Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Panduan Pembelajaran 52 belajar ini diikuti oleh berbagai program studi di Amerika, Eropa, Asia dan Australia dengan kajian terhadap masalah sesuai dengan studinya masing-masing. Pembelajaran berbasis masalah PBM bersandar pada teori belajar kognitif-konstruktivistik. Vygotsky menekankan perhatiannya pada ha- kikat sosial dari pembelajaran. Dalam belajar, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mere- ka berbicara dengan teman lain mengenai problemnya. Tidak satu pun dapat memecahkan masalah sendiri. Kerja kelompok membantu sis- wa pada suatu pemecahan, pengalaman mendengarkan ide orang lain, mencoba dan selanjutnya menerima balikan untuk pemecahan. Berdasarkan pada beberapa pendapat tentang Pembelajaran Berba- sis Masalah disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah kegiatan pembelajaran yang memfokuskan pada identiikasi serta pe- mecahan masalah nyata, praktis, kontekstual, berbentuk masalah yang strukturnya tidak jelas atau belum jelas solusinya ill-structured atau open ended yang ada dalam kehidupan siswa sebagai titik sentral kajian untuk dipecahkan melalui prosedur ilmiah dalam pembelajaran, yang kegiatannya biasanya dilaksanakan secara berkelompok. Masalah yang dimaksudkan di sini adalah masalah-masalah yang ada dan dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-harinya, sesuai de- ngan substansi kompetensi dasar mata pelajaran masing-masing, mi- salnya masalah kenakalan remaja, pelanggaran disiplin, kepatuhan terhadap tata tertib, penyalahgunaan narkoba, pelanggaran norma, ke- miskinan, perilaku sehat, komunikasi dengan sesama, mengekpresikan seni dan hobi, dan sebagainya. Pembelajaran Berbasis Masalah menuntut siswa menggunakan pe- ngetahuan yang dimilikinya untuk diimplementasikan, dipergunakan dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari- nya, mencari pengetahuan untuk menyelesaikan masalah serta me- ngembangkan sikap dan keterampilan intelektual untuk bekerjasama, berbagi, peduli, rasa ingin tahu, dan saling menghargai sesamanya.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah

Prinsip-prinsip dalam Pembelajaran Berbasis Masalah mengacu ke- pada karakteristiknya. Berdasarkan beberapa pendapat tentang karak- teristik Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diketahui bahwa Pembel- Sekolah Menengah Pertama 53 ajaran Berbasis Masalah memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut: 1 belajar aktif secara self-directed learning; 2 belajar secara integrated; 3 belajar secara keseluruhan; 4 belajar untuk memahami; 5 belajar un- tuk memecahkan masalah; 6 belajar berdasar masalah; 7 peran guru sebagai fasilitator; dan 8 penilaian berdasarkan solusi yang ditawarkan untuk penyelesaian masalah. Belajar aktif secara self-directed learning memiliki arti bahwa siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif baik isik maupun intelektual- nya. Siswa aktif mencari, menemukan, dan mengkonstruksi pengeta- huan, serta menggunakan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan masalah. Kondisi inilah yang menjadikan kegiatan belajar harus dilak- sanakan secara terintegrasi integrated dan menyeluruh.

3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

Tujuan penggunaan metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah 1 menjadikan siswa aktif dalam belajar; 2 meningkatkan kemampu- an dalam mengkonstruksi pengetahuan; 3 menghindari miskonsepsi; 4 meningkatkan kemampuanketerampilan pemecahan masalah; 4 membiasakan untuk menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampil- an yang dimiliki untuk memecahkan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari; 5 mengembangkan empati; dan 6 meningkatkan ke- terampilan intelektual, sosial dan personal siswa, misalnya membaca, mendengar pendapat orang lain, bertanya, menjelaskan, memilih, me- rumuskan, mengkaji, merancang, memecahkan masalah, menyepakati, membagi tugas, berargumentasi, bekerjasama, dan sebagainya. Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki kelebihan dalam hal: 1 menjadikan pembelajaran berpusat pada siswa; 2 mendorong siswa untuk mengembangkan diri secara holistikmenyeluruh yaitu melatih kemandirian, kemampuan bekerja dalam kelompok, dan menanggapi tantangan dalam menyelesaikan suatu permasalahan; 3 meningkat- kan kemampuan komunikasi; 4 mengembangkan kemampuan berin- teraksi sosial; 5 mendorong siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam; 6 mengembangkan keterampilan siswa dalam pe- mecahan masalah; dan 7 meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar.