Karakteristik tinja yang mencakup kuantitas dan kualitas dipengaruhi terutama oleh kebiasaan makan, kondisi kesehatan, kondisi psikologik, kehidupan agama, serta
tingkat sosial ekonomi dan kebudayaan yang mempengaruhi kebiasaan hidup, termasuk dalam hal kebiasaan menggunakan air pembersih dari manusia penghasil
tinja tersebut Suparmin, 2002.
2.5.1. Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi
kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia feces adalah
sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada feces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara
Notoatmodjo, 2007. Berikut ini skema mata rantai penularan penyakit dari tinja Widyati, 2002:
Air Tangan
Lalat Tanah
Gambar 2.2. Mata Rantai Penularan Penyakit dari Tinja
Tinja Sumber
Infeksi Makanan
Sayurbuah Penderitaan
baru
Dari gambar tersebut perlu dilakukan tindakan pencegahan sedini mungkin agar transmisipemindahan penyakit tidak terjadi dan dapat dihindarkan. Dengan
mengisolasi tinja sedini mungkin maka penyebab penyakit tidak dapat mencapai pejamupenderita baru Widyati, 2002.
Pembuangan tinja secara layak merupakan kebutuhan kesehatan yang paling diutamakan. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat
mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterborne
disease akan mudah berjangkit Chandra, 2007. Bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan kotoran
secara tidak baik adalah Chandra, 2007: 1.
Pencemaran tanah, pencemaran air, dan kontaminasi makanan Sebagian besar kuman penyakit yang mencemari air dan makanan berasal
dari feses hewan dan manusia. Mereka mencakup bakteri, virus, protozoa, dan cacing dan masuk bersama air atau makanan, atau terbawa oleh mulut
oleh jari-jari yang tercemar. Sekali ditelan, sebagian besar di antara mereka berkembang di saluran makanan dan diekskresikan bersama feses. Tanpa
sanitasi yang memadai, mereka dapat memasuki ke badan air yang lain, yang selanjutnya dapat menginfeksi orang lain. Banyak organisme-
organisme kelompok enterik ini dapat bertahan dalam waktu lama di luar badan. Mereka dapat bertahan di limbah manusia dan kadang-kadang di
dalam tanah dan ditularkan ke air serta bahan makanan. Organisme yang lebih tahan dapat ditularkan secara mekanis oleh lalat Widiati, 2001.
2. Perkembangbiakan lalat.
Sementara itu beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain Notoatmodjo, 2007:
Peranan lalat dalam penularan penyakit melalui tinja faecal-borne- diseases sangat besar. Lalat rumah, selain senang menempatkan telurnya
pada kotoran kuda atau kotoran kandang, juga senang menempatkannya pada kotoran manusia yang terbuka dan bahan organik lain yang sedang
mengalami penguraian. Lalat itu hinggap dan memakan bahan itu, mengambil kotoran dan organisme hidup pada tubuhnya yang berbulu,
termasuk bakteri yang masuk ke saluran pencernaannya, dan sering meletakkannya di makanan manusia. Pada iklim panas, prevalensi penyakit
yang dapat ditularkan melalui tinja biasanya lebih tinggi karena, pada saat ini, lalatnya paling banyak dan paling aktif Suparmin, 2002.
1. Tifus
Tifus merupakan penyakit yang menyerang usus halus. Penyebabnya adalah Salmonella typhi, dengan reservoir adalah manusia. Gejala utama adalah
panas yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu rata-rata 2 minggu setelah infeksi. Penularan dapat terjadi dari
orang ke orang, atau tidak langsung lewat makanan, minuman yang terkontaminasi bakteri. Sesekali, Salmonella itu keluar bersama tinja ataupun
urine, memasuki lingkungan dan berkesempatan menyebar Slamet, 2007.
2. Disentri
Disentri amoeba disebut juga Amoebiasis disebabkan oleh E. histolytica, suatu protozoa. Gejala utama penyakit adalah tinja yang tercampur darah dan
lendir. Berbeda dari Disentri basillaris, disentri ini tidak menyebabkan dehidrasi. Penyakit ini sering pula ditemukan tanpa gejala yang nyata,
sehingga seringkali menjadi kronis. Tetapi, apabila tidak diobati dapat menimbulkan berbagai komplikasi, seperti asbes hati, radang otak, dan
perforasi usus. Amoebiasis ini seringkali menyebar lewat air dan makanan yang terkontaminasi tinja dengan kista amoeba serta dapat pula dibawa oleh
lalat. Karena amoeba membentuk kista yang tahan lama di dalam lingkungan di luar tubuh, maka penularan mudah terjadi dengan menyebarnya kista-kista
tersebut Slamet, 2007. 3.
Kolera Penyakit Kolera disebabkan oleh Vibrio cholerae. Kolera adalah penyakit
usus halus yang akut dan berat, sering mewabah yang mengakibatkan banyak kematian. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps
dapat terjadi dengan cepat. Sedangkan gejala kolera yang khas adalah tinja yang menyerupai air cucian beras, tetapi sangat jarang ditemui. Orang
dewasa dapat meninggal dalam waktu setengah sampai dua jam, disebabkan dehidrasi. Reservoir bakteri kolera adalah manusia yang menderita penyakit,
sedangkan penularan dari orang ke orang, ataupun tidak langsung lewat lalat, air, serta makanan dan minuman Slamet, 2007.
4. Schistosomiasis
Shistosomiasis atau Bilharziasis adalah penyakit yang disebabkan cacing daun yang bersarang di dalam pembuluh darah balik sekitar usus dan
kandung kemih. Reservoirnya selain penderita, juga anjing, kijang, dan lain- lain hewan penderita Schistosomiasis. Telur Schistosoma ini keluar dari
tubuh penderita bersama urine ataupun tinja. Untuk dapat hidup terus telur itu harus berada di perairan, menetas menjadi larva miracidium dan untuk
dapat berubah menjadi larva yang infektif, maka ia harus masuk ke dalam tubuh siput air. Miracidium di dalam siput berubah menjadi larva cercaria,
keluar dari tubuh siput, berenang bebas di perairan. Larva ini dapat memasuki kulit orang sehat, yang kebetulan berada di air tersebut misalnya
di sawah. Larva kemudian ikut dengan peredaran darah, memasuki paru- paru, kemudian ke hati di mana ia menjadi dewasa dan kemudian bermigrasi
ke dalam pembuluh darah balik sekitar usus ataupun kandung kemih. Jumlah telur cacing yang banyak akan mendesak dinding pembuluh darah sehingga
robek dan terjadi perdarahan. Gejala 4-6 minggu setelah infeksi berupa kencing dan berak darah. Penyakit ini jarang menyebabkan kematian yang
langsung, tetapi menimbulkan kelemahan karena terjadinya perdarahan. Komplikasi-komplikasi dapat terjadi, yakni rusaknya jaringan hati sehingga
terjadi cirrhosis atrofis dan kadang-kadang cacing dapat ikut dengan peredaran darah ke dalam otak dan menimbulkan kerusakan. Cacing ini
sudah banyak menyebabkan kerugian dan penderitaan, karena pengobatannya kurang efesien, pemberantasan terhadap cacing sulit
dilaksanakan, karena spektrum reservoirnya yang luas, dan meninggalkan banyak cacat dan kelemahan Slamet, 2007.
5. Diare
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengantanpa darah danlendir dalam tinja Mansjoer, 2002. Penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam tujuh besar, yaitu virus, bakteri, parasit, keracunan makanan, malabsorpsi, alergi, dan immunodegesiensi Widoyono, 2008.
Penyakit diare sebagian besar 75 disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan
mekanisme berikut Widiyono, 2008: a. Melalui air yang merupakan media penularan utama diare. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air
minum yang sudah tercemar, baik yang tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat
disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan. b. melalui tinja yang terkontaminasi. Tinja yang sudah terkontaminasi mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat
menularkaan penyakit diare kepada orang yang memakannya.
6. Bermacam-macam cacing gelang, kremi, tambang, pita
Penyakit cacing tambang hookworm disease adalah suatu infeksi saluran usus oleh cacing penghisap darah. Penyebabnya adalah Necator americanus
dan Ancylostoma duodenale yaitu nematoda yang dikeluarkan lewat tinja dari manusia yang terinfeksi. Cara pemindahannya adalah larva dalam tanah
yang lembabbasah dan menembus kulit, biasanya kulit
kaki Suparmin, 2002.
Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit dari tinja, antara lain Chandra, 2007:
1. Agens penyebab penyakit
2. Reservoir
3. Cara menghindar dari reservoir ke pejamu potensial
4. Cara penularan ke pejamu baru
5. Pejamu yang rentan sensitif.
Apabila salah satu faktor di atas tidak ada, penyebaran tidak akan terjadi. Pemutusan rantai penularan juga dapat dilakukan dengan sanitasi barrier.
2.5.2. Jamban