adalah Rp 30.000kg, maka pedagang pengumpul lebih memilih gula aren yang harganya Rp 15.000kg. Menurut Soekartawi 2001, barang yang dibeli konsumen bukan saja
bersifat produk secara fisik dapat dilihat, diraba dan dirasakan seperti ukuran, warna, aroma, bentuk dan kemasan, akan tetapi kualitas barang seperti produk bebas dari bahan
kimia, bagaimana kandungan atau komposisi bahan yang dipakai dan bagaimana proses produksinya.
Permintaan gula semut dipasar lokal memang belum ada, karena masyarakat lokal lebih memilih gula aren untuk dikonsumsi. Hal ini sekaligus menjadi ancaman bagi
pengrajin gula semut. Umumnya yang membeli gula semut orang yang berasal dari luar kabupaten untuk dijadikan oleh-oleh.
Pada dasarnya prospek gula semut ini kedepan masih sangat bagus karena produk yang ditawarkan adalah produk yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan merupakan
produk yang bisa langsung digunakan tanpa melakukan proses penghalusan lagi karena produk sudah dalam keadaan halus.
4.5.2.5. Aspek Kelembagaan
Pemerintah sebagai lembaga penunjang pada mulanya sangat membantu masyarakat dalam mengembangkan usaha ini, karena melihat peluang-peluang yang ada
dinilai mampu untuk dikembangkan oleh masyarakat. Bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah berupa alat untuk melakukan proses produksi gula semut tidak dimanfaatkan
oleh pengrajin karena pemerintah hanya memberikan alat itu begitu saja tanpa diadakan pelatihan untuk cara penggunaannya. Hal ini sangat disayangkan karena dilihat dari harga
produk yang cukup tinggi seharusnya bisa menambah pendapatan bagi pengrajin.
Lembaga penunjang lainnya adalah lembaga keuangan. Sebagai sumber permodalan dan sumber investasi bagi pengrajin sangat dibutuhkan. Terutama untuk
pembelian kayu bakar, karena pada saat sekarang ini kayu bakar sangat sulit dicari dan jalan alternatifnya adalah dengan dengan cara membeli. Tentunya untuk membeli kayu
bakar ini pengrajin sangat membutuhkan modal. Untuk satu mobil truk pengrajin mengeluarkan biaya sebesar Rp 300.000 – Rp 400.000.
Permasalahan yang ada pada aspek kelembagaan ini adalah terciptanya kelembagaan baru akibat pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit yang membawa
dampak negatif pada agroindustri gula semut seperti adanya penjualan tuak. Selain itu perlu adanya penguatan kelompok masyarakat yang ada agar bantuan-bantuan dari
pemerintah akan mudah didapatkan. Pada saat sekarang ini pengelolaan usaha gula semut ini masih dalam skala kecil dan bersifat perorangan.
4.6. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah instrumen untuk merumuskan strategi yang didasarkan kepada logika yang dapat memanfaatkan kekuatan Strength, peluang Opportunities,
dan bersama juga mengurangi kelemahan Weaknesses dan ancaman Threats. Faktor kekuatan dan kelemahan merupakan aspek-aspek yang terdapat dari dalam lingkungan
pengrajin, sedangkan faktor peluang dan ancaman merupakan aspek-aspek yang terdapat diluar lingkungan pengrajin Rangkuti, 1997. Sesuai dengan pendapat Manik 2005
upaya pengembangan bisnis industri kecil pada awalnya ditentukan oleh kemampuan untuk mengidentifikasimendiagnosis faktor internal kekuatan kelemahan dan faktor
eksternal peluang ancaman yang digunakan sebagai landasan untuk memformulasikan