2.1.4 Keanggotaan dan Perangkat Organisasi Koperasi
Menurut UU Koperasi No.251992, anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi,
anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi. Sekalipun demikian, sepanjang tidak merugikan kepentingan koperasi dapat pula memberikan
pelayanan kepada bukan anggota sesuai dengan sifat usahanya, dengan maksud menarik yang bukan anggota untuk menjadi anggota koperasi. Syarat untuk
menjadi anggota koperasi adalah WNI yang mampu melaksanakan tindakan hukumkoperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana sebagaimana
ditetapkan oleh anggaran dasar. Hal ini dimaksudkan sebagai konsekuensi koperasi.
Keanggotaan koperasi
bersifat sukarela dan terbuka. Sukarela
mengandung makna bahwa menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun. Sifat sukarela juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat
mengundurkan diri dari koperasinya dengan syarat yang telah ditentukan dalam anggaran dasar koperasi. Sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaannya
tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun. Perangkat organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota sebagai kekuasaan
tertinggi dalam koperasi, pengurus terdiri dari ketua, bendahara, dan sekertaris, pengawas. Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang
dan kuasa untuk mengelola usaha. Pengelola merupakan pelaksana harian terdiri dari manajer dan staf atau pegawai. Semua penjelasan mengenai keanggotaan dan
perangkat organisasi koperasi tercantum pada pasal-pasal dalam UU Koperasi No.251992.
2.1.5 Koperasi Unit Desa KUD
KUD merupakan koperasi yang didirikan dengan tujuan untuk melayani berbagai kepentingan masyarakat pedesaan, bersifat serba usaha dengan wilayah
kerja mencakup unit desa. Timbulnya koperasi jenis ini mempunyai latar belakang yang cukup panjang. Dalam rangka penyesuaian dengan UU No.121967
dilancarkan program di daerah pedesaan yang bertujuan untuk mempersatukan koperasi-koperasi yang berada koperasi-koperasi yang berada di pedesaan agar
memiliki kekuatan yang lebih besar sebagai badan usaha bagi para petani. Bersamaan dengan itu, pemerintahan pada era ini juga berusaha untuk
memecahkan masalah produksi pangan khususnya beras, yang dilaksanakan melalui program Bimas Soedjono,1997
Pada awalnya konsepsi pembentukkan BUUD Badan Usaha Unit Desa atau KUD dimaksudkan sebagai dasar dalam penataan kembali koperasi yang
telah mengalami kemunduran pada masa orde lama. Prioritas utama pengembangan koperasi melalui pola BUUDKUD ini adalah bidang pertanian
terutama pangan yang berarti terkait dengan daerah pedesaan dan pelaksanaan program Bimas.
Untuk memperkuat arti kehadiran BUUDKUD ini, maka pemerintah kemudian mengeluarkan Inpres No.41973 tentang unit desa. Penerbitan Inpres
No.41973 pada hakekatnya merupakan peningkatan proyek BUUD ke jenjang nasional. Dibawah Inpres ini, kegiatan BUUDKUD masih terbatas pada
penyaluran sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan dan lain sebagainya. Meskipun demikian terlihat bahwa dengan dengan Inpres No.41973, pemerintah
bertujuan untuk mengembangkan BUUDKUD sebagai koperasi pertanian serba
usaha. Kegiatan ini berdasarkan Inpres No.21978 yang menggantikan Inpres No.41973. Sesuai dengan Inpres 21978 ini, maka kegiatan BUUDKUD tidak
hanya sebatas penyaluran sarana produksi pertanian, tetapi juga mencakup usaha lain didaerah pedesaan. Dengan kata lain KUD menjadi koperasi pedesaan serba
usaha. Perkembangan berikutnya untuk kebijakan KUD adalah penggantian
Inpres 21978 tentang BUUDKUD dengan Inpres 41984 tentang pembinaan dan pengembangan KUD. Dengan Inpres ini maka peranan BUUD digantikan dengan
BPP-KUD atau Badan Pembimbing dan Pelindung KUD. Inpres 41984 menunjukkan peranan pemerintah untuk memampukan KUD melalui pembukaan
kesempatan berusaha seluas-luasnya dengan penyediaan bantuan fasilitas permodalan, menyediakan kapasitas usaha dalam bentuk jaminan pasar dan
jaminan harga, peningkatan pembinaan organisasi, manajemen dan kemampuan pengendalian serta pengawasan intern dan ekstern.
Keberadaan KUD melalui program yang dikembangkan dari pemerintah top-down ditengah gerakan koperasi nasional sudah merupakan fenomena yang
amat menonjol sejak awal orde baru. Dengan dukungan yang kuat dari pemerintah baik dalam bentuk peraturan dan perundangan maupun berbagai bentuk fasilitas,
KUD dengan sadar hendak dikembangkan sebagai badan usaha ekonomi yang kuat dipedesaan, yang bukan saja mampu meningkatkan taraf hidup anggotanya
tetapi juga sebagai sarana untuk melaksanakan program-program pemerintah. Menurut Soedjono 1997, dalam perkembangannya kemudian, tugas
melaksanakan program pemerintah inilah yang lebih menonjol sehingga KUD lebih dikenal sebagai alat kebijaksanaan pemerintah. Sementara peranan anggota
baik sebagai pemilik maupun pengguna jasa belum banyak dirasakan. Berbagai upaya telah diupayakan untuk mengimbangi tugas-tugas program pemerintah
tersebut dengan pemenuhan kebutuhan anggota, seperti waserda warung serba ada atau unit simpan pinjam. Banyak KUD yang telah berhasil mengembangkan
unit-unit pelayanan kepada anggota, sehingga keberadaannya juga banyak memberi manfaat kepada anggota khususnya dan masyarakat sekitarnya pada
umumnya. Kebijakan berikutnya yang muncul adalah Inpres No.81998 yang
mencabut Inpres no.41984 telah menghapus legitimasi KUD sebagai organisasi tunggal ditingkat pedesaan dan menyebabkan banyak KUD tidak berfungsi
khususnya yang tidak mampu untuk hidup diatas kemampuan sendiri. Peran KUD dalam pengadaan pangan dan distribusi pupuk praktis tidak berfungsi dan diambil
oleh lembaga-lembaga lain, tim Dolog atau LSM dan juga para pedagang yang dulunya merupakan mitra kerja KUD. Dengan tidak berperannya banyak KUD
maka struktur vertikal KUD, PUSKUD dan INKUD yang merupakan kebijaksanaan yang dibentuk pemerintah akan semakin goyah dan tingkat
sekunder koperasi sudah kehilangan keterkaitan usaha dengan KUD-KUD. Karena hal itulah, tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana
membangun koperasi pertanian yang mempunyai basis anggota yang nyata sebagai wadah dan sarana yang efektif untuk memberdayakan anggotanya,
meningkatkan kesejahteraan mereka serta berperan aktif dalam usaha dan pembangunan pertanian secara optimal.
2.1.6 Koperasi Susu