Konsep Implementasi Kebijakan Pendidikan
18
Keteragan: Stage 1: Policy Agenda
Stage 2: Policy formulation Stage 3: Policy adoption
Stage 4: Policy implementation Satge 5: Policy Evaluation
Selanjutnya model proses kebijakan tersebut dibandingkan dengan proses kebijakan menurut Patton Sawicki, sebagai berikut:
Gambar 2. Proses Kebijakan menurut Patton Sawicki H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 188
Kemudian proses kebijakan menurut Patton Sawicki, dibandingkan dengan proses kebijakan menurut Dye, yang digambarkan dalam bagan
sebagai berikut:
Gambar 3. Proses Kebijakan menurut Dye H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 189
Define the problem
Evaluate alternative
policies Identify
alternative policies
Select prefered
policy Implement
the preferred policy
Determine evaluation
criteria
Identificati on of
policy problem
Policy legitimati
on Policy
formulati on
Agenda setting
Policy evaluation
Policy implement
ation
19
Dari ketiga model proses perumusan kebijakan di atas, dapat dipahami bahwa sebuah proses kebijakan memiliki pola yang hampir sama
antara satu model dengan yang lain, yaitu: 1 Mengidentifikasi masalah; 2 Mengagendakan gagasan kebijakan; 3 Formulasi kebijakan; 4 Memilih
salah satu alterntatif kebijakan terbaik; 5 Implementasi kebijakan; 6 Evaluasi dari kinerja kebijakan.
Adapun proses kebijakan yang disarankan oleh H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, sebagai berikut:
Proses Kebijakan
Proses Politik Evaluasi Kebijakan
Ð
nput Proses
Output
Lingkungan Kebijakan Gambar 4. Proses Kebijakan yang disarankan oleh H.A.R. Tilaar dan Riant
Nugroho H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 189 Isu
kebijakan Agenda
Pemerintah Kinerja
kebijakan Implementa
si kebijakan Formulasi
kebijakan
20
Model proses kebijakan yang disarankan H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho menggambarkan sebuah proses yang saling mengembangkan
dalam bentuk kontribusi value antar sub sistem. Dari beberapa model proses kebijakan yang telah dipaparkan di
atas, dapat disimpulkan bahwa setiap proses kebijakan mencakup aspek input, proses, dan output, serta memiliki alur kebijakan mulai dari
identifikasi masalah, agenda kebijakan, formulasi kebijakan, legitimasi kebijakan memilih salah satu alternatif kebijakan terbaik dan mencari
dukungan politik agar dapat diterima sebagai sebuah hukum, implementasi kebijakan dan evaluasi dari kinerja kebijakan.
Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada tahap implementasi kebijakan. Dalam tahap implementasi kebijakan akan digali informasi
bagaimana implementasi kebijakan mutu SKILL CENTER di SMK N 1 Magelang, faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan
SKILL CENTER di SMK N 1 Magelang dan upaya yang dilakukan sekolah mengatasi kendala dalam implementasi SKILL CENTER di
SMK N 1 Magelang
.