Jamban Tujuan Penggunaan Jamban Jenis-Jenis Jamban

6. Bermacam-macam cacing gelang, kremi, tambang, pita Penyakit cacing tambang hookworm disease adalah suatu infeksi saluran usus oleh cacing penghisap darah. Penyebabnya adalah Necator americanus dan Ancylostoma duodenale yaitu nematoda yang dikeluarkan lewat tinja dari manusia yang terinfeksi. Cara pemindahannya adalah larva dalam tanah yang lembabbasah dan menembus kulit, biasanya kulit kaki Suparmin, 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit dari tinja, antara lain Chandra, 2007: 1. Agens penyebab penyakit 2. Reservoir 3. Cara menghindar dari reservoir ke pejamu potensial 4. Cara penularan ke pejamu baru 5. Pejamu yang rentan sensitif. Apabila salah satu faktor di atas tidak ada, penyebaran tidak akan terjadi. Pemutusan rantai penularan juga dapat dilakukan dengan sanitasi barrier.

2.5.2. Jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa cemplung yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya Proverawati, 2012. Jamban keluarga adalah suatu fasilitas pembuangan tinja bagi suatu keluarga Depkes, 2009.

2.5.3. Tujuan Penggunaan Jamban

Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, menyebutkan bahwa jamban sehat adalah suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Tujuan Penggunaan Jamban adalah sebagai berikut Firmansyah, 2009: 1. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau 2. . 3. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitamya.

2.5.4. Jenis-Jenis Jamban

Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, tifus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracunan. Teknik Pembuangan Tinja dengan Sistem Jamban, ada 3 yaitu Suparmin, 2002: 1 Teknik yang menggunakan jamban tipe utama, yaitu: a. Jamban Cubluk Dengan perhatian sedikit pada penempatan dan konstruksi, jenis jamban itu tidak akan mencemari tanah ataupun mengontaminasi air permukaan serta air tanah. Tinja tidak akan dapat dicapai oleh lalat apabila lubang jamban selalu tertutup. Rumah jamban yang baik akan membantu mencegah masuknya sinar matahari ke dalam lubang. Dengan jamban cubluk, tidak akan terjadi penanganan langsung tinja. Bau dapat diabaikan dan tinja biasanya tidak terlihat. Jamban cubluk mudah direncanakan, digunakan, dan tidak memerlukan pengoperasian. Masa penggunaannya bervariasi, dari 5 sampai 15 tahun, tergantung pada kapasitas lubang dan penggunaan bahan pembersih yang dimasukkan ke dalamnya. Keuntungan yang utama dari jenis jamban itu adalah dapat dibuat dengan biaya rendah, dapat dibuat di setiap tempat di dunia, dapat dibuat oleh keluarga dengan sedikit atau tanpa bantuan dari luar, dan dapat dibuat dengan bahan yang tersedia. Jenis jamban ini mempunyai sedikit kelemahan, tapi dapat berperan utama dalam pencegahan penyakit yang disebarkan melalui tinja. b. Jamban Air Jamban air merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki pembusukan, yang berasal dari Amerika serikat kira-kira sembilan puluh tahun yang lalu. Apabila tangkinya kedap air, maka tanah, air tanah, serta air permukaan tidak akan terkontaminasi. Lalat tidak akan tertarik pada isi tangki, tidak ada bau, ataupun kondisi yang tidak sedap dipandang. Jenis jamban itu dapat dibangun di dekat rumah. Tinja dan lumpur bersama-sama dengan batu, batang kayu, kain bekas, dan sampah lain yang mungkin terbuang ke dalamnya akan tertumpuk dalam tangki. Jamban air memerlukan penambahan air setiap hari agar dapat beroperasi sebagimana mestinya. Air itu biasanya berasal dari air yang digunakan untuk pembersih anus dan untuk pembersih lantai jamban, serta pipa atau corong pemasukan tinja. Jenis jamban ini memerlukan sedikit pemeliharaan dan merupakan jenis instalasi yang permanen. Jamban ini lebih mahal pembuatannya dibandingkan dengan jamban cubluk. c. Jamban Leher Angsa Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang menggunakan sekat air bukanlah jenis instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih merupakan modifikasi yang penting dari slab atau lantai jamban biasa. Lantai dengan sekat air dapat dipasang di atas lubang pada jamban cubluk atau di atas tangki air pada jamban air. Apabila digunakan dan dipelihara secara semestinya, sekat air akan mencegah masuknya lalat ke dalam lubang dan keluarnya bau. Perangkap kecil pada sekat air tidak akan menahan tisu pembersih yang dibuang ke dalamnya. Lantai dengan sekat air digunakan secara luas di kawasan Asia Tenggara yang kebanyakan penduduknya menggunakan air sebagai bahan pembersih anus. 2 Teknik yang Menggunakan Jamban Tipe yang Kurang Dianjurkan a. Jamban Bor Jamban bor bored-hole latrine, jamban keranjang bucket latrine, jamban parit trench latrine, dan jamban gantung overhung privy kurang dianjurkan penggunaannya karena berbagai risiko pencemaran dan penularan penyakit yang dapat ditimbulkannya. Jamban bor merupakan variasi dari jamban cubluk yang lubangnya dibuat dengan cara dibor. Lubangnya mempunyai penampang melintang yang lebih kecil, dengan diameter sama dengan diameter mata bor yang digunakan 10-30 cm dan lebih dalam. Dengan demikian, kapasitasnya jauh lebih kecil daripada jamban cubluk biasa dan masa penggunaannya pun lebih pendek. Karena kedalamannya dapat mencapai 6 m, lubang akan menembus air tanah dan mudah mencemarinya. Jamban itu tidak mencemari tanah dan air permukaan, dan mencegah penanganan tinja segar. Bahaya lalat menigkat karena terjadi pencemaran di permukaan dinding lubang bagian atas yang tepat di bawah lubang. Keruntuhan dinding lubang sering menjadi masalah yang gawat pada jamban bor. Jamban bor murah dan mudah pembuatannya apabila tersedia peralatan yang diperlukan. Jamban itu digunakan secara luas di banyak wilayah di dunia, terutama di Timur Tengah dan Asia Tenggara. Jamban bor merupakan variasi dari cubluk, perbedaanya hanya penampang melintang lubangnya kecil. b. Jamban Keranjang Jamban keranjang, atau jamban kotak, atau jamban kaleng banyak digunakan pada masa lalu di Eropa, Amerika, Australia, dan masih digunakan di banyak negara di Afrika, Asia Tenggara, dan Fasifik Barat. Namun, penggunaanya semakin berkurang. Meskipun secara teoritis dan dengan pengawasan yang efesien jamban keranjang dapat digunakan secara higienis, pengalaman di mana-mana menunjukkan bahwa pada kenyataannya tidaklah demikian. Sistem jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam jumlah yang sangat besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat pembuangan. Penggunaan jamban keranjang sangat memungkinkan penanganan tinja segar. Akibat penggunaan jenis jamban itu, selalu ada bahaya terjadi pencemaran tanah, air permukaan, dan air tanah. Penggunaan jenis jamban itu biasanya menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak sedap. Meskipun biaya awal penggunaan jamban keranjang tidak mahal, namun biaya operasinya, setelah beberapa tahun, menjadikannya tipe instalasi yang paling mahal. Jamban itu hanya dianjurkan pemakaiannya di daerah yang menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman. Meskipun demikian, di daerah itu tetap harus dikembangkan peggunaan jamban kompos. c. Jamban Parit Jamban parit biasa digunakan di beberapa daerah Afrika, di daerah perkemahan, dan dalam keadaan darurat. Jenis jamban itu dapat digunakan secara saniter atau sangat tidak saniter, tergantung pada kepatuhan pemakai pada ketentuan yang harus diperhatikan atau dilaksanakannya. Penggunaan jamban parit sering mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang berhubungan dengan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan. Karena berpotensi menimbulkan berbagai kerugian, jamban parit tidak dianjurkan untuk digunakan. Lubang di atas tanah yang digunakan pada jamban parit biasannya berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 30 x 30 cm dan kedalaman 40 cm. Tanah hasil galian ditumpuk di sekitar lubang. Diharapkan pemakai mau melemparkan tanah itu untuk menutup tinja yang telah dibuangnya. d. Jamban Gantung Jamban gantung sering digunakan di daerah yang sering atau secara berkala tertutup air, terutama air laut, atau di daerah pasang surut. Teknik itu diterapkan di perkampungan nelayan di pinggir pantai, di beberapa tempat lainnya. Kriteria pembuangan tinja saniter seperti disebutkan di atas tidak diterapkan secara taat asas. Faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah kadar garam air penerima, kedalamannya, dan derajat pengenceran yang mungkin dicapai. Jenis jamban itu hanya dapat dipertimbangkan penggunaannya sebagai pilihan terakhir pada keadaan yang tidak biasa. 3 Teknik yang Menggunakan Jamban untuk Situasi Khusus a. Kakus Kompos digunakan di daerah yang penduduknya suka membuat kompos dari campuran tinja dan sampah organik jerami, limbah dapur, potongan rumput, dan sebagainya di jamban yang digunakan. Untuk membuatnya, diperlukan dua atau lebih lubang sehingga biayanya lebih besar daripada jamban biasa. Bila dibuat dan dioperasikan tidak secara semestinya, jamban itu dapat menarik lalat yang akan bertelur pada bahan isian. Masalah bau dapat timbul dari penggunaan jamban kompos. Jamban kompos mudah pembuatannya, tetapi memerlukan pengoperasian dan pemeliharaan. Karena lubang digunakan secara bergantian, penanganan bahan isian dapat diusahakan seminimal mungkin dan dilakukan setelah selesai proses dekomposisi dan penyusutan oleh bakteri anaerob. Produk akhir seperti humus stabil, aman, dan merupakan pupuk tanaman yang baik. b. Jamban Kimia merupakan instalasi pembuangan tinja yang efesien dan memenuhi semua kriteria jamban saniter tersebut di atas, kecuali satu yaitu yang berhubungan dengan biaya. Teknik pembuangan tinja dengan jamban kimia dapat dikatakan mahal, baik biaya awal maupun pengoperasiannya. Keuntungan utama dari jamban kimia adalah dapat ditempatkan di dalam rumah. Jamban itu sering digunakan di rumah dan sekolah di daerah yang tingkat ekonominya memungkinkan, serta pada sarana transportasi jarak jauh, baik darat, laut maupun udara. c. Jamban Kolam banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, terutama di daerah yang penduduknya banyak mengusahakan kolam atau tambak ikan. Orang yang menggunakan jamban itu memanfaatkan tinja yang dibuangnya secara langsung untuk makanan ikan yang dipeliharanya. d. Jamban Gas Bio merupakan instalasi pembuangan tinja yang memberikan keuntungan ganda. Apabila dibuat, dioperasikan, dan dipelihara sebagaimana mestinya dengan memperhatikan persyaratan sanitasi pembuangan tinja, teknik pembuangan tinja itu akan mencegah penularan penyakit saluran pencernaan. Selain itu, teknik yang sama akan menghasilkan dua bahan yang bermanfaat, yakni gas bio yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kompos yang berguna untuk menyuburkan tanaman. Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain sebagai berikut Notoatmodjo, 2007: 1 Jamban Cemplung, Kakus Pit Latrine Jamban Cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di Jawa. Tetapi sering dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup. Sehingga serangga mudah masuk, dan bau tidak bisa dihindari. Di samping itu, karena tidak ada rumah jamban, bila musim hujan tiba maka jamban itu akan penuh oleh air. Hal lain yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa kakus cemplung itu tidak boleh terlalu dalam. Sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah dibawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5-3 meter saja. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa ataupun daun padi. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter. 2 Jamban Cemplung Berventilasi Ventilasi Improved Pit Latrine = VIP Latrine Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu. 3 Jamban Empang Fishpond latrine Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Di dalam sistem jamban empang ini terjadi daur-ulang recyling, yakni tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian seterusnya. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu di samping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat menghasilkan ikan. 4 Jamban Pupuk The Compost Privy Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Di samping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai berikut: a. Mula-mula membuat jamban cemplung biasa. b. Di lapisan bawah sendiri ditaruh sampah daun-daunan. c. Di atasnya ditaruh kotoran dan kotoran binatang kalau ada tiap-tiap hari. d. Setelah ± 20 inchi, ditutup lagi dengan daun-daunan sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi. e. Demikian selanjutnya sampai penuh. f. Setelah penuh ditimbun tanah, dan membuat jamban baru. g. Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakan pupuk tanaman 5 Septic tank Latrin jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, di mana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tanki ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yaitu: a. Proses Kimiawi Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar 60-70 zat-zat padat akan mengendap di dalam tanki sebagai “sludge”. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tanki tersebut. Lapisan ini disebut “scum” yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan bakteri- bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya. b. Proses Biologis Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuk gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan “enfluent” sudah tidak mengandung bagian- bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.

2.5.5. Cara Memilih Jenis Jamban