128 tersebut bagi ternak. Ransum yang
berkualitas baik berpengaruh pada proses
metabolisme tubuh
ternak sehingga ternak dapat menghasilkan
daging dan telur yang sesuai dengan potensinya. Faktor penting yang harus
diperhatikan dalam formulasi ransum ayam adalah kebutuhan protein, energi,
serat kasar, Ca dan P. Komponen nutrien tersebut sangat berpengaruh
terhadap produksi ayam terutama untuk pertumbuhan dan produksi daging.
Ransum diartikan sebagai satu atau campuran beberapa jenis bahan
pakan yang diberikan untuk seekor ternak
selama sehari
semalam Manshur, 1998. Ransum adalah
campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan
kepada
ternak untuk
memenuhi kebutuhan
zat-zat makanan
yang diperlukan
bagi pertumbuhan,
perkembangan, dan reproduksi. Agar pertumbuhan dan produksi maksimal,
jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai
Suprijatna et al., 2005
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan
oleh hewan. Secara umum, bahan pakan adalah bahan yang dapat
dimakan atauedible Tillman et al., 1991. Bentuk fisik pakan ada beberapa
macam, yaitu mash and limited grains campuran bentuk tepung dan butiran,
all mash bentuk tepung, pellet bentuk butiran dengan ukuran sama,
crumble bentuk butiran halus dengan ukutan tidak sama. Di antara keempat
macam bentuk tersebut, bentuk pellet memiliki palatabilitas paling tinggi dan
lebih tahan lama disimpan. Bentuk all mash atau tepung digunakan untuk
tempat ransum otomatis, tetapi kurang disukai ayam, mudah tengik, dan sering
menyebabkan kanibalisme yang tinggi Kartasudjana dan Suprijatna, 2006.
Pakan untuk ayam petelur umur 0 – 6 minggu
fase starter
sebaiknya menggunakan pakan jadi buatan pabrik
yang memiliki komposisi pakan yang tepat dan tekstur halus, sedangkan
untuk fase grower dan layer dapat digunakan
pakan hasil
formulasi sendiri Ditjennak, 2001.
2.3 Meningkatkan Produksi telur.
Kendala utama
dalam pemeliharaan
ayam terletak
pada produksi telur
yang sedikit dan musiman.
Untuk mengoptimalkan
jumlah produksi telur ayam sebaiknya peternak
memahami proses
terbentuknya sebuah telur, mulai dari ovulasi hingga bertelur. Kebutuhan
nutrisi seekor induk ayam dalam menghasilkan sebuah telur, hal ini
penting diketahui agar kita dapat menyusun komposisi ransum yang
tepat untuk indukan ayam.
Pada dasarnya protein merupakan penyusun utama sebutir telur, dan
untuk cangkang dibutuhkan beberapa mineral terutama calcium. Untuk itu
ketika kita ingin meransum pakan untuk induk ayam kampung kedua
unsur tersebut harus menjadi perhatian. Sumber mineral atau calcium untuk
pakan yam kampung petelur salah satunya berasal dari tepung tulang, dan
juga tepung ikan. Pemberian mineral untuk seeor ayam cukup sekitrar 1
dari berat badan. Dan pemberian pakan
129 protein + larbohidrat sekitar 10 dari
berat badan ayam kampung. Jika berat induk ayam anda 1,5 Kg maka pakan
utama yang harus diberikan setiap harinya sekitar 150 gram ditambah
dengan 15 gram mineral. 2.4 Kandungan Bulu Ayam
Bulu ayam merupakan limbah industri pemotongan unggas, limbah ini
berpotensi sebagai bahan pakan ternak. Kandungan nutrien bulu ayam adalah
81 protein, 1.2 lemak, 86 bahan kering, dan 1.3 abu Zerdani et al.
2004,
selain itu
bulu ayam
mengandung mineral kalsium 0.19, fosfor 0.04, kalium 0.15, dan
sodium 0.15 , Serat Kasar 0,3-1,5 Kim Patterson 2000. Gupta
Ramnani 2006 melaporkan bahwa degradasi secara mekanik, kimia dan
biologienzimatis
menghasilkan berbagai
produk yang
dapat dimanfaatkan
lebih lanjut,
yaitu sebagai sumber protein dalam pakan
ternak, pupuk,
plastik, lem,
biodegradable films
atau untuk
produksi asam amino serin, sistin dan prolin. Protein
bulu ayam yang
memiliki struktur serat protein fibrous menjadi dapat dicerna dan nutriennya
menjadi tersedia bagi ternak setelah melalui
pemrosesan yang
tepat. Kecernaan bahan kering bulu ayam
setelah diproses dapat ditingkatkan menjadi 20 – 80 STEINER et al.,
1983; ACHMAD, 2001; PUASTUTI et al., 2004. Protein bulu ayam sebagian
besar
terdiri atas
keratin yang
digolongkan ke dalam protein serat. Keratin adalah produk pengerasan
jaringan epidermal dari tubuh dan merupakan
protein fibrous
yang kayaakan sulfur dan banyak terdapat
pada rambut,
kuku dan
bulu HAUROWITZ, 1984.
Tulang ayam merupakan limbah yang memiliki kandungan anorganik
cukup tinggi. Komposisi kimiawi penyusun
tulang berdasarkan
persentase berat, terdiri dari 69 komponen anorganik, 22 matrik
organik dan 9 air. Tulang ayam memiliki kandungan anorganik sekitar
69 sehingga sangat berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi sumber kalsium
dan
fosfor Yildirim,
2004. Pemanfaatan limbah tulang ayam
sebagai sumber kalsium dan fosfor dibatasi dengan adanya kandungan
kolagen
yang tinggi.
Kolagen merupakan
protein fibrous
yang memiliki karakteristik resisten terhadap
enzim pencernaan, tidak dapat larut, dapat mengubah protein dan gelatin
dengan
pemasakan, dan
banyak mengandung hidroksiprolin Tillman,
dkk. 1984. Tulang ayam sebagian besar
terdiri atas protein kolagen dengan asam amino penyusun utamanya adalah
prolin, glisin, dan alanin. Dalam kondisi alami protein fibriler atau
skleroprotein sulit untuk dicerna oleh enzim pepsin dan pankreatin Winarno,
1997 atau tripsin dan kemotripsin menjadi asam-asam amino Alais dan
Linden,
1991. Upaya
untuk meningkatkan nilai manfaat limbah
tulang ayam dan mendapatkan tepung tulang yang berkualitas adalah melalui
proses pengolahan secara kimiawi melalui tahap dekolagenasi dengan
menggunakan alkali larutan yang bersifat basa kuat, yang bertujuan
untuk melepaskan komponen mineral yang terikat pada kolagen tulang ayam
sehingga
menghasilkan kandungan
mineral yang tinggi. Salah satu jenis alkali yang dapat digunakan untuk
dekolagenasi adalah kalium hidroksida KOH. KOH merupakan basa kuat
130 yang sangat larut dalam air karena
dapat terionisasi
100 dalam
air.Pengolahan limbah tulang ayam secara kimiawi melalui dekolagenasi
menggunakan KOH
dengan memperhatikan konsentrasi dan lama
perendaman perlu dilakukan untuk mengetahui persentase dekolagenasi,
kandungan kalsium, dan fosfor agar mendapatkan produk yang berkualitas.
Penggunaan konsentrasi KOH 4 dengan lama perendaman 48 jam
menghasilkan kandungan fosfor yang tinggi dari tepung tulang ayam.
Kandungan fosfor meningkat sejalan dengan
meningkatnya kandungan
kalsium, karena kalsium dan fosfor merupakan komponen terbesar yang
terdapat pada mineral tulang dengan perbandingan kurang lebih 2 : 1
Anggorodi, 1994.
Meningkatnya kandungan fosfor tulang ayam akibat
terhidrolisisnya komponen lain yang terdapat pada tulang. Sejalan dengan
pendapat Trilaksani, dkk. 2006 bahwa pada proses pembuatan tepung tulang
telah terjadi hidrolisis komponen non- ash
terutama protein
sehingga meningkatkan kandungan abu termasuk
fosfor dan kalsium yang merupakan komponen utama penyusun tulang.
Jumlah kandungan nutrisi yang terdapat di dalam tepung bulu ayam
khususnya protein berupa asam amino berbeda,
tergantung dari
proses pengolahannya.
Dari tabel ini terlihat, bahwa
sebenarnya kandungan nutrisi tepung bulu tidak mengecewakan, demikian
pula kandungan asam aminonya. Selain itu, kandungan nutrisi yang terkandung
dalam bulu ayam yang terolah secara Hidrolisis memilki nilai nutrisi yang
baik, dibandingkan dengan pakan sejenis non bulu ayam.
Walaupun mengandung protein cukup tinggi dan kaya asam amino
esensial, tepung bulu mempuyai faktor penghambat seperti kandungan keratin
yang digolongkan kepada protein serat. Kandungan protein kasar yang tinggi
dalam tepung bulu ayam tersebut tidak diikuti oleh nilai biologis yang tinggi.
Hal ini menyebabkan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik pada
tepung bulu ayam rendah. TILLMAN et al., 1982.
131 Keratin merupakan protein yang
kaya asam amino bersulfur, dan sistin. Keratin sulit dicerna karena ikatan
disulfida yang dibentuk diantara asam amino sistin menyebabkan protein ini
sulit dicerna oleh ternak unggas, baik oleh mikroorganisme rumen maupun
enzim
proteolitik dalam
saluran pencernaan pasca rumen pada ternak
ruminansia. Keratin dapat dipecah melalui reaksi kimia dan enzim
sehingga pada akhirnya dapat dicerna oleh tripsin dan pepsin di dalam saluran
pencernaan. Oleh karenanya, bila bulu ayam akan dimanfaatkan sebagai bahan
pakan sumber protein, sebaiknya perlu diolah
terlebih dahulu
untuk meningkatkan kecernaannya. Tepung
Bulu Terolah Terhidrolisa sebagai bahan pakan harus melalui suatu proses
pengolahan
terlebih dahulu
dan hasilnya inilah yang dinamakan tepung
bulu terolah sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pakan asal
hewan
yang potensial
untuk mengurangi harga ransum yang berasal
dari pemanfaatan limbah. Beberapa
hasil penelitian
menunjukkan nilai biologis bulu ayam dapat ditingkatkan dengan pengolahan
dan pemberian perlakuan tertentu. Contoh, bulu ayam yang diolah dengan
proses NaOH 6 dan dikombinasikan dengan
pemanasan tekanan
memberikan nilai kecernaan 64,6 . Lama
pemanasan juga
dapat meningkatkan kecernaan pepsin bulu
ayam hingga
62,9 .
Namun, pemanasan yang terlampau lama dapat
merusak asam amino lisin, histidin dan sistin serta menyebabkan terjadinya
reaksi kecoklatan browning reaction. Berbagai
metode pengolahan
untuk meningkatkan nilai nutrien bulu unggas, yaitu 1 perlakuan fisik dengan
pengaturan temperatur dan tekanan, 2 secara kimiawi dengan penambahan
asam dan basa NaOH, HCL, 3 secara enzimatis
dan biologis
dengan mikroorganisme dan 4 kombinasi
ketiga metode tersebut. Hidrolisat bulu ayam adalah bahan pakan sumber
protein yang dapat diproduksi secara lokal dengan kandungan protein kasar
sebesar 81
−90,60 NRC, 1985; Sutardi, 2001 dalam Siregar, 2005.
Protein hidrolisat bulu ayam kaya asam amino
bercabang yaitu
leusin, isoleusin, dan valin dengan kandungan
masing-masing sebesar 4,88, 3,12, dan 4,44, namun defisien asam amino
metionin dan lisin. Untuk memenuhi kebutuhan asam lemak rantai cabang
bagi pertumbuhan bakteri selulolitik maka dilakukan suplementasi hidrolisat
bulu ayam sebagai sumber asam amino rantai cabang yang berperan sebagai
prekusor asam lemak rantai cabang.
2.5 Kandungan Tulang Ikan