21
meniru model yang usianya sama seperti mereka. Sehingga peneliti berusaha menayangkan film dimana tokoh utama di dalam film ini sesuai
dengan usia siswa.
C. Swakelola Belajar
1. Pengertian Swakelola Belajar
Secara umum peserta didik yang dikatakan sebagai self regulated adalah mereka yang dengan metakognitif, motivasi, dan perilaku berperan
aktif dalam proses belajar mereka sendiri Zimmerman, 1989: 33. Menurut Zimmerman 1997 dalam Chen 2002: 11, swakelola belajar
adalah kegiatan berdasarkan inisiatif diri yang melibatkan penetapan tujuan, usaha untuk mengatur diri dalam mencapai tujuan, memonitor diri
metakognisi, manajemen waktu, dan usaha dalam mengatur lingkungan secara fisik maupun sosial. Menurut Zimmerman, 2002 dalam
Muhammad Nur Wangid, dkk, 2011: 3 kemampuan swakelola belajar merupakan proses pengarahan diri dimana siswa mentransformasikan
kemampuan mental mereka dalam ketrampilan akademis. Swakelola belajar adalah memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan dan
perilaku untuk mencapai suatu tujuan Santrock, 2010: 296. Berdasarkan definisi mengenai swakelola belajar yang telah diungkapkan oleh para
ahli, peneliti menyimpulkan bahwa swakelola belajar adalah suatu proses dimana siswa berperan aktif dalam menetapkan tujuan, pencapaian tujuan,
memonitor diri metakognisi dan manajemen waktu dan perilakunya
22
sendiri dalam artian mengatur lingkungan baik fisik maupun sosial mereka demi mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Arti Penting Swakelola Belajar Bagi Perkembangan Manusia
Pengaturan diri menjadi sangat penting pada usia remaja dan dewasa, ketika banyak aktivitas belajar seperti membaca, mengerjakan PR, surfing
internet, terjadi tanpa kehadiran dan keterlibatan orang lain dan karena itu mensyaratkan pengarahan diri yang tinggi Ormrod, 2008: 41. Ketika
anak-anak dan remaja semakin self regulating, mereka juga dapat memberi penguatan pada diri mereka sendiri ketika berhasil mencapai tujuan-tujuan
mereka Ormrod, 2008: 35. Chen 2002: 11 menambahkan bahwa pemahaman terhadap konsep
swakelola belajar sangat penting bagi guru dan siswa untuk memudahkan dalam pencapaian prestasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pintrich,
Schunk dan Zimmerman dalam Santrock, 2010: 296 adalah murid berprestasi tinggi sering kali merupakan pelajar yang juga belajar
mengatur diri sendiri. Biasanya, bila dibandingkan dengan siswa yang berprestasi rendah, siswa yang memiliki kemampuan untuk membuat
perencanaan, menetapkan tujuan, dan lebih sistematis merupakan siswa yang berprestasi tinggi.
23
3. Aspek Swakelola Belajar