Aspek Teknologi Aspek Pemasaran

4.5.1.3. Aspek Teknologi

Pengrajin gula aren yang terdapat di Kecamatan Rambah dan Kecamatan Bangun Purba secara turun temurun tidak ada perubahan dalam hal teknologi dan masih menggunakan teknologi yang sederhana. Mereka beranggapan bahwa didalam melakukan proses produksi gula aren tidak membutuhkan teknologi yang moderen. Seperti tangga untuk menaiki pohon aren masih menggunakan sebilah bambu panjang, alat untuk menyadap lengan atau mayang pohon aren menggunakan pisau tajam, untuk penampungan air nira sebagian besar masih menggunakan bambu, serta pemasakan air nira menggunakan tungku yang terbuat dari drum bekas dan tanah. Menurut Bank Indonesia 2008 teknologi tradisional digunakan di tingkat pengrajin, yaitu dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Penggunaan alat sederhana berpengaruh pada kapasitas produksi dan mutu yang relatif rendah. Teknologi yang sederhana membuat sebagian pengrajin lebih memilih untuk membuat tuak, karena untuk membuat tuak tidak membutuhkan teknologi dan waktu yang lama. Kebersihan dan kehigienisan proses pengolahan gula aren dengan cara tradisional ini masih belum terjamin, dilihat dari sekitar tempat pengolahan gula aren yang langsung bersentuhan dengan tanah dan asap yang timbul dari hasil penguapan air nira yang sedang dipanaskan sangat berpengaruh selama proses pemasakan. Pengetahuan dan kesadaran pengrajin sebagai produsen dan juga sebagai salah satu pelaku pasar masih kurang. Rendahnya pengetahuan dan penggunaan teknologi oleh pengrajin disebabkan oleh masih rendahnya kualitas sumber daya manusia pelaku agroindustri dan kurang tersedianya teknologi dan peralatan pengolahan secara merata oleh dinas-dinas terkait.

4.5.1.4. Aspek Pemasaran

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting dalam suatu usaha. Karena pasar merupakan tempat dimana para pengrajin menjual hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kekuatan pemasaran gula aren dari pengrajin yang sangat mudah dan selalu diserap oleh pasar dengan penentuan harga berdasarkan perkembangan harga pasar. Penetapan harga produk gula aren ditentukan oleh pengrajin sendiri dan disepakati oleh pedagang pengumpul. Pengrajin merasa harga yang ditetapkannya sudah memenuhi harga pasar, dimana konsumen mampu untuk membelinya. Saluran pemasaran untuk gula aren ini ada dua, saluran pertama yaitu pedagang pengumpul, dan yang kedua adalah langsung ke konsumen. Selain dijual kepada pedagang pengumpul para pengrajin atau pelaku agroindustri juga melayani konsumen yang langsung membeli ke tempat pengolahan gula aren. Jumlah permintaan terhadap gula aren cenderung stabil, dilihat dari produk gula aren yang selalu habis terjual dipasaran. Harga gula aren yang ditetapkan oleh para pengrajin di pasar adalah Rp 15.000kg, sedangkan harga yang ditetapkan pengrajin jika konsumen langsung membeli ke tempat produksi adalah Rp 12.000kg – Rp 13.000kg. Namun distribusi produk gula aren ini belum meluas keluar kabupaten, hanya masih dalam kawasan Kabupaten Rokan Hulu, sehingga produk gula aren tidak dijual ke luar kabupaten. Hal ini disebabkan karena produk gula aren habis terjual hanya didalam kabupaten. Selain itu biaya pemasaran yang tinggi juga menyebabkan sulitnya menembus pasar luar. Sehingga efisiensi biaya pemasaran seperti biaya transportasi dan biaya pengemasan perlu dilakukan., dan pada akhirnya dapat peluang untuk menembus pasar yang lebih luas dan bukan hanya dalam ruang lingkup Kabupaten Rokan Hulu saja. Disamping itu adanya gula aren yang berasal dari luar daerah biasanya datang dari Sidempuan dengan harga yang lebih murah.

4.5.1.5. Aspek Kelembagaan