Budaya informan 1. Kebiasaan Buang Air Besar di SungaiParitWC Umum

tidak terlalu penting karena jarak WC umumparit cukup dekat, dan masih ada keperluan lain yang lebih penting. Pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap informan tentang masyarakat yang perlu melakukan upaya pengadaan jamban keluarga berbeda-beda, ada yang setuju ada yang tidak. Alasannya mengatakan tidak setuju karena masalah biaya pembuatan jamban yang mahal sehingga informan tidak dapat menjangkaunya, jarak tempat pembuangan kotoran manusia yang dekat, dan kebiasaan buang air besar yang sudah turun-temurun. Penelitian Sutedjo 2003, menyatakan bahwa alasan masyarakat pada dua desa di Kabupaten Rembang tidak memiliki dan menggunakan jamban keluarga adalah tidak mempunyai biaya untuk membangun jamban, nyaman dan praktis di tegalan, belum tahu manfaat jamban, nyaman di sungai dan tidak biasa di jamban. 5.1.6. Budaya informan 5.1.6.1. Kebiasaan Buang Air Besar di SungaiParitWC Umum Hasil wawancara, alasan 7 informan buang air besar di WC umum adalah karena WC umum lebih dekat, WC umum tertutup tidak kelihatan, karena tidak punya WC keluarga, kebiasaan sejak dulu, tidak ada biaya untuk membuat WC keluarga. Alasan 6 informan buang air besar di parit adalah karena sudah biasa buang air besar di parit, tempat pembuangan tinja yang paling dekat dengan rumah informan, karena tidak ada WC keluarga dan tidak ada tempat lain untuk buang air besar, WC tidak sehat, WC lebih cocok di kota, di parit tinja langsung hanyut, di parit lebih bersih dan tidak tercium bau seprti di WC. Kemudian alasan 1 orang informan buang air besar di sungai adalah karena tinja langsung hanyut, dan sudah biasa buang air besar di sungai. Pernyataan informan tersebut, dapat disimpulkan bahwa alasan informan buang air besar disungaiparitWC salah satunya adalah karena kebiasaan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutedjo 2003 menyatakan bahwa alasan masyarakat pada dua desa di Kabupaten Rembang tidak memiliki dan menggunakan jamban keluarga adalah nyaman di sungai dan tidak biasa di jamban. Keseluruhan informan mengatakan bahwa mereka tidak malu buang air besar di sungaiparitWC umum karena sudah biasa, di WC umum tertutup, tidak kelihatan orang lain. Menurut pengamatan peneliti, sikap informan yang tidak malu lagi buang air besar di sungaiparitWC umum disebabkan karena informan menganggap hal itu sudah menjadi kebiasaan yang sudah turun-temurun. Kebiasaan ini dapat mempengaruhi informan untuk membangun jamban. Menurut Slamet 2007 norma- norma masyarakat, misalnya buang air besar di sungai itu dianggap ‘normal’ atau dapat diterima secara sosial budaya. Norma, perilaku, dan adat kebiasaan sedemikian itu dapat didasarkan atas ke-tidak-tahuan. atau ke-tidak-pedulian masyarakat terhadap kesehatan. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt yang dikutip Sudarma 2008 mengatakan kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota masyarakat. Keseluruhan informan juga mengatakan bahwa tidak ada peraturan yang mengatakan tidak boleh buang air besar di parit dan sungai. Menurut pengamatan peneliti, tidak adanya peraturan yang mengatakan tidak boleh buang air besar di sungai dan parit ini merupakan salah satu hal yang mendukung mengapa informan masih buang air besar di sungaiparit. Apabila tidak ada aturan yang melarang, masyarakat akan selalu buang besar di tempat tersebut. Menurut Notoatmodjo 2003 menyatakan untuk berperilaku sehat, undang-undang atau peraturan-peraturan juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

5.2. Faktor Pendukung