Kondisi Lingkungan Kota Polusi Udara Pencemaran

30 CO2 sebesar 380 ppm 380 molekul per satu juta molekul. Sebelum revolusi industri terjadi, jumlah CO2 adalah 275ppm. Agar suhu bumi tidaknaik sampai 2 C, kadar atmosfer harus berada di bawah 450 ppm Zharif, 2009. Sektor transportasi merupakan penyumbang utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Dalam tahun 1990, transportasi darat bertanggung jawab terhadap setengah dari total emisi partikulat debu, dan untuk sebagian besar Timbal, CO, HC dan NOX di daerah perkotaan , dengan konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas yang padat, dimana tingkat pencemaran udara sudah dan atau hampir melampaui Standard kualitas udara . Gangguan kesehatan dapat diakibatkan oleh konsentrasi yang berlebihan dari pencemar-pencemar utama ini. Selanjutnya menambahkan bahwa, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor transportasi yang diproyeksikan sekitar 6 – 8 per tahun, maka penggunaan bahan bakar di Indonesia diproyeksikan bertambah sebesar 2.1 kali konsumsi 1990 pada tahun 1998, sebesar 4.6 kali pada tahun 2008, dan 9 kali pada tahun 2018. Pada tahun 2020, setengah dari jumlah penduduk Indonesia akan menghadapi permasalahan pencemaran udara perkotaan, yang didominasi oleh emisi dari kendaraan bermotor Kusminingrum, 2008. Gambar 5: Transportasi dan Industri Penyumbang Emisi dan Polusi Pencemaran udara merupakan masalah yang sangat serius dan darurat untuk ditangani karena udara adalah elemen dasar dan berpengaruh langsung terhadap kesehatan manusia. Selain berpengaruh ke kesehatan, pencemaran udara dapat mengganggu kesetimbangan alam khususnya atmosfer bumi. Salah satunya adalah pencemaran udara oleh debu yang timbul dari proses pengolahan atau hasil industri. Industri selalu dikaitkan dengan sumber pencemar karena industri merupakan kegiatan yang sangat tampak dalam pembebasan berbagai senyawa kimia ke lingkungan. Kegiatan industri menyebabkan pencemaran udara karena menimbulkan asap sebagai sumber titik dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Porsi asap industri dalam mencemari udara memang tidak terlalu besar, yaitu hanya sekitar 10-15.

2. Kondisi Lingkungan Kota

Medan Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar 265,10 km² atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kotakabupaten lainnya, Medan 31 memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30 – 3° 43 Lintang Utara dan 98° 35 - 98° 44 Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Menurut data yang sudah dilakukanpemutakhiran, Medan diketahui memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.970.032 jiwa dengan kepadatan 11.203 jikakm Pemerintah Kota Medan, 2014. Salah satu masalah yang harus diantisipasi oleh masyarakat kota Medan adalah menyempitnya luas lahan yang ada sehingga berpeluang menjadi tidak seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada. Pada kenyataannya menurut Bapedalda Sumut kerusakan lingkungan di Indonesia termasuk Sumut dan Kota Medan khususnya saat ini sudah diambang batas, akibat kesadaran masyarakat atau bangsa ini untuk memelihara lingkungan masih jauh. Secara nyata kondisi ini menuju kepada sikap apatis dari masyarakat yang ditunjukkan dengan tidak adanya kesadaran untuk memilihara lingkungan. Permasalahan lingkungan kota Medan mulai dari soal hutan, udara dan air, pencemaran akibat limbah industri, limbah Rumah Sakit, limbah hotel, pusat perbelanjaan, restoran, sampah perkotaan, krisis persediaan air tawar, degradasi tanah dan lahan pertanian, konflik sosial, lingkungan transportasi, dan ruang terbuka hijau Status Lingkungan Hidup Medan, 2006. Di kota Medan, Setiap hari polusi udara semakin bertambah, sementara untuk menyeimbangkan bertambahnya pencemaran polusi dengan membangun hutan kayu tidak pernah dilakukan. Justru yang menjamur adalah hutan tembok. Pengelolaan polusi dan limbah menjadi masalah kota Medan, yang semakin penting untuk diselesaikan karena menyangkut keselamatan dan kesehatan masyarakat BLH Kota Medan, 2008

3. Teknologi Vertikultur