139 T4. Nilai kecernaan protein tepung
bulu meningkat dengan bertambahnya lama perendaman NaOH.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat
disimpulkan: 1.
Folutan dapat digunakan sebagai salah satu solusi terhadap masalah
yang ditimbulkan oleh limbah Bulu ayam di Pasar tradisional kota
Medan.
2. Metode fisik-kimia sangat baik
dalam meningkatkan kadar protein dan kecernaan ransum bulu ayam
dan tulang ikan.
3. Kandungan didalam ransum sangat
bergantung kepada tehknik yang digunakan. Kandungan utama yang
terdapat pada Formula Ransum dari Bulu Ayam dan Tulang Ikan adalah
protein
78,96 dan
kalsium 81,56.
4. Perendaman dengan menggunakan
NaOH 0,25M sangat mempengaruhi tingkat daya cerna, semakin lama
perendaman semakin tinggi pula daya cernanya.
5.2 Saran 1.
Penelitian ini hendaknya diterapkan dan benar-benar dapat menjadi
solusi dari permasalahan yang
ditimbulkan oleh limbah bulu ayam khususnya daerah kota Medan.
2. Perlu di lakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui pengaruh pemberian
Folutan terhadap
aktivitas dan mutu telur yang dihasilkan
ayam petelur
dan kegunaan Bulu ayam lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, W. 2001. Potensi Limbah
Agroindustri sebagai Pakan Sapi Perah. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Alais C, Linden G. 1991. Food
Biochemistry. London: Ellis Harwood Anggorodi, H. R. 1985. Kemajuan
Mutahir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia. Jakarta.
Adiati, U. Dan Puastuti.W.2004. Bulu Unggas
Untuk Pakan.Balai
Peternakan.Ciawi.Bogor Gupta
R., Ramnani,
P., 2006.
Microbial ases and their prospective applications
an overview.
Appl Microbiol Biotechnol 70: 21-33.
Haurowitz, F. 1984.Biochemistry An Intoduction Texbook. Jhon Wiley And
Sons Inc. Ney york. Chapman And Hall. Limited. London
Imansyah, B.2006. Mendaur Ulang Limbah Jadi Konsumsis Ternak. Tim
Teknologi
Informasi Peternakan.
Fakultas Peternakan
Universitas Padjajaran. Bandung.
Kim WK and PH. Patterson. 2000. Nutritional Value of Enzyme or
Sodium
Hydroxide-TreatedFeathers from Dead Hens. Journal of Poultry
Science 79: 528–534. Rasyaf, M.1994. Makanan Ayam
Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
140 Steiner, R.J., R.O. Kellems and D.C.
Church. 1983. Feather and hair meals for ruminant. IV. Effects of chemical
treatments of feathers and processing time on digestibility. Journal of Animal
Science. 57: 495 – 502. Siregar,
A.P.,sabrani.M dan
Pramu.S.19889. Tehnik
Beternak Ayam Pedaging Di Indonesia. Margie
Group.Jakarta Tillman,
A. D.,
Hartadi, H.,
Reksohadiprojo, S
dan Lebdosoekojo.S. 1991. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Gajah Mada University Press. Fakultas peternakan. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta Trilaksani, Wini, Ella Salamah dan
Muhammad Nabil.2006. Pemanfaatan Limbah Ikan Tuna Thunnus sp.
sebagai
Sumber Kalsium
dengan Metode Hidrolisis Protein. Bulletin
Teknologi Hasil Pertanian Vol. XI Nomor 2 Tahun 2006.
Underhill, F.P.1952. A Reference Hand Book Of Medical Sience.Vol. 5 : 717.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Widodo.W.2002. Bahan
Pakan Kontekstual.
Universitas Muhammadiah. Malang. Jawa Tengah.
Williams,C.M.,Lee,C.G.,Garlich,J.D dan C.H.1991.Evaluation Of Bacterial
Father Fermation Product. Feather- Lysate.As
a feed
Protein.poultry Sci.70: 85-94
Yildirim, O. 2004. Preparation and Characterization of ChitosanCalcium
Phosphate Based Zerdani I., Faid M., Malki A. 2004.
Feather wastes digestion by new isolated
strains Bacillus
sp. in
Morocco. African
Journal Biotechnology 3 1: 67 70.
Zamora, A.F.,Calopardo.M.R.,Rosano.K.P.,Luis
.E.S dan Dalmacio.I.F.1989. Improvement of copra meal quality for
use in animal feeds.Proc F.A.P UNDP Workshop on Biotechnlogi in animal
production and Health In Asia And latin America.312-320.
141
PEMBUATAN PUPUK CAIR DENGAN MEMANFAATKAN AIR KELAPA DAN URIN SERTA LIMBAH SISA AIR PENCUCIAN BERAS
Zulvan Abdi BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keseimbangan cairan
ekstraseluler dibutuhkan
untuk menunjang
proses metabolisme
makhluk hidup.
Kondisi cairan
ekstraseluler tersebut meliputi pH, tekanan osmosis, suhu, jumlah zat-zat
makanan, volume
cairan, dan
konsentrasi cairan. Karena, tekanan osmosis suatu cairan sangat di tentukan
oleh jumlah
air, mekanisme
osmoregulasi terutama terletak pada kondisi keseimbangan air dalam cairan
dan air dikeluarkan bersama dengan proses ekskresi. Ekskresi merupakan
proses mekanisme mempertahankan homeostatis
tubuh dengan
jalan mengeluarkan
zat sisa
sampah metabolisme tubuh, ion-ion tertentu,
dan air. Pada manusia terdapat tiga jenis
pengeluaran yaitu
sekresi, ekstraksi, dan defekasi. Salah satu
diantara tersebut ialah proses sampah yang bernitrogen seperti urea dibentuk
di hati dan dibuang melalui ginjal dalam bentuk Urine. Urine yang
mengandung beberapa kalium dan nitrogen yang merupakan sebagian dari
unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman dan sangat penting. Selain itu
Kalium atau yang lebih dikenal dengan Potasium
bukan hanya
terdapat didalam urine melainkan didalam buah
yang mengandung ion-ion elektrolit yaitu Kelapa. Maka dari itu dibutuhkan
cairan alternatif dalam penunjang proses pertumbuhan pada tanaman
yaitu pupuk cair yang memiliki nilai guna dan fungsi yang sangat besar serta
ekonomis
dan menjadi
alternatif masyarakat.
Berbicara mengenai
pupuk, menurut Wikipedia IndonesiaPupuk
adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi
kebutuhan hara
yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik
ataupun non-organik mineral. Pupuk berbeda
dari suplemen,
pupuk mengandung
bahan baku
yang diperlukan
pertumbuhan dan
perkembangan tanaman,
sementara suplemen seperti hormon tumbuhan
membantu kelancaran
proses metabolisme.
Meskipun demikian,
kedalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah
material suplemen. Sehingga fungsi pupuk
sebagai material
yang mencukupi kebutuhan hara tanaman
menjadi sebuah kebutuhan di kalangan petani dan pertanian.
Belakangan ini banyak orang- orang terutama para petani mencari
cara menggunakan pupuk sederhana
142 dan ekonomis tapi berkualitas dan
sudah banyak pupuk-pupuk
yang dibuat secara organik dan campuran,
seperti Pupuk NPK, Pupuk Organik dan Kompos. Melihat ada beberapa
mineral
atau unsur-unsur
hara tumbuhan yang dibutuhkan baik itu
makro maupun
mikro. Tanaman
memerlukan 13 unsur mineral dalam proses pertumbuhan,diantaranya unsur
mikro Zn, Cu, Mn, Mo, B, Fe, Cl dan unsur makro Ca, Mg, dan S. Selain itu
ada beberapa unsur hara yang menjadi unsur Primer dalam kebutuhan tanaman
dan yang cepat habis didalam tanah yang belakangan ini banyak ahli-ahli
membuatnya karena unsur ini yaitu N nitrogen, P Fosfor, K Pottasium.
Selain itu penulis juga memanfaatkan limbah cair dari rumah tangga berupa
Air Sisa Cucian Beras atau yang biasa disebut Air Leri yang dimanfaatkan
untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman. Sebab, dalam air sisa cucian
beras mengandung 80 B1, 70 B3, 90 B6, 50 Mn, 50 P, 60 Fe,
100 Serat. Air cucian beras juga mengandung bakteri yang berfungsi
sebagai
pengendali organisme
penganggu tanaman
dan pemicu
pertumbuhan tanaman Yayu, 2011. Maka dari itu penulis memaparkan ide
dan inovasinya di dunia lingkungan dengan judul Karya Tulis Ilmiah :
“Pembuatan Pupuk Cair Alternatif dengan Memanfaatkan Air
Kelapa dan Urine serta Limbah Cair Organik Berupa Air Sisa Pencucian
Beras”
1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum