Aspek Pengolahan Identitas Responden Agroindustri Gula Semut

tantangan kedepan bagi tenaga-tenaga muda yang masih memiliki fisik yang kuat untuk menggantikan tenaga orang tua dalam memanjat pohon aren. Pemasaran gula aren selama ini cenderung ke pedagang pengumpul toke dan harga jual gula aren telah ditentukan oleh pengrajin. Tanpa adanya keterkaitan pengrajin terhadap toke membuat pengrajin merasa diuntungkan karena faktor harga yang sudah ditentukan pengrajin berdasarkan harga pasaran. Disamping itu konsumen juga membelinya langsung ke tempat usaha mereka.

4.5.1.2. Aspek Pengolahan

Pengolahan nira menjadi gula aren dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari kemasaman. Umumnya pengolahan dilakukan setiap hari pada kondisi cuaca panas maupun hujan. Apalagi lokasi pengolahan gula aren cenderung lebih dekat dengan bahan baku sehingga proses pengolahan lebih efisien. Namun kelemahan dari aspek pengolahan relatif lama, berawal dari persiapan bahan dan peralatan, kayu bakar, penampungan pengambilan nira dan pemasakan serta pencetakan nira memakan waktu lebih kurang 6 jam per proses produksi. Selain membutuhkan waktu yang lama juga menambah biaya produksi karena kayu bakar semakin sulit diperoleh. Rata-rata jumlah produksi perbulannya adalah 111,74 kg atau 3,72 kg per hari Wynda, 2009. Pengrajin memulai pekerjaannya dari jam 07.00 WIB - 08.00 WIB untuk proses penyadapan sekaligus pengambilan air nira, untuk memasaknya membutuhkan waktu 6 jam dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB yang dalam hal ini dikerjakan oleh anggota keluarga yaitu istri, sedangkan pengrajinsuami melakukan pekerjaan sampingan yaitu menyadap karet. Untuk proses pencetakan membutuhkan waktu lebih kurang 30 menit hingga gula bisa dilepas dari cetakan. Kemudian dilanjutkan kembali untuk proses penyadapan mulai pukul 16.00-17.00 WIB yang air niranya diambil pada keesokan harinya. Pada saat musim panas air nira yang diperoleh pengrajin berkurang karena terjadi penguapan sehingga kapasitas produksi terbatas dan pada waktu musim hujan pengrajin memerlukan waktu yang cukup lama untuk mulai menyadap lagi, karena ditempat penampungan bercampur dengan air hujan sehingga dapat membuat kualitas air nira menjadi tidak bagus dan tidak bisa dicetak. Selain itu juga bisa menambah biaya untuk pengrajin yang membeli kayu bakar sebagai bahan bakar untuk pengolahan atau pemasakan air nira menjadi gula aren. Gula aren yang telah siap dicetak dibungkus dengan daun pisang yang telah kering lalu diikat dengan tali. Satu bungkusan gula aren ini rata-rata beratnya adalah 0,5 kg. Bila dilihat secara umum proses pengolahan gula aren hampir sama dimana dikelola oleh keluarga sendiri dengan pola yang sederhana, bahan bakar kayu dan sebagian besar menjadi beban biaya paling berat pada industri gula rakyat, modal tungku tinggal sederhana dengan kuali satu buah. Pada umumnya memproduksi gula aren cetak dengan kondisi dapur terbuka dan diluar ruangan atau pondok dinding. Kondisi tempat produksi kurang higienis dan biasanya masih kotor. Mutu gula aren sangat beragam dan belum ada jaminannya serta tidak memiliki merek. Keadaan ini sangat berpeluang besar untuk dapat diperbaiki. Perubahan besar atau revolusi sangat mungkin untuk dilakukan dan bahkan sudah menjadi tuntutan agar industri rakyat ini tetap bertahan dan bahkan dapat diandalkan sehingga memperbaiki ekonomi masyarakat Kusumanto, 2009. Teknologi pengolahan yang sederhana bisa diterapkan pada industri rumah tangga seperti agroindustri gula aren ini, seperti tungku, sendok dan kuali yang merupakan alat-alat yang sederhana. Pengolahan produk yang lebih bervariasi bisa menambah pendapatan pengrajin, contohnya adalah nira yang dijadikan manisan. Manisan ini adalah nira yang telah dimasak dan sudah berwarna kuning kecoklatan dan bentuknya masih cair. Manisan ini lalu disimpan dalam botol dan digunakan untuk campuran makanan dan minuman. Tuak merupakan salah satu produk yang juga dihasilkan dari nira aren dan bisa mengancam keberlangsungan agroindustri gula aren. Warna gula aren yang dimasak oleh pengrajin berbeda-beda karena dipengaruhi oleh lamanya pemanasan. Pengolahan dengan pemanasan menyebabkan warna gula aren bervariasi mulai kuning hingga coklat tua, namun pada umumnya berwarna kuning kecoklatan. Jumlah raru bahan penunjang yang berasal dari akar kayu raru yang dicampurkan sebagai bahan baku penunjang berfungsi untuk mempengaruhi warna dan tekstur gula aren. Warna gula aren tergantung selera konsumen yang membelinya, namun kebanyakan konsumen menyukai warna kuning kecoklatan. Bahan penunjang lainnya adalah santan yang berfungsi agar gula aren yang telah masak dan siap dicetak tidak lengket pada kuali. Bahan penunjang ini hanya sebagian kecil yang memakainya. Untuk tekstur yang umumnya dipilih oleh konsumen adalah yang tidak terlalu keras dan mudah untuk dipecahkan atau dihancurkan.

4.5.1.3. Aspek Teknologi