Threat Ancaman Analisis SWOT

commit to user 111 Terlepas dari masalah keadaan Galabo sekarang, yang jelas Kota Surakarta telah dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata dengan berbagai atraksi wisata, mulai wisata budaya, wisata alam dan juga wisata kulinernya. Salah satu upaya memacu dan membangun pariwisata Galabo, misalnya dengan menetapkan pencitraan diri. Meski demikian komitmen pencitraan itu bukanlah persoalan mudah karena membutuhkan berbagai agenda pembenahan sektoral maupun lintas sektoral. Oleh karena itu, perlu kajian mendalam agar wisata kuliner yang terkemas dalam Galabo bisa lebih kembali diramaikan pengunjung. Wawancara : Eko Prajudhy Noor Ali, selaku Kabid Perdagangan Disperindag Kota Surakarta, 21 Maret 2011

4. Threat Ancaman

Threat adalah ancaman bagi obyek baik dari luar maupun dari dalam. Ancaman yang datang dari dalam dapat berupa adanya perpecahan yang timbul akibat suatu perbedaan tujuan dan pandangan antara satu pengelola dengan pengelola lain atau salah paham antar individu atau kelompok dalam sebuah organisasi perusahaan. Ancaman yang datang dari luar dapat berupa penilaian seputar dimensi makro seperti konsummen, faktor-faktor ekonomi naik turunnya harga bahan baku dan krisis ekonomi , sosial budaya, pasar, biaya, pesaing, pelanggan, pemerintah, politik dan teknologi. Galabo yang telah berusia lebih dari dua tahun kini mengalami masa surut. Awal dibukannya Galabo lebih dari 70 pedagang ikut berpartisipasi, kemudian tahun 2010 sebanyak 50 pedagang, namun seiring dengan berjalannya waktu justru terjadi penyusutan jumlah pedagang dan pada tahun 2011 hanya sejumlah 37 perdagang yang masih bertahan. Jumlah pedagang yang semakin berkurang setiap tahunnya dapat mengakibatkan eksistensi Galabo sebagai ikon wisata kuliner di commit to user 112 Kota Surakarta semakin turun dan akhirnya bisa lama dapat ditutup. Hal tersebut dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah pegangguran, karena pengelola swasta mayoritas dari masyarakat sekitar. Selain hidangan-hidangan khas Kota Surakarta, Galabo juga menyediakan makanan khas lain seperti makanan-makanan Arab, Cina, dan sebagainya. Hal tersebut menjadikan kekurangan yang berdampak ancaman bagi Galabo karena fokus pembangunan Galabo yang sebenarnya sebagai wadah makanan khas Kota Surakarta akan terakulturasi oleh makanan khas lainnya. Namun sisi positifnya, para pengunjung dapat menikmati beragam makanan yang tersedia dan tidak bosan dengan makanan yang hanya terbatas saja. Tetapi hal tersebut tidak dapat dilihat hanya dari sisi positifnya karena dari sudut pandang tersebut yang akhirnya menjadika pedagang merubah menu yang awalnya makanan khas Kota Surakarta seperti nasi liwet, cabuk rambak, timlo, akhirnya merubah menunya menjadi kebab dan burger. Pedagang yang memiliki alasan karena dagangan mereka tidak selaku pedagang kebab atau burger, memilih mengubah menu yang sama dengan pedagang yang selalu ramai dikunjungi pembeli. Masalah tersebut menjadi ancaman bagi Galabo yang nantinya akan dianggap tidak mampu mempertahankan wadah kuliner khas Kota Surakarta. Wawancara : Atmanto Setyo Budiono selaku Ketua Paguyuban Pedagang Galabo, 23 April 2011 Galabo yang melintang sepanjang 300 meter Jl. Mayor Sunaryo dari Beteng Trade Center BTC dan Pusat Grosir Solo PGS tersebut hanya mempunyai fasilitas payung besar bagi setiap stan pedagang. Jika gerimis, penikmat makanan di Galabo bingung mencari tempat untuk berteduh. Belum lagi kalau tiba – tiba hujan lebat, jalanan penuh dengan air dan lokasi untuk lesehan pun harus ditiadakan. Kejadian commit to user 113 alam seperti hujan memang tidak dapat diduga, maka dari itu harus ada pemikiran mengenai kenyamanan pengunjung oleh pihak pengelola agar pengunjung tidak merasa kecewa. Karena prinsip kepuasan pelanggan dapat menjadikan suatu jasa akan diminati untuk didatangi kembali.

G. Manajemen Pengembangan Gladag Langen Bogan

1. Pengembangan Yang Telah Dilakukan Pemkot Surakarta 2008 – 2010

Walikota Surakarta membuat pemerintahan Kota Surakarta dengan gaya entrepreneur pengusaha . Apa yang dilakukan Joko Widodo tak lepas dari latar belakang dirinya yang pernah menjadi Dirut PT.Rakabu, sebuah perusahaan mebel ekspor. PT.Rakabu adalah sebuah perusahaan yang cikal bakalnya bermodal dari bawah. Dimulai dari 23 pekerja hingga sekarang mencapai ribuan. Tangan dingin Joko Widodo mengubah bisnis yang dimulai dari kelas perajin menjadi kelas usaha berskala internasional. Pengalaman tersebut rupanya yang diterapkan Walikota Surakarta tersebut untuk menjual Kota Surakarta. Joko Widodo melakukan pembenahan mulai dari sektor bisnis ritel kelas kaki lima sampai dengan tingkatan ruko, supermarket hingga mal. Terlihat berbeda yang dilakukan Pemkot Surakarta pada masa – masa sebelumnya. Suara Merdeka , 26 April 2008 , Artikel “Walikota Dengan Gaya Entrepreneur” Pengembangan yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta untuk sektor pariwisata juga lebih gencar dilakukan, melihat potensi Kota Surakarta yang memiliki dua istana dan berbagai obyek wisata budaya, sejarah dan kuliner.