sungai dan parit ini merupakan salah satu hal yang mendukung mengapa informan masih buang air besar di sungaiparit. Apabila tidak ada aturan yang melarang,
masyarakat akan selalu buang besar di tempat tersebut. Menurut Notoatmodjo 2003 menyatakan untuk berperilaku sehat, undang-undang atau peraturan-peraturan juga
diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
5.2. Faktor Pendukung
Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan yaitu sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan, dalam hal ini faktor yang mendukung tidak tersedianya jamban keluarga. Adapun yang menjadi faktor pendukung dalam penelitian ini adalah: jarak
rumah dari tempat pembuangan tinja, dan biaya.
5.2.1. Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Tinja
Hasil penelitian diketahui bahwa jarak rumah informan dengan tempat pembuangan tinja adalah 1 orang informan berjarak 3 meter, 5 meter, 15 meter, 25
meter, 40 meter, 50 meter, 100 meter, 200 meter, dan 2 orang informan berjarak 10 meter, 20 meter, 75 meter. Menurut pengamatan peneliti, jarak tempat pembuangan
tinja yang cukup dekat dengan rumah merupakan salah satu alasan mengapa belum memiliki WC sendiri. Informan menganggap tidak perlu mengeluarkan uang untuk
membangun WC karena jika ingin buang air besar bisa ke tempat pembuangan tinja tersebut. Di Desa Pargarutan ada tiga tempat pembuangan tinja keluarga yang tidak
memiliki WC yaitu, parit, sungai, dan WC umum. Keluarga yang rumahnya dekat dengan sungai akan memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan tinja
keluarganya. Keluarga yang dekat dengan parit, membuang tinja ke parit, sedangkan keluarga yang dekat dengan WC umum akan membuang tinja WC umum.
Keseluruhan informan mengatakan bahwa jarak tempat pembuangan tinja bisa dijangkau oleh informan, artinya jarak tempat pembuangan tinja dekat dan apabila
ingin buang air besar, informan masih bisa menahannya. Menurut pengamatan peneliti, tempat pembuangan tinja yang jaraknya masih bisa dijangkau informan ini
juga merupakan salah satu alasan mengapa informan belum membangun jamban keluarga. Jika ingin buang air besar, dapat membuang tinja ke paritsungai. Keadaan
inilah yang menyebabkan masyarakat di Desa Pargarutan Tonga tidak merasa jamban sebagai sesuatu yang harus dimiliki.
5.2.2 Biaya Pembuatan Jamban 5.2.2.1. Mengapa Tidak Memiliki Jamban
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada saat ini keseluruhan informan tidak memiliki biaya untuk membuat jamban keluarga. Kemudian 11 informan
mengatakan bahwa yang menjadi alasan tidak memiliki jamban adalah karena biaya pembuatannya yang mahal. Dua orang informan mengatakan selain biaya pembuatan
jamban yang mahal alasan lainnya juga karena tidak punya sumur, dan satu orang informan lainnya mengatakan selain biaya pembuatan jamban yang mahal juga
karena lokasi tidak mendukung, tanahnya bukan milik sendiri, dan belum menjadi kebutuhan yang prioritas. Keseluruhan informan mengatakan jika biaya pembuatan
jamban tidak bisa dijangkau dan tidak ada bantuan atau subsidi dari pemerintah. Pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa biaya pembuatan
jamban yang mahal merupakan salah satu alasan mengapa sampai saat ini belum
membangun jamban. Pekerjaan informan yang rata-rata bekerja sebagai petani mempunyai penghasilan yang rendah juga yaitu di bawah UMK Tapanuli Selatan
Rp.1.250.000,-bulan. Sebagian besar informan menggunakan penghasilan mereka ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga informan tidak bisa
menyisihkan penghasilan mereka untuk membuat jamban. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutedjo 2003 menyatakan bahwa alasan masyarakat pada dua
desa di Kabupaten Rembang tidak memiliki dan menggunakan jamban keluarga adalah tidak mempunyai biaya untuk membangun jamban.
5.3. Faktor Pendorong