Dimensi ekologi HASIL DAN PEMBAHASAN

87 Berdasarkan Tabel 17, berikut dijelaskan kondisi masing-masing atribut sesuai dengan nilai skor pada setiap dimensi, yaitu:

a. Dimensi ekologi

Tata ruang kawasan perbatasan Kalimantan Barat belum secara detail dijabarkan. Adanya perubahan struktur organisasi pemerintahan berupa peningkatan status beberapa kecamatan menjadi kabupaten baru pemekaran menuntut perubahan struktur pemerintahan yang ada. Pada saat ini telah dilakukan pengalokasian kawasan -kawasan prioritas zonasi, tetapi kegiatan ekonomi relatif masih kecil. Kawasan konservasi, taman nasional, merupakan kawasan yang banyak mendapat perhatian. Hal tersebut juga dilakukan oleh organisasi-organisasi internasional seperti WWF, ITTO dan organisasi yang berbasis lingkungan. Walupun sudah ada zonasi peruntukan kawasan, zona- zona potensial di kawasan perbatasan belum cukup berkembang . Hal ini diantaranya diakibatkan oleh: 1. Belum tertatanya kawasan pemukiman yang ada. 2. Belum tertatanya kawasan lindung dan wisata ekologi yang ada. 3. Belum tertatanya kawasan budidaya dan sektor primer lainnya. 4. Belum teralokasinya kawasan-kawasan bisnis, perdagangan, jasa, dan industri. 5. Belum tertatanya kawasan potensial di kawasan perbatasan. Selain itu belum lengkapnya penyusunan detail RTRW, RDTR dan Rencana Kota – Ibukota Kecamatan, serta perangkat hukum yang pelaksanaannya masih menghambat pembangunan zona-zona potensial di kawasan perbatasan. Secara rinci zonasi kawasan wilayah perbatasan adalah sebagai berikut: 1 kawasan suaka alam seluas 1.088.269 ha cagar alam, taman nasional, taman wisata alam, 2 hutan lindung seluas 1.491.619 ha, 3 hutan produksi seluas 1.089.856, 4 hutan produksi terbatas seluas 1.260.481 ha, dan 5 hutan produksi yang dapat di konversi seluas 173.217 ha. Upaya perlindungan terhadap kawasan-kawasan yang rentan bencana ekologis, seperti kawasan yang rentan terjadi bencana kebakaran hutan, tanah longsor, banjir dan lain-lain di kawasan perbatasan belum secara maksimal diperhatikan. Hal ini ditunjukkan oleh masih banyaknya kegiatan pembakaran hutan yang dilakukan oleh masyarakat dan perusahaan perkebunan skala besar pada saat membuka lahan land clearing. Di samping itu, pembukaan lahan di daerah resapan air dan DAS bagian hulu masih sering ditemukan, sehingga pada 88 musim hujan terjadi banjir dan pada musim kemarau terjadi penurunan permukaan air sungai yang dapat mengganggu jalur trasportasi sungai. Tingkat keanekaragaman hayati di kawasan perbatasan relatif tinggi baik untuk tumbuhan flora maupun hewan fauna. Dalam perspektif ekologi, semakin tinggi tingkat keanekaragaman hayati sutau ekosistem maka ekosistem tersebut relatif semakin stabil dan memiliki nilai ekonomi yang semakin tinggi. Berdasarkan hasil Borneo Biodiversity Expedition to the Transboundary Conservation Area of Betung Kerihun National Park Kapuas Hulu and Lanjak Kentimau Wildlife Sanctuary Sarawak Tah un 2003, menunjukkan bahwa wilayah perbatasan memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi. Jenis keanekaragaman hayati yang ditemukan di wilayah perbatasan adalah sebagai berikut: • Pada kedua kawasan lindung tersebut diketemukan sejumlah tumbuhan yaitu Genera laxocarpus, Ardisa, Lepisanthes, Microtopis dan Jarandersonia. • Terdapat tumbuhan langka di TN Betung Kerihun yakni Cyrtranda mirabilis. • Diidentifikasi 62 jenis palem, 2 diantaranya jenis baru. • Kaya akan jenis dipterocarpaceae, terutama Lanjak Ketimau. • Tercatat 125 jenis ikan dari 12 famili 91 jenis ditemukan di Kalimantan Barat, 61 jenis di Sarawak, juga 2 jenis ikan dari genus Glaniopsis dan sejenis ikan Gastromyzon ditemukan pertama kali di Kalimantan. • Ditemukan 291 jenis burung dari 39 famili, dengan 20 jenis endemik dan 17 jenis migran, yang mewakili ± 70 avifauna hutan dataran rendah kalimantan. • Terdapat 41 jenis tumbuhan obat-obatan, 144 jenis tumbuhan yang menghasilkan bahan makanan, 38 jenis tumbuhan untuk upacara, 30 jenis tumbuhan untuk bahan bangunan dan 60 jenis tumbuhan untuk berbagai macam bangunan. • Ditemukan tumbuhan Hornstedtia sp yang digunakan untuk indikator bahwa areal bekas perladangan sudah bisa ditanami kembali. Ada beberapa biota langka yang dilindungi yang terdapat di kawasan perbatasan seperti Cyrtranda mirabilis, ikan arwana , orang hutan, dan lain -lain. Upaya perlindungan terhadap biota langka ini telah dilakukan dalam bentuk penangkaran satwa dan penetapan melalui undang -undang sebagai biota yang dilindungi, namun sering kali ditemukan penyelundupan dan perdagangan ilegal biota langka ke luar negeri yang melibatkan masyarakat lokal. Kebakaran hutan di Kalimantan Barat terjadi setiap tahun pada saat musim kemarau tiba. Pada tahun 2004, jumlah titik api hotspot di Kalimantan 89 barat mencapai 7.980 meningkat 100 persen lebih jika dibandingkan pada tahun 2003 yang hanya berjumlah 3.140 titik api. Jumlah titik api tertinggi ditemukan di Kabupaten Ketapang 2.660 titik api, kemudian disusul Kabupaten Sintang 1.876 titik api, dan Kabupaten Sanggau 1.516 titik api. Kebakaran hutan terjadi pada bulan Mei sampai September dan puncak tertinggi terjadi pada bulan Agustus yang mencapai 5.728 titik api. Perincian jumlah titik api pada tahun 2004 di Kalimantan Barat dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Jumlah titik api pada masing-masing kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2004 Tahun 2004 No. Kabupaten Kota Mei Juni Juli Agust Sept Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 Pontaianak Sambas Bengkayang Landak Sanggau Sintang Kapuas Hulu Ketapang Kota Pontianak Kota Singkawang 4 9 4 1 - 2 5 10 - 51 34 171 4 21 35 64 32 - 8 23 15 4 - 2 9 24 10 - 1 294 65 148 652 1.406 1.444 290 1.413 2 14 16 - 1 9 87 365 8 1.195 4 - 388 123 28 666 1.516 1.876 391 2.660 6 26 56 420 88 5.728 1.685 7.980 Sumber: Dinas Kehutanan Kalimantan Barat 2005. Kebakaran hutan di wilayah Kalimantan Barat pada tahun 2004 terjadi di areal HPHTI dan lahan pertanian. Luas hutan yang terbakar seluas 256,80 ha, lahan perkebunan seluas 400,00 ha, dan lahan pertanian seluas 70,20 ha. Perincian luas areal kebakaran hutan pada musim kemarau tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Luas areal kebakaran hutan pada musim kemarau di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2004 Jenis Tanaman Ha No . Kabupaten Perusahaan Pengguna an Lahan Hutan Kebun Lahan Jumla h Keterangan 1. 2. 3. Sambas Sanggau PT. Finantara Bengkayang PT. Ceria Prima PT. Mitra ISP. Pertanian Perkebun an Perkebun an - 256,80 - - - - 300,00 100,00 - 40,95 1,00 200,00 - 128,25 40,95 257,80 500,00 100,00 128,25 Hutan Tanaman Kelapa sawit Kelapa sawit Lahan terbuka Jumlah 256,80 400,00 370,20 1.027 Sumber: Dinas Kehutanan Kalimantan Barat 2005. 90 Di wilayah perbatasan, terutama di Kabupaten Kapuas Hulu secara keseluruhan merupakan daerah yang telah mengalami pengikisan dan semakin tua, yang ditandai dengan gradient sungai yang kecil dan berkelok-kelok. Morfologi daerah berbentuk wajan kuali, terdiri dari dataran rendahcekung yang terendam air. Dengan morfologi daerah yang demikian, sumberdaya hutan di wilayah perbatasan merupakan sumberdaya hutan gambut dan sering terendam air. Hutan gambut yang sering tergenang air karena berada di daerah sekitar aliran sungai menjadi faktor penghambat terjadinya suksesi hutan apabila terjadi penebangan kayu dan pembukaan lahan untuk pertanian atau perkebunan. Proses suksesi hutan pada jenis tanah podsolik merah kuning PMK, brown forest litosol dan organosol, dan lahan gambut membutuhkan waktu yang relatif lebih lama jika d ibandingkan pada lahan podsolik hitam, lahan tidak bergambut, dan tidak tergenang air. Program penghijauan program reboisasi merupakan upaya yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dalam rangka menanggulangi kerusakan hutan terutama di wila yah perbatasan. Pada tahun 2004, kegiatan reboisasi melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNRHL di Provinsi Kalimantan Barat seluas 7.300 ha. Kegiatan reboisasi yang dilakukan banyak mengalami kegagalan karena kurang melibatkan masyarakat setempat dan kegiatan tersebut hanya berlangsung sesaat, sehingga lahan kritis sebagai akibat kebakaran hutan, penebangan liar, ladang berpindah, dan perambahan hutan di Kalimantan Barat mencapai luas 2.364.158 ha berada dalam kawasan hutan, dan se luas 2.973.873 hektar yang berada di luar kawasan hutan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, 2005.

b. Dimensi ekonomi