Beberapa daerah di Indonesia, ada penduduk yang dengan sengaja menanam pohon aren dengan cara memindahkan anakan yang berasal dari sekitar tanaman
induknya atau yang berasal dari buah aren yang disebarkan oleh musang, babi hutan, monyet, dan sebagainya. Hewan tersebut tidak dapat mencerna buah aren dengan baik,
sehingga keluar bersama fesesnya dalam bentuk yang masih utuh. Jika lingkungan memungkinkan, biji tersebut akan berkecambah dan tumbuh subur menjadi tanaman aren
Wikipedia, 2006.
2.3.1. Gula Aren
Istilah gula merah biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti
kelapa, aren, dan siwalan. Secara umum cara pengambilan cairan ini sebagai berikut :
Bunga mayang yang belum diikat kuat kadang - kadang dipres dengan 2 batang kayu pada bagian pangkalnya sehingga proses pemekaran bunga menjadi terhambat.
Sari makanan yang seharusnya dipakai untuk pemekaran bunga menumpuk menjadi cairan gula.
Setelah penumpukan cairan gula berhenti, batang mayang diiris-iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya ditampung dengan
timba yang terbuat dari daun pohon palma tersebut.
Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2 - 3 kali. Cairan ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar - benar kental, cairan
dituangkan ke mangkok-mangkok yang terbuat dari daun palma dan siap dipasarkan. Gula merah sebagian besar dipakai sebagai bahan baku kecap manis.
Komposisi nira hasil penyadapan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya varietas, umur, kesehatan tanaman, tanah, iklim dan budidaya tanaman. Hasil nira akan
mencapai maksimum bila penyadapan dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Nira yang baru diambil dapat langsung diminum. Pohon aren bisa mulai disadap niranya sari
buah manisnya setelah ada bunga jantan kira-kira pada umur 8-10 tahun, semenjak itu pohon dapat disadap niranya selama 3-4 tahun Suseno, 1992.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Efendi 2006, proses pengolahan nira menjadi gula aren di Desa Ranbah Tengah Barat, Kecamatan Rambah masih bersifat
sangat tradisional yaitu tahapan persiapan bahan baku, pemasakan nira yang telah disaring terlebih dahulu dengan menggunakan tungku dan kayu bakar, pendinginan atau
pencetakan dan pengepakan pengemasan.
2.3.2. Gula Semut
Gula semut merupakan gula merah versi bubuk dan sering pula disebut orang sebagai gula kristal. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut
yang bersarang di tanah. Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah nira dari pohon kelapa atau pohon aren enau. Karena kedua pohon ini masuk jenis tumbuhan palmae
maka dalam bahasa asing, secara umum gula semut hanya disebut sebagai Palm Sugar atau Palm Zuiker. Permintaan akan gula semut terus meningkat dari waktu ke waktu ini
tidak lepas dari usaha para produsen gula semut yang terus melakukan pendidikan pasar. Terutama terhadap target pasar industri yang sangat mempertimbangkan efisiensi, mereka
terus menonjolkan sisi kepraktisan dari gula semut dibandingkan dengan menggunakan gula merah biasa Wikipedia, 2007.
Prinsip membuat gula semut tidak berbeda dari membuat gula aren cetak biasa. Namun yang kita perlukan adalah nira segar, warna bening kekuningan dan berbau
harum. Nira yang sudah mengalami proses peragian atau cenderung menjadi lahang cuka aren tidak akan bisa menjadi gula semut. Untuk mendapatkan bahan baku gula semut
yang prima, nira hasil pengumpulan sehari langsung dipanaskan dalam sebuah wajan. Bila jumlahnya tidak mencukupi, calon gula semut ini dibiarkan sejenak di kuali untuk
menunggu hasil sadapan berikutnya menumpuk calon gula semut seperti ini memang paling aman dari pada menimbun nira dalam bentuk cairan. Ketika hasil sadapan yang
baru turun, nira segar ini langsung diceburkan ke adonan calon gula tadi untuk dipanaskan lebih lanjut. Selama proses pemasakan, api harus dijaga, jangan sampai
terlalu besar untuk mencegah jangan sampai api menjilat permukaan kuali. Kalau ini dibiarkan, sirup gula akan gosong, berwarna hitam, rasanya pahit dan keharumannyapun
menghilang berganti dengan bau asap. Tujuan dari pemanasan adalah menguapkan kandungan air sehingga yang tertinggal adalah sirup gula kental. Tanda-tandanya adalah
membutuhkan tenaga ekstra saat mengaduk dan apabila dituang, sirup gula jatuhnya tidak mengucur melainkan terputus-putus. Sampai ditahap ini terjadi perbedaan perlakuan
antara gula cetak aren dan gula semut aren. Gula aren yang akan dicetak, langsung dituang ke dalam potongan-potongan bambu atau setengah tempurung kelapa.
Sementara calon gula semut, dibiarkan sejenak. Setelah agak dingin baru diaduk- aduk kembali agar pengurangan panasnya terjadi secara merata. Pengadukan dilakukan
dalam wajan yang sama dengan menggunakan sebatang kayu pendek sampai gula tersebut mengkristal. Setelah beberapa lama pengadukan diteruskan dengan punggung
batok kelapa bergagang dengan tujuan agar kristal-kristal gula lebih halus dan merata Indrawarto, 2008.
2.4. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM