sementara yang berkaitan dengan teknologi itu sendiri disebut faktor internal.
G. Teori Universalisme Islam
Munculnya pemikiran tentang universalisme Islam berawal dari penafsiran QS al-Baqarah ayat 62 yang berbunyi:
55
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,
orang-orang Nasrani, orang-orang Sabi ’in, siapa saja di antara mereka
yang beriman kepada Allah, dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya mereka, tidak ada rasa takut pada
mereka, dan mereka tidak bersedih hati .
”
Dari ayat di atas, muncullah dua mazhab pemikiran yang menafsirkan Islam secara bertolak belakang, yaitu mazhab konservatif dan
mazhab moderat. Kaum konservatif berpendapat bahwa al-Baqarah ayat 62 tidak
berlaku lagi pada zaman sekarang dan hanya umat Nabi Muhammad SAW yang akan masuk surga. Hal ini berdasarkan pendapat bahwa semua
Yahudi, Nashrani, dan Sabi’in yang ada pada zaman sekarang adalah
orang-orang musyrik; kaum Nashrani menyembah Yesus dan umat Yahudi
55
Hamka, Tafsir Al Azhar Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001, Juz 1, edisi revisi, h. 263.
menyembah Uzair. Pendapat kaum konservatif ini dilandasi oleh firman Allah yaitu dalam QS al-Maidah ayat 73 yang berbunyi:
56
“Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah
adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari
apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih.
”
Dalil yang menguatkan mazhab konservatif lainnya terdapat pada QS Ali-Imran ayat 85 yang berbunyi:
57
“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan
diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. ”
Penganut mazhab konservatif menganggap bahwa kaum Yahudi, Nashrani dan
Sabi’in yang ada sekarang berbeda dengan kaum Yahudi, Nashrani dan
Sabi’in yang hidup di zaman nabi masing-masing. Pada zaman tersebut, mereka masih bertauhid. Karena itu, kaum Yahudi,
Nashrani, dan Sabi’in sekarang harus masuk Islam agar dapat masuk
surga; jika tidak, kerasulan Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai nabi akhir zaman dipertanyakan.
56
Muhammad Shohib et. al., a l-Quran dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI,
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam-Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, 2012, h. 159-160.
57
Muhammad Shohib et. al., a l-Quran dan Terjemahnya, h. 76.
Sedangkan kaum moderat berpendapat bahwa QS al-Baqarah ayat 62 tetap berlaku karena al-Quran bersifat abadi sampai akhir zaman, serta
tidak hanya umat Islam saja yang dapat masuk surga. Teks al-Baqarah ayat 62 jelas mengatakan bahwa kaum Yahudi, Nashrani dan
Sabi’in juga masuk surga apabila mereka beriman pada Allah SWT, beriman tentang
adanya hari kemudian hari kiamat, lalu beramal saleh.
58
Ayat ini tetap berlaku karena al-Quran bersifat abadi sampai akhir zaman. Jika Yahudi,
Nashrani dan Sabi’in tidak masuk surga, lalu bagaimana dengan
pernyataan dari teks al-Baqarah ayat 62 tersebut. Dalil mazhab moderat yang juga menguatkan pernyataan pada teks
al-Baqarah ayat 62 tersebut terdapat pada QS al-Imran ayat 85 yang berbunyi:
59
“Barangsiapa mencari agama selain berserah diri pada Allah,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
”
Dua mazhab ini sama-sama menggunakan QS Ali-Imran ayat 85 sebagai landasan pendapat mereka. Namun, keduanya berbeda dalam
menafsirkan kata
pada ayat di atas.
58
Hamka, Tafsir Al Azhar Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001, Juz 1, edisi revisi, h. 263.
59
Merujuk pada terjemahan berbahasa inggris penafsiran Asad : “For, if one goes in search of a religion other than self-surrender unto God, it will never be accepted from him, and in
the life to come shall be among lost” dan penafsiran Pickthall: “And Whoso seeketh as religion other than the surrender to Allah it will not be accepted from him, and he will be a loser in the
Hereafter” dalam situs www.alim.orglibraryquranayahcompare385no-religion-is-acceptable- to-allah-rather-than-al-islam pada 30 April 2014 pukul 11.31 WIB.
Kaum konservatif mengartikannya sebagai “agama Islam”, sedangkan kaum moderat mengartikannya dengan “berserah diri pada
Allah”.
Pengertian Islam dan Muslim
Islam artinya berserah diri. Seluruh makhluk langit dan bumi berislam berserah diri pada Allah SWT. Hal ini berdasarkan pada Ali-
Imran ayat 83 yang berbunyi:
“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama
Allah, padahal apa yang dilangit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka
dikembalikan .”
Surat al-Quran yang mendukung pernyataan di atas lainnya adalah QS an-Naml ayat 44 yang menyatakan bahwa Ratu Balqis masuk Islam di
zaman Nabi Sulaiman AS:
“Dikatakan kepadanya Balqis: “Masuklah ke dalam istana”. Maka ketika dia Balqis melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air
yang besar, dan disingkapnya penutup kedua betisnya. Dia Sulaiman berkata
, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.” Dia Balqis berkata
: “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap
diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.
” Demikian halnya dengan Umat Nabi Isa AS
نوُيِراَوَحۡلٱ yang juga
menamakan diri mereka sebagai Muslim, padahal mereka hidup jauh sebelum zaman Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut terdapat pada QS al-
Imran ayat 52 yang berbunyi:
60
“Maka tatkala terasa oleh Isa kekafiran mereka,berkatalah dia:
“Siapakah yang akan menolongku pada Allah?” Menjawablah Hawariyy
un: “Kamilah penolong-penolong Allah dan kami beriman
kepada Allah dan kami naik saksi bahwa kami ini adalah menyerahkan diri
.”
Pada QS Ali-Imran ayat 67 disebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS bukan Yahudi, bukan Nashrani, tetapi ia seorang Muslim.
“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang
Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, Muslim, dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.
”
60
Hamka, Tafsir Al Azhar Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001, h. 177.