Skenario 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

172

d. Skenario 4

1. Simulasi perubahan nilai skor skenario 4 Pada tabel 59 terlihat disimulasikan perubahan dari nilai skor skenario ideal. Tabel 59. Simulasi perubahan nilai skor faktor penggerak pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan untuk skenario 4 No Faktor Penggerak Dimens i AtributFaktor NilaiSkor Run simulasi

1 Pemanfaatan

hasil hutan bukan kayu Ekonomi Sosial Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu Akses masyarakat lokal terhadap SDH rendah 1 rendah 2 3 2 Kegiatan ladang berpindah Ekologi Sosial Kegiatan ladang berpindah. Jarak pemukiman dengan kawasan hutan 3 banyak dekat 2

3 Teknologi

mitigasi bencana Teknologi Ekologi Ketersediaan Teknologi mitigasi bencana Frekwensi kebakaran hutan Tidak tersedia 2 Terjadi setiap tahun saat musim kemarau 1 1 4 Perlindungan biota langka Ekologi Sosial Perlindungan biota langka Akses masyarakat terhadap SDH 1 dilakukan terhadap biota langka yang hanya didukung dana internasional 1 rendah 3 3 Intensitas pelanggaran hukum 2 sering terjadi 1 Ketersediaan peraturan perundang-undangan pengelolaan SDH 1 sedikit 3 Konsistensi penegakan hukum tidak konsisten 3 5 Penataan dan pengukuhan kawasan hutan Hukum kelembagaan Ekologi Ketersediaan zonasi untuk berbagai pengelolaan hutan 1 tersedia tapi tidak dipatuhi 1 173 2. Hasil simulasi perubahan nilai skor skenario 4 masing-masing dimensi Hasil simulasi masing-masing dimensi pada skenario 4 dapat dilihat pada Gambar 50. 51, 52, 53, 54 dan 55. RAPFISH Ordination 72.95 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 50 Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan dimensi Ekologi skenario 4 RAPFISH Ordination 79.01 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 51 Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan dimensi Ekonomi skenario 4 Rap-insusforma Rap-insusforma 174 RAPFISH Ordination 80.05 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 52.Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial skenario 4 RAPFISH Ordination 58.71 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 53. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan dimensi Teknologi skenario 4 Rap-insusforma Rap-insusforma 175 RAPFISH Ordination 71.18 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 54. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan dimensi Hukum Kelembagaan skenario 4 RAPFISH Ordination 59.75 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Fisheries Sustainability Other Distingishing Features Real Fisheries References Anchors Gambar 55. Hasil simulasi Rap -Insusforma yang menunjukan nilai indeks keberlanjutan multidimensi skenario 4 Hasil simulasi perhitungan indeks pada skenario 4 menunjukan peningkatan indeks keberlanjutan pada dimensi ekonomi, sosial budaya, hukum dan kelembagaan, tetapi tidak ada peningkatan pada dimensi ekologi dan teknologi. Secara jelas terlihat pada Tabel 60 Rap-insusforma Rap-insusforma 176 Tabel 60. Perubahan nilai Indeks Status keberlanjutan sumberdaya hutan di wilayah Perbatasan Kalimantan Barat 5 tahun kedepan skenario 4 No Dimensi Nilai Indeks saat ini Nilai Indeks jika skenario 4 terjadi Perubahan ∆ 1 Ekologi 36,11 72,94 36,83 2 Ekonomi 53,17 79,01 25,84 3 Sosial Budaya 40,44 80,05 39,61 4 Teknologi 23,17 58,70 27,53 5 Hukum dan Kelembagaan 26,09 71,18 45,09 6 Multidimensi 36,85 59,75 22,90 3. Rekomendasi skenario 4 Berdasarkan tabel 61 terlihat peningkatan indeks pada masing-masing dimensi yang pada akhirnya meningkatkan indeks multidimensi. Hal ini berarti kinerja sistem meningkat dan mencapai optimal skenario 4. Yang merupakan tujuan akhir dari pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan. Namun demikian, secara multidimensi peningkatan indeks keberlanjutan baru mencapai nilai 59,75. Agar skenario 4 dapat berjalan dengan baik, maka dimasa yang akan datang ketika skenario 4 ini bisa terwujud, perlu dilakukan perluasan dari faktor-faktor penentu lainnya. sehingga indeks keberlanjutan dari pengelolaan SDH diharapkan dapat meningkat lagi. Simulasi empat skenario di atas dapat dirangkum dalam diagram hasil simulasi model pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan barat seperti yang terlihat pada Gambar 56. 177 GAMBAR 56 178 Dari gambar 56 diatas, secara kuantitatif menunjukan bahwa hasil simulasi perhitungan indeks status keberlanjutan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan yang dilakukan pada masing-masing skenario optimis, moderat, pesimis dan ideal terjadi perubahan nilai indeks status keberlanjutan baik untuk masing-masing dimensi maupun secara multidimensi. Perbedaan nilai indeks multidimensi kondisi saat ini hingga mencapai kondisi ideal adalah 22,90. Perubahan indeks masing-masing dimensi dan skenario tersebut dapat dilihat secara jelas pada simulasi diagram layang - layang gambar 57 dan 58. Gambar 57. Simulasi diagram layang-layang indeks status keberlanjutan pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan pada Empat skenario 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Hukum Kelembagaan Kondisi saat ini Skenario Moderat Skenario Optimis Skenario Pesimis Skenario Ideal 179 Kondisi saat ini 36.11 53.17 40.44 23.17 26.09 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Hukum Kelembagaan Gambar 58. Simulasi diagram layang-layang indeks status keberlanjutan pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah perbatasan masing-masing skenario 36.11 54.8 41.28 23.17 37.07 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Hukum Kelembagaan Skenario 3 Pesimis 41.46 58.74 52.63 36.98 40.34 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Hukum Kelembagaan Skenario 2 Moderat 52.12 63.84 58.96 43.39 42.09 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Hukum Kelembagaan Skenario 1. Optimis 72.94 79.01 80.05 58.7 71.18 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Sosial Budaya Teknologi Hukum Kelembagaan Skenario 4 Ideal 180 Dari gambar 56 dan 57 dan 58 diatas dapat dijelaskan kemungkinan- kemungkinan alternatif pelaksanaan masing -masing skenario sebagai berikut: a. Skenario 1 skenario Optimis Untuk mencapai skenario 1 disadari memang tidak mudah. Tidak mungkin bisa merubah secara drastis 5 faktor penggerak driven factor dalam waktu yang sangat singkat. Disisi lain di perlukan biaya yang sangat besar sementara kemampuan pembiayaan daerah sangat terbatas. b. Skenario 2 Skenario Moderat Untuk melaksanakan skenario 2 yang merupakan skenario moderat juga tidak sesederhana yang dibayangkan. Tidak mungkin secara drastis pemerintah daerah bisa merubah 4 faktor penggerak dalam waktu yang singkat. Untuk mencapai tujuan skenario 2 ini juga dibutuhkan biaya yang besar. c. Skenario 3 Skenario Pesimis Walaupun skenario 3 merupakan skenario pesimis, namun skenario ini yang mungkin bisa dilakukan sebagai tahap awal dalam pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan kalimantan Barat. Sebab dari sisi waktu 5 tahun relatif mencukupi untuk dilaksanakan, kemudian dari sisi biaya juga relatif kecil karena faktor penggerak yang dirubah hanya 2 faktor saja. Sementara, walaupun hanya 2 faktor penggerak saja yang dirubah sudah menunjukan peningkatan dimensi berkelanjutan. Oleh karena itu, alternatif model operasional pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan agar bisa menuju kondisi skenario ideal dapat disimulasikan dengan tahapan skenario seperti terlihat pada Gambar 59. 181 GAMBAR 59 182

5.3. Model Konseptual dan Operasionalisasi Model Pengelolaan