka pengangguran pada usia kerja. Kualitas sumberdaya manusia di daerah ini dapat dikatakan rendah karena sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai. Tingkat pendidikan yang rendah tersebut menyebabkan pemahaman, kepedulian, dan tanggung jawab masyarakat terhadap kelestarian sumberdaya hutan menjadi rendah. Hal ini dapat dipahami, karena masyarakat yang tidak memahami dampak dari kerusakan sumberdaya hutan akan secara otomatis memiliki tingkat kepedulian yang rendah untuk menjaga dan melestarikannya. Masyarakat yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang lingkungan akan timbul rasa tanggung jawab dan dapat memanfaatkan sumberdaya hutan secara arif, bijak dan lestari. Di wilayah perbatasan, masyarakat lokal bermukim di sekitar dan di dalam kawasan hutan. Masyarakat lokal yang membuka hutan untuk kegiatan usahatani ladang, kemudian menetap dan membentuk perkampungan baru. Penduduk yang tinggal bermukim di sekitar dan di dalam kawasan hutan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah memiliki kecenderungan untuk mengambil dan memanfaatkan sumberdaya hutan secara tidak bijaksana. Kasus penebangan liar yang menyebabkan kerusakan sumberdaya hutan secara besar- besaran salah satunya dipicu oleh masyarakat yang menggantungkan 97 penghasilannya kepada sumberdaya hutan yang berada di sekitar pemukimannya. Seperti umumnya keadaan penduduk di Kalimantan, jumlah penduduk di kabupaten-kabupaten yang terletak di kawasan perbatasan relatif lebih kecil dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Penyebaran penduduk di sepanjang kawasan ini tidak merata. Pusat-pusat pemukiman masyarakat menyebar dalam kelompok-kelompok kecil dan tidak merata. Kondisi tersebut jika dikaitkan dengan adanya kebiasaan atau pola hidup berpindah-pindah dari sebagain penduduk membuat pembangunan menjadi mahal, pembukaan lahan baru, sulitnya interaksi sosial, dan perdagangan antar penduduk. Program pemberdayaan masyarakat telah dilakukan oleh para pemegang HPHHPHTI sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 523Kpts-II1997 dengan cara melaksanakan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan PMDH. Namun, berdasarkan hasil evaluasi, kegiatan ini belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini dikarenakan kegiatan yang dilaksanakan masih be rorientasi proyek dan bersifat sesaat. Sehingga keberlanjutan program dalam bentuk pembinaan yang berkelanjutan tidak dilaksanakan secara terus-menerus. Pada tahun 2004, para pemegang HPHHPHTI di Provinsi Kalimantan Barat telah mengeluarkan dana unutk kegiatan ini sebesar 2.939.561.034 rupiah dengan kegiatan sebagaimana disajikan pada Tabel 22 Tabel 22. Realisasi kegiatan PMDH oleh HPHHPHTI tahun 2004 Jumlah anggaran Rupiah No. Jenis Kegiatan Realisasi 1. 2. 3. 4. 5. Peningkatan pendapatan Penyediaan sarana dan prasarana Pertanian menetap Konservasi sumberdaya alam Sosial budaya 1.269.110.61 654.755.805 47.480.000 160.611.000 807.60.868 Jumlah 2.939.561.034 Sumber: Neraca Perusahaan HPHHPHTI, 2004. Kegiatan-kegiatan peningkatan pendapatan ma syarakat di sekitar hutan dilaksanakan dalam bentuk sebagai beikut: 1. Pembentukan lembaga usaha koperasi sebanyak tiga unit di dua lokasi, yaitu dua unit di Kabupaten sambas yang bertempat di desa tekam dan Kuningan, satu unit di Kabupaten Bengkayang yang bertempat di Desa seluas. 98 2. Pelatihan keterampilan anyaman rotan bagi anggota koperasi usaha masyarakat di sekitar hutan sebanyak 30 orang selama 20 hari di Unit latihan Kerja Industri di Pontianak yang diikuti peserta dari delapan kabupaten yang ada di provinsi Kalimantan Barat. 3. Bantuan sarana produksi dan bantuan modal usaha, berupa: a. Pengadaan koloni lebah madu sebanyak 330 kotak b. Bantuan modal usaha untuk tiga unit koperasi masing -masing sebesar 15.000.000 rupiah. 4. Pembuatan percontohan kebun rotan seluas 10 ha di Desa Seluas Kecamatan seluas Kabupaten Bengkayang.dengan jumlah bibit sebanyak 4.000 batang. 5. Monitoring dan evaluasi terhadap koperasi yang telah dibentuk dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 sebanyak 15 unit. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat sudah sejauh mana perkembangan koperasi dalam menjalankan usahanya berdasarkan rencana yang telah disusun oleh masing -masing koperasi. 6. Pembangunan Model Unit Manajemen Hutan Meranti PMUMHM. Kegiatan ini merupakan program prioritas Departemen Kehutanan yang diarahkan untuk membangun model unit manajeman hutan produksi yang memenuhi kaidah -kaidah pengelolaan hutan produksi lestari. 7. Pengembangan uji coba pengelolaan hutan alam produksi mangrove oleh masyarakat di batu ampar Kabupaten Pontianak tahun 2004. Kegiatan ini mengalami hambatan karena areal yang disediakan dengan ijin Bupati Pontianak seluas 6.000 ha ternyata 4.000 ha berada dalam kawasan hutan lindung. Masyarakat lokal di kawasan perbatasan hidup berkelompok dan masih memegang teguh adat budaya setempat. Mereka memiliki berbagai aturan adat, baik yang menyangkut tata kehidupan bermasyarakat dan termasuk dalam hal pemanfaatan sumberdaya hutan. Para ketua adat menjadi tokoh panutan dan penentu setiap keputusan yang ditetapkan. Jika terjadi pelanggaran terhadap tata kehidupan bermasyarakat maka ketua adat yang menetapkan hukuman denda. Ketua adat juga berperan dalam penentuan kawasan-kawasan yang boleh atau tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat setempat. Berbagai pelanggaran terhadap aturan atau norma yang disepakati lebih banyak 99 diselesaikan melalui hukum adat. Hukum adat di kawasan perbatasan masih memiliki kekuatan dan diakui oleh semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data realisasi produksi kayu bulat tahun 2004 yang hanya mencapai lebih kurang dari 70 persen dari target yang ditetapkan berimplikasi pada tidak terpenuhinya kapasitas terpasang industri pengolahan kayu di Provinsi Kalimantan Barat. Beberapa industri pengolahan kayu terancam gulung tikar karena tidak tersedianya bahan baku berupa kayu bulat. Kondisi ini akan memberikan konsekuensi pada penurunan pendapatan industri pengolahan dan secara otomatis juga akan menurunkan nilai keuntungan. jika bahan baku industri pengolahan kayu terpenuhi sesuai dengan kapasitas industri terpasang, maka kegiatan usaha industri pengolahan kayu merupakan industri yang memiliki kelayakan finansial yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan nilai tambah added value yang diperoleh setelah kayu bulat mengalami proses pengolahan menjadi produksi kayu olahan memiliki nilai tinggi. Untuk fasilitas kelistrikan baru sekitar 50 persen penduduk yang mendapatkan pelayanan listrik. Hal ini menunjukkan besarnya perbedaan kesejahteraan masyarakat perbatasan di Kalimantan Barat dengan masyarakat perbatasan di Serawak yang hampir seluruhnya telah mendapatkan pelayanan listrik. Kondisi tersebut ternyata terjadi pula pada fasilitas air bersih yang hanya mampu melayani 50 persen penduduk di kawasan Kalimantan Barat, sedangkan penduduk perbatasan di Serawak telah terpenuhi 100 persen fasilitas air bersihnya.

d. Dimensi teknologi