MANAJEMEN PENGEMBANGAN WISATA KULINER DI GLADAG LANGEN BOGAN SURAKARTA

(1)

commit to user

i

MANAJEMEN PENGEMBANGAN WISATA KULINER

DI GLADAG LANGEN BOGAN

SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Jurusan Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra Dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

YOLANDA INTAN PERMATA C9408003

DIII USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2011


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama :Yolanda Intan Permata NIM : C9408003

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir judul “ Manajemen

Pengembangan Wisata Kuliner Di Gladag Langen Bogan Surakarta” adalah

benar – benar karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam tugas akhir tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tugas akhir dan gelar yang saya peroleh dari tugas akhir tersebut.

Surakarta, 17 Juni 2011 Yang membuat perrnyataan,


(5)

commit to user

v MOTTO


(6)

commit to user

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :

Kedua orangtua dan kekasih, yang telah memberikan dukungan dan semangat serta doa yang tulus dalam penulisan laporan ini.


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya tugas akhir ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam tugass akhir ini penulis membahas “ Manajemen Pengembangan Wisata Kuliner di Gladag Langen Bogan ”, suatu permasalahan yang sedang dialami Kota Surakarta karena terjadi penurunan jumlah kunjungan dan seharusnya dilakukan pembenahan.

Tugas akhir ini dibuat dalam rangka memperdalam potensi dan pengembangan yang dilakukan Pemkot Surakarta dalam memperbaiki pengelolaan dan pemasaran Gladag Langen Bogan agar tetap bertahan eksistensinya sebagai ikon wisata kuliner di Kota Surakarta. Dalam proses pendalaman materi manajemen obyek ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam – dalamnya penulis sampaikan kepada:

1. Ayahanda Sudigdo dan Ibunda Titik Mulyani selaku orangtua yang sudah memberi dukungan moril dan materi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

beserta seluruh pembantu Rektor.

3. Bapak Drs.Riyadi Santosa,M,Ed,Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret serta seluruh karyawan.

4. Ibu Dra.Isnaini WW,M.Pd selaku ketua program DIII Usaha Perjalanan Wisata dan Bapak Drs.Suharyana,M.Pd selaku pembimbing tugas akhir yang selalu memberi arahan dan bimbingan dengan kesabaran serta dorongan semangat kepada penulis, sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh dosen pengampu Jurusan DIII Usaha Perjalanan Wisata yang sudah memberikan ilmu yang bermanfaat untuk penulis.


(8)

commit to user

viii

6. Bapak Drs. Budy Sartono,M.Si selaku Kabid Pelestarian, Promosi dan Kerjasama Disbudpar Kota Surakarta yang memberikan informasi mengenai promosi Pemkot Surakarta untuk Gladag Langen Bogan.

7. Bapak Eko Prajudhy Noor Ali,SE,MM selaku Kabid Perdagangan Disperindag Kota Surakarta yang memberikan informasi mengenai pengelolaan yang dilakukan Pemkot Surakarta untuk Gladag Langen Bogan. 8. Bapak Atmanto Setyo Budiono selaku Ketua Paguyuban Pedagang Galabo

yang memberikan informasi pengelolaan lapangan Gladag Langen Bogan. 9. Ibu Dewi Sri Lestari selaku pedagang bubur ayam di Gladag Langen Bogan. 10.Para pengunjung Gladag Langen Bogan yang telah bersedia mengisi

quisioner mengenai pendapat penguunjung di Gladag Langen Bogan.

11.Santika Adi Saputro yang telah membantu dalam proses menyelesaikan tugas akhir ini dan sabar menuntun penulis dalam setiap kesulitan.

12.Adik–adikku Erlando Angga Kusuma, Kevin Bayu Aji Kusuma, Tiara Nanda Permata dan tanteku Esty Wahyuningsih yang memberikan dukungan moril saat penulis menyelesaikan tugas akhir.

13.Seluruh sahabat – sahabatku Galuh Surya N, Arie Widya, Dika Arum Perwita, Arifa Mayasari, Mudrafanti Riastantik, Ika Ratna Susanti dan Sevi Andari yang dengan ikhlasnya membantu terlaksananya tugas akhir ini.

Semoga dengan segala budi baik yang telah mereka semua diberikan kepada penulis, penulis panjatkan do’a semoga Allah Swt senantiasa memberi Rahmat dan Hidayah-Nya kepada mereka. Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis harapkan adanya saran dan kritikan sebagai masukan untuk kesempurnaan karya ini.

Surakarta, 17 Juni 2011


(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kajian Pustaka ... 5

F. Metode Penelitian ... 18

G. Sistematika Laporan ... 21

BAB II PERAN PEMKOT TERHADAP PARIWISATA KOTA SURAKARTA A. Kepariwisataan Kota Surakarta ... 22

B. Obyek Dan Sarana Pariwisata Kota Surakarta ... 24


(10)

commit to user

x

D. Kelompok Kerja Pengembangan Pariwisata Kota

Surakarta ... 35

E. Strategi Pengembangan Pariwisata Kota Surakarta ... 36

BAB III WISATA KULINER KOTA SURAKARTA A. Ciri Khas Kuliner Kota Surakarta ... 50

B. Tempat Kuliner Di Kota Surakarta ... 51

BAB IV WISATA KULINER GLADAG LANGEN BOGAN A. Gambaran Umum Wisata Kuliner Di Gladag Langen Bogan ... 65

B. Karakteristik Pengunjung Di Gladag Langen Bogan ... 81

C. Segmentasi Pasar Untuk Gladag Langen Bogan ... 90

D. Manajemen Pengelolaan Gladag Langen Bogan ... 93

E. Manajemen Promosi Gladag Langen Bogan ... 95

F. Analisa SWOT ... 99

G. Manajemen Pengembangan Gladag Langen Bogan ... 113

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 119

B. Saran ... 122

Daftar Pustaka ... 124


(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Makanan timlo khas Rumah Makan Sastro ... 51

Gambar 2 : Makanan tengkleng di Rumah Makan Ibu Ediyem di gapuro Pasar Klewer ... 52

Gambar 3 : Gudeg Ceker Bu Kasno di Margoyudan ... 52

Gambar 4 : Srabi Notosuman merupakan srabi khas Kota Surakarta ... 53

Gamban 5 : Abon Varia berlokasi di Jl. Honggowongso no.89 Surakarta ... 53

Gambar 6 : Nasi liwet Wongso Lemu di Jl.Teuku Umar Surakarta ... 54

Gambar 7 : Soto Gading lebih terkenal dengan soto ayamnya ... 55

Gambar 8 : Penjual Cabuk Rambak ... 56

Gambar 9 : Penjual keliling Wedang Ronde ... 56

Gambar 10 : Wedang dongo adalah minuman khas dari keraton Surakarta ... 57

Gambar 11 : Bestik daging sapi di Harjo Bestik ... 57

Gambar 12 : Bebek goreng sambal korek Pak Slamet ... 58

Gambar 13 : Rumah makan Ayam Goreng Widuran ... 58

Gambar 14 : Sate Kambing Nonongan ... 59


(12)

commit to user

xii

Gambar 16 : Sajian sate kere dengan isi daging sapi, jeroan

dan tempe gembus ... 60

Gambar 17 : Suasana malam Gladag Langen Bogan ... 61

Gambar 18 : Suasana warung-warung di Keprabon ... 61

Gambar 19 : Suasana malam Kota Barat Surakarta ... 62


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Informan ... 126

Lampiran 2 : Lembar Quisioner yang dibagikan untuk pengunjung di Gladag Langen Bogan ... 127

Lampiran 3 : Surat Permohonan Observasi di Kesbanglinmas dan Bapeda Kota Surakarta ... 128

Lampiran 4 : Surat Ijin Penelitian di Disbudpar dan Disperindag Kota Surakarta ... 130

Lampiran 5 : Foto Suasana Jl. Mayor Sunaryo di siang dan menjelang malam ... 131

Lampiran 6 : Foto pengunjung Gladag Langen Bogan ... 132

Lampiran 7 : Foto keadaan Gladag Langen Bogan saat hujan ... 133

Lampiran 8 : Foto fasilitas yang disediakan untuk pengunjung di Gladag Langen Bogan ... 134

Lampiran 9 : Foto daftar pedagang di Gladag Langen Bogan ... 135

Lampiran 10 : Foto Pedagang dan Petugas Kebersihan ... 136

Lampiran 11 : Foto Fasilitas Mainan dan Stand Belanja Malam ... 137

Lampiran 12 : Peta Kota Surakarta ... 138


(14)

commit to user

xiv ABSTRAK

Yolanda Intan Permata, C9408003, 2011, Manajemen Pengembangan

Wisata Kuliner Di Gladag Langen Bogan Surakarta, Progam Diploma III

Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Alasan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, serta ingin mengetahui keanekaragaman makanan khas Kota Surakarta dan khususnya wisata kuliner yang berada di Gladag Langen Bogan.

Metode penelitian yang digunakan adalah tehnik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumen, pustaka dan dengan sumber data tersebut dapat diketahui hal – hal mengenai Kota Surakarta dan pariwisatanya, tempat makan khas Kota Surakarta, wisata kuliner Gladag Langen Bogan, peran Pemkot Surakarta terhadap wisata kuliner Gladag Langen Bogan, pengelolaan dan promosi wisata kuliner Gladag Langen Bogan, dan pengembangan yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta untuk wisata kuliner Gladag Langen Bogan.

Hasil dari penelitian ini adalah wisata kuliner Gladag Langen Bogan merupakan ikon kuliner Kota Surakarta yang berpotensi sebagai branding Kota Surakarta sebagai kota wisata. Melihat segala permasalahan yang terjadi mengenai pengelolaan Gladag Langen Bogan, sangat disayangkan jika Gladag Langen Bogan tidak dipertahankan eksistensinya. Oleh karena itu diperlukan peran Pemkot Surakarta untuk membenahi dan kemudian mengembangkan Gladag Langen Bogan agar tetap bertahan keberadaannya.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah selain perhatian pemerintahan terhadap pengelolaan dan promosi Gladag Langen Bogan secara sistematis, perlu diperhatikan ulang pengembangan yang mengarahkan ke pengawasan dan kebijaksanaan negara tanpa menghambat pemikiran pengelola swasta, jika dilihat pentingnya pariwisata dari sudut pandangan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Sehingga perkembangan wisata kuliner Gladag Langen Bogan kedepannya dapat dirasakan bersama stakeholder didalamnya.


(15)

commit to user

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan Solo (selanjutnya disebut Kota Surakarta), merupakan sebuah kota yang menjadi jantung budaya Jawa di Jawa Tengah. Sosok keraton yang menjadi simbol budaya Jawa, sampai saat ini masih kokoh eksistensinya baik secara fisik, komunitas maupun ritualnya. Kota dengan luas 44 km2 ini berbatasan dengan kabupaten Karanganyar dan kabupaten Boyolali di sebelah utara, kabupaten Karanganyar dan kabupaten Sukoharjo disebelah timur dan barat, dan kabupaten Sukoharjo disebelah selatan. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan Yogyakarta, Surakarta merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang pecah pada tahun 1755.

Kota Surakarta terkenal akan pariwisata yang berkaitan dengan sejarah, budaya serta ritual keraton. Selain wisata budaya, terdapat pula beberapa tempat dan event-event kebudayaan lain yang menarik untuk dinikmati. Dibuktikan dengan Kota Surakarta meraih penghargaan The Best Destination Of Tourism Award Indonesia 2009. Dengan meraih penghargaan itu, Pemkot Surakarta mencoba memperbaiki kekurangan yang ada dibeberapa obyek wisata dan membuat destinasi pariwisata baru. Salah satu destinasi pariwisata yang sedang diminati kalangan wisatawan selain budaya dan obyek yang sekarang sedang


(16)

commit to user

dikembangkan di Kota Surakarta adalah wisata kuliner, terbukti banyak stasiun TV swasta di Indonesia menjadikan kuliner Kota Surakarta patut untuk dicoba.

Wisata kuliner yang merupakan salah satu pengembangan wisata minat khusus yang mengutamakan berwisata untuk menikmati makanan dan minuman dengan tujuan bersenang senang. Di Indonesia pun sekarang ini sudah tersebar berbagai wisata kuliner. Namun wisata kuliner yang ditempatkan di dalam satu area unik dengan menyajikan berbagai macam menu dari pedagang – pedagang memang belum banyak di Indonesia sehingga Galabo memang perlu dikunjungi.

Semua tempat kuliner khas Kota Surakarta yang tersebar disemua penjuru Kota Surakarta digabungkan di satu tempat yang dinamakan Gladag Langen Bogan atau yang lebih dikenal Galabo. Kini pengunjung kuliner dapat dengan mudah menikmati kelezatan kuliner Kota Surakarta dengan hanya mengunjungi satu kawasan. Beragam makanan khas dan minuman khas dijajakan di Galabo dengan penataan tempat yang unik dan sangat menarik karena berlokasi di jalan raya yang siang hari digunakan untuk lalu lintas dan malam hari ditutup untuk area kuliner. Terbukti 1000 – 1500 pengunjung lokal maupun luar daerah selalu menyempatkan berkunjung ditempat ini dan banyak pula pengunjung mancanegara yang berkunjung. Belum lagi disaat akhir pekan dan hari libur, lebih dari 2000 orang datang ke tempat ini, menambah geliat kehidupan malam yang unik. Kota Surakarta telah membuktikan bahwa industri pariwisatanya patut menjadi contoh kota-kota di Indonesia yang sedang berkembang.

Peresmian Gladag Langen Bogan dilakukan oleh Menteri Perdagangan RI Marie Elka Pangestu pada Minggu malam 13 April 2008, sebagai rangkaian dari


(17)

commit to user

acara Solo Batik Carnival. Gladag Langen Bogan adalah arena kuliner yang hanya buka pada malam hari, berlokasi di sebelah timur bundaran Gladag tepatnya di Jl. Mayor Sunaryo depan Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo. Sebelah utara berbatasan dengan situs bersejarah Benteng Vastenburg. Dengan lokasi yang strategis dan mudah dijangkau, Galabo sangat ramai dikunjungi penikmat kuliner.

Di Galabo terdapat 37 stan dari berbagai pedagang makanan, baik yang makanan bernuansa tradisional maupun modern. Galabo merupakan satu-satunya tempat wisata yang sengaja dibangun dan khusus diperuntukan untuk menyajikan suguhan kuliner khas Kota Surakarta dengan suasana berbeda dengan tempat makan lainn karena dibuka pada malam hari dan dengan menutup akses jalan utama Jl.Mayor Sunaryo. Penulis sangat ingin mengetahui mengenai potensi dan pengembangan Galabo terutama dalam hal pengelolaan, pembangunan dan pembenahan Galabo. Oleh karena itu penulis mengangkat judul “ Manajemen

Pengembangan Wisata Kuliner di Gladag Langen Bogan Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dimaksudkan sebagai usaha guna memfokuskan penelitian yang akan dilakukan hingga mendapatkan hasil yang maksimal. Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan yaitu:

1. Bagaimana latar belakang wisata kuliner Gladag Langen Bogan? 2. Bagaimana potensi wisata kuliner Gladag Langen Bogan?


(18)

commit to user

3. Bagaimana persepsi pengunjung mengenai wisata kuliner Gladag Langen Bogan?

4. Bagaimana pengembangan wisata kuliner Gladag Langen Bogan?

C. Tujuan Penelitian

Sejauh mana penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau menjadi tujuan penelitian. Dengan kata lain tujuan penelitian adalah untuk memperjelas dan menghindari terjadinya kesimpangsiuran. Tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk memberi gambaran yang lebih luas mengenai destinasi pariwisata baru di Kota Surakarta berupa wisata kuliner Gladag Langen Bogan.

2. Untuk mengetahui keunggulan yang dimiliki wisata kuliner di Gladag Langen Bogan.

3. Untuk mengetahui dan mempelajari karakteristik pengunjung di Gladag Langen Bogan.

4. Untuk mengetahui manajemen pengelolaan, pemasaran dan pengembangan Gladag Langen Bogan.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :


(19)

commit to user

1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan khusus dalam Manajemen Obyek dan Atraksi Wisata.

2. Sebagai masukan bagi Pemkot Surakarta dan pihak pengelola Gladag Langen Bogan yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dalam mengelola, memasarkan dan mengembangkan Gladag Langen Bogan.

E. Kajian Pustaka

1. Kepariwisataan

a. Pengertian Kepariwisataan

Kepariwisataan adalah keseluruhan daripada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendalaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendalaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu. (Oka A Yoeti, 1987 : 106)

Seorang ahli ekonomi bangsa Austria, Herman V. Schulalard, di tahun 1910 telah memberikan batasan dibidang pariwisata yaitu “kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendalaman dan bergeraknya


(20)

commit to user

orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara.” (Oka A Yoeti, 1987 : 105).

Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi dan promosi. ( Oka A Yoeti, 1997:194).

b. Pengertian Pariwisata

Menurut Oka A. Yoeti tahun 1987 dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata" menyebutkan :

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dlkunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.( Oka A Yoeti,1987:34)

Menurut Saleh Wahab (bangsa Mesir) dalam bukunya yang berjudul "An Introduction of Tourism Theory" (Oka A Yoeti, 1987 : 106) mengemukakan bahwa parwisata itu adalah suatu akilfitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapatkan pelayanan secara bergantian diantara orang dalam suatu negara itu sendiri maupun diluar negeri, meliputi pendalaman orang-orang dan daerah lain untuk sementara waktu


(21)

commit to user

dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialamnya di tempat memperoleh pekerjaan tetap.

Menurut A.J. Burkart, pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.(Hunziger, Krapf, 1999:14)

Menurut Hunziger dan Krapf dari Swiss dalam buku “Grundriss Der Allgemeinen Femderverkehrslehre”, menyatakan pariwisata adalah keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat dengan syarat orang tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan yang penting (Major Activity) yang memberi keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara. (Hunziger, Krapf, 1999:23)

Pariwisata dalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.( Oka A Yoeti,1987:116 ).

c. Pengertian Wisata

Didasarkan pada ketentuan WATA (World Association of Travel Agent), wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya


(22)

commit to user

antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri. (Soetomo,1994:25).

d. Pengertian Wisatawan

Wisatawan adalah setiap orang yang datang disebuah Negara karena alasan yang sah kecuali untuk berimigrasi dan yang tinggal setidak-tidaknya 24 Jam dan selama-lamanya 6 Bulan dalam tahun yang sama. (Soetomo,1994:26).

Dalam pengertian ini wisatawan dibedakan berdasarkan waktu dan tujuan yang disebut wisatawan adalah orang-orang yang berkunjung setidaknya 24 dan yang datang berdasarakan motivasi mengisi waktu senggang seperti bersenang, berlibur, untuk kesehatan, studi, keperluan agama, dan olahraga, serta bisnis, keluarga, peurtusan, dan pertemuan-pertemuan. (Soetomo,1994:27).

Ekskurionis adalah pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjungi tanpa bermalam. Pengertian ini paling banyak digunakan karena pembedanya tegas sehingga mudah dipahami antara pengunjung yang bisa disebut wisatawan, dan pengunjung yang hanya ekskurisionis saja.(Soetomo,1994:27).


(23)

commit to user

Pengertian wisata minat khusus menurut Hall & Weiler adalah sebagai berikut :

Suatu bentuk perjalanan wisata dimana wisatawan mengunjungi suatu tempat, karena memiliki minat atau tujuan khusus mengenai sesuatu jenis obyek atau kegiatan yang dapat ditemui atau dilakukan di lokasi daerah tujuan wisata / tempat yang menarik dari aspek lingkungan fisik, sosial dan budayanya. Wisata aktif, dimana wisatawan terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan di lingkungan fisik (termasuk aspek fenomena kebumian/geologi) atau lingkungan komunitas/sosial budaya yang dikunjunginya.( Hall,Weiler,1982:132)

Usaha daya tarik wisata minat khusus antara lain :

a. Wisata Olahraga b. Wisata Kuliner c. Wisata Religius d. Agrowisata e. Wisata Goa f. Wisata Belanja g. Ekowisata

h. Wisata Kesehatan


(24)

commit to user

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata .( Oka A Yoeti, 1987 : 107)

Kuliner adalah hasil olahan berupa masakan. Masakan tersebut berupa lauk pauk, makanan dan minuman. Setiap daerah memiliki citarasa makanan tersendiri, maka dari itu setiap daerah memiliki tradisi kuliner yang berbeda. Kemasan kreatif untuk kuliner adalah tantangan yang sangat menarik. Apalagi Indonesia sangat kaya dengan resep kuliner khas yang secara turun temurun diwariskan dalam setiap keluarga. Setiap daerah juga memiliki nama masakan yang berbeda. Sehingga wisata kuliner dapat diartikan sebagai jenis wisata minat khusus yang menitik beratkan pada kegiatan perjalanan untuk menikmati kuliner atau makanan sehingga mendapatkan kepuasan.(www.abiyanto.com)

Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan sehari-hari. Kuliner merupakan sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Karena setiap orang memerlukan makanan yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang sederhana hingga makanan yang berkelas tinggi dan mewah. Semua itu, membutuhkan pengolahan yang serba enak.(Juwana,2009:67).

Kuliner adalah salah satu subjek pembicaraan yang selalu hangat dan menarik di kalangan manapun. Bahkan, di mana-mana saat ini bisnis kuliner semakin menjamur mengikuti permintaan pasar yang sangat antusias. Ada yang menyajikan menu makanan tradisional daerah, ada pula yang memilih Chinese food, European food, bahkan tak jarang ada yang menyajikan aneka snack dan


(25)

commit to user

jajanan ringan atau malah minuman dan segala macam es. (Bondan Winarno,2003:15)

4. Manajemen Obyek dan Atraksi Wisata

a. Pengertian Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang pasti dan diterima secara universal. Fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6 M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets.( www.wikipedia.com ).

Manajemen pengetahuan (knowledge management) adalah suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh organisasi atau perusahaan untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam organisasi. Kegiatan ini biasanya terkait dengan objektif organisasi dan ditujukan untuk mencapai suatu hasil tertentu seperti pengetahuan bersama, peningkatan kinerja, keunggulan kompetitif, atau tingkat inovasi yang lebih tinggi.(www.wikipedia.com)


(26)

commit to user

Pariwisata merupakan sektor yang dapat diandalkan diberbagai daerah di Indonesia. Namun, pengembangannya masih belum optimal maka dibutuhkan suatu perencanaan agar terciptanya pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Perencanaan pariwisata itu sendiri membutuhkan suatu konsep pengelolaan untuk meningkatkan potensi pariwisata dengan mengoptimalkan accommodation, attraction, amenities, accessiibilty, dan activities. Akan tetapi, banyak kendala dan permasalahan dalam proses pengelolaan pariwisata sehingga pariwisata menjadi sektor yang tidak berkembang. Untuk itu, sebagai pengeloola harus dapat melihat lebih dalam tidak hanya dengan mengidentifikasi secara umum melainkan secara komprehensif serta melibatkan masyarakat agar berpatisipasi dalam pembangunan pariwisata. (Soekadijo,2000:217)

Selain itu, dalam pengelolaan dibutuhkan pengusahaan obyek dan daya tarik wisata. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola objek dan daya tarik wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola objek dan daya tarik wisata yang telah ada. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam:

1) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam. 2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya.

3) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus. (Soekadijo,2000:217)


(27)

commit to user

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan ke sasaran yang dikehendaki . Pengembangan adalah suatu usaha menuju ke arah yang lebih baik yang berarti ada perubahan dan pertumbuhan. Perubahan itu bisa dalam arti kualitas dan kuantitas. Perencanaan pengembangan pariwisata adalah suatu usaha untuk menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam upaya meningkatkan pariwisata sebagai sumber devisa bagi negara, sehingga pengembangan pariwisata benar-benar terarah dan dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya (Marpaung, 2002:89).

Pelaksanaan semua fungsi manajemen harus diawali dengan perencanaan. Menurut Kadarman (1996) mengatakan bahwa “perencanaan sebagai suatu proses menentukan sasaran yang ingin dicapai, tindakan yang seharusnya dilaksanakan, bentuk organisasi yang tepat untuk mencapainya dan sumber daya manusia yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.” (Kadarman,1996:98)

Dengan kata lain perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi diwaktu yang akan datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat. Dalam perencanaan dibutuhkan tujuan, strategi, dan faktor penunjang untuk mengetahui pencapaian.(Kadarman,1996:98)


(28)

commit to user 1) Tujuan Perencanaan

Menurut M. Karebet Widjayakusuma dan M. Ismail Yusanto (2002) Fungsi perencanaan memiliki 4 tujuan penting yaitu :

a) Mengurangi atau mengimbangi ketidakpastian dan perubahan-perubahan di masa mendatang.

b) Memusatkan perhatian pada pencapaian sasaran.

c) Memastikan proses pencapaian tujuan dapat terlaksana secara efisien dan efektif.

d) Memudahkan pengawasan (Kadarman,1996:99)

2) Strategi Perencanaan

Dalam sebuah pengelolaan pariwisata dibutuhkan sebuah strategi perencanaan untuk memanage sebuah tindakan awal dalam proses pengelolaan obyek dan atraksi wisata. Walaupun perencanaan merupakan tindakan awal dalam suatu manajemen, tetapi perlu dekatahui tahap-tahap yang harus dilaksanakan dalam membuat suatu perencanaan. Semua tahap perencanaan pada dasarnya dilihat melalui empat tahap (Kadarman,1996:99), antara lain :

a) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan

Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan-keinginan atau yang jelas maka organisasi tidak akan


(29)

commit to user

dapat menggunakan sumber-sumber daya yang dimiliki secara efektif.

b) Merumuskan keadaan saat ini

Dengan menganalisa keadaan organisasi saat ini rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan yang lebih lanjut. Dalam tahap ini diperlukan informasi-informasi terutama mengenai keuangan dan data statistik yang didapatkan dari organisasi.

c) Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan

Setiap kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasi untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal yang dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuannya atau yang mungkin dapat menimbulkan masalah.

d) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan

Dalam tahap ini perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan dan alternatif yang dipilih adalah yang terbaik dan yang paling memuaskan diantara alternatif yang ada.


(30)

commit to user

Pengembangan atau pembangunan pariwisata telah terbukti mampu memberi dampak positif dengan adanya perubahan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Secara ekonomi pariwisata memberi dampak dalam perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja, peningkatan income per kapita dan peningkatan devisa negara. Dalam bidang kehidupan sosial terjadi interaksi sosial budaya antara pendatang dan penduduk setempat sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam way of life masyarakat serta terjadinya integrasi sosial. (Kadarman,1996:99-100)

3) Faktor Penunjang

Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik. Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata.

Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam (Oka A Yoeti,1987:181). Prasarana tersebut antara lain :


(31)

commit to user

a) Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal.

b) Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

c) Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televise, kantor pos.

d) Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.

e) Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.

f) Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata.

g) Pom bensin

h) Dan lain-lain. (Oka A Yoeti, 1987:183)

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Oka A Yoeti, 1987:184). Sarana kepariwisataan tersebut adalah :

a) Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.

b) Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus-busyang melayani khusus pariwisata saja.


(32)

commit to user

c) Rumah makan, restoran, depot atau warung-warung yang berada di sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut.

d) Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang kebanyakan mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas obyek tersebut.

e) Dan lain-lain. (Oka A Yoeti, 1987:185-186).

Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menarik banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

F. Metode Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data penulis menggunakan beberapa cara dalam pengumpulan data, adapun cara tersebut sebagai berikut :


(33)

commit to user

Pengamatan secara langsung atau survei di Gladag Langen Bogan guna mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana obyek sekaligus mencari informasi tentang latar belakang obyek tersebut. Observasi secara langsung dengan mengunjungi Gladag Langen Bogan untuk melihat keadaan sekarang, melihat fasilitas yang disediakan, menilai pelayanan pedagang di Gladag Langen Bogan, dan melihat peran Paguyuban Pedagang Galabo.

b. Wawancara

Suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung dengan pihak terkait dalam pembahasan masalah yang bersangkutan. Dalam hal ini informasi dari wawancara yang didapat dari Arman selaku masyarakat setempat dan Dewi selaku pedagang Bubur Ayam di Galabo selama satu kali , Budy Sartono selaku Kabid Pelestarian, Promosi dan Kerjasama Disbudpar Kota Surakarta dan Eko Prajudhy Noor Ali selaku Kabid Perdagangan Disperindag Kota Surakarta selama tiga kali serta Atmanto Setyo Budiono selaku Ketua Paguyuban Pedagang Galabo selama satu kali.

c. Studi Dokumen

Pengumpulan data dengan cara studi dokumen sebagai bahan untuk memperjelas penulisan. Studi dokumen dilakukan dengan menyebarkan quisioner kepada pengunjung mengenai pendapat berkunjung ke Galabo untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap hidangan, kepuasan


(34)

commit to user

pengunjung terhadap kenyamanan dan keamanan, dan keinginan pengunjung terhadap perkembangan Galabo. Studi dokumen dengan acuan data dari Dinas Perdagangan Kota Surakarta yaitu arsip Data Pedagang Dan Menu di Galabo Per Januari 2011. Arsip dari Disbudpar Kota Surakarta yaitu arsip Inventaris Data Wisata Budaya Kota Surakarta tahun 2011, Inventaris Data Wisata Belanja di Kota Surakarta tahun 2011, Inventaris Data Wisata Sejarah Kota Surakarta tahun 2011, Inventaris Data Wisata Pendidikan Kota Surakarta tahun 2011, Inventaris Data Tempat Kuliner Khas Kota Surakarta tahun 2011, Inventaris Data BPW/APW di Kota Surakarta Tahun 2011, Data Hotel Bintang dan Melati di Kota Surakarta tahun 2011, dan Data Inventaris Usaha Restoran di Kota Surakarta tahun 2011.

d. Studi Pustaka

Studi Pustaka merupakan pendukung dari beberapa hasil-hasil pengumpulan data sebagai acuan suatu pokok bahasan dengan menunjukkan bahan-bahan yang akan dikaji dalam penelitian baik dari segi instansi terkait melalui buku-buku diperpustakaan Lab Tour di Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta untuk mendapatkan informasi secara lengkap.

2. Tehnik Analisis

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisa interaktif. Model interaktif ini terdiri dari tiga komponen analisis yaitu


(35)

commit to user

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dalam metode ini penulis mengaitkan data-data yang berupa observasi, wawancara, quisioner dan referensi dari buku-buku pariwisata utuk memperoleh gambaran ataupun menguatkan gambaran yang sudah ada.

G. Sistematika Laporan

Penulisan laporan tugas akhir ini disusun dalam lima bab, yang secara garis besar diuraikan sebagai berikut :

BAB I merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

BAB II merupakan gambaran peran Pemkot Surakarta terhadap pariwisata Kota Surakarta.

BAB II merupakan tinjauan mengenai berbagai tempat kuliner khas di Kota Surakarta.

BAB IV mendeskripsikan potensi, pengelolaan, promosi dan pengembangan wisata kuliner Gladag Langen Bogan.


(36)

commit to user

BAB II

PERAN PEMKOT TERHADAP PARIWISATA

KOTA SURAKARTA

A. Kepariwisataan Kota Surakarta

Predikat Kota Surakarta sebagai kota budaya, memang tidak akan pernah pudar karena memiliki Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran yang menjadi jantung budaya dan tradisi jawa di Jawa Tengah. Perjalanan sejarah Kota Surakarta sangat dipengaruhi oleh budaya dari kedua keraton dan budaya sebagai kota dagang. Surakarta juga terkenal sebagai kota dagang dengan salah satunya ditandai perkembangan Pasar Gedhe, pasar tradisional yang terkenal di Kota Surakarta. Berbagai bangunan dan situs bersejarah khususnya Keraton Kasunanan, Pura Mangkunegaran, Benteng Vastenburg dan Pasar Gedhe adalah saksi hidup sejarah kota yang membentuk warisan budaya benda Kota Surakarta.

Kota Surakarta dengan beraneka ragam warisan budayanya mampu mendorong upaya pelestarian atas seluruh adat istiadat dan tradisi jawa. Dengan banyaknya warisan budaya bukan beban kultural, melainkan sumber inspirasi lahirnya karya-karya baru sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Keris, batik, gamelan, maupun wayang adalah contoh karya yang dibuat oleh leluhur dengan mengedepankan proses panjang. Semua karya tersebut dapat dijadikan sebuah identitas pariwisata Kota Surakarta yang berbudaya.


(37)

commit to user

Pada Oktober 2008, di Kota Surakarta diadakan acara bergengsi wisata yaitu World Heritage Cities Conference and Expo yang merupakan pengakuan dunia terhadap nilai historis dan kultural Kota Surakarta dan momentum bagi masyarakat tentang pentingnya kelestarian kawasan budaya sebagai identitas kota. Sekarang Kota Surakarta menjadi kota modern, konsekuensi logis dari perubahan pembangunan kota. Masalah utama yang dihadapi adalah menjaga identitas kota, pembangunan kota modern tidak berarti merusak kawasan budaya atau mengalih fungsikan situs budaya menjadi kegiatan yang tidak relevan dengan fungsinya tetapi lebih pada mengembangkan budaya agar dapat diterima di era modern.

Surakarta juga adalah salah satu dari sejumlah kota di Indonesia yang dibangun berdasarkan konsep penataan kota pariwisata modern. Railway dan transportasi khusus wisata, berbagai taman kota, kota satelit, apartement, hotel, wisata kuliner, bandara yang menghubungkan perjalanan internasional adalah sebagian dari elemen urban modern Kota Surakarta. Kota Surakarta mulai melebarkan sayap di pariwisata dengan diadakannya beberapa event besar bertema budaya dan yaitu mulai dari Solo Batik Carnival, Solo International Ethnic Music, Solo International Performing Art, Boyong Kedaton, dan juga event pariwisata seperti Bengawan Travel Mart dan World Heritage Cities. Bahkan di tahun 2011, Kota Surakarta membuat Calendar of Cultural Event Solo 2011 yang berisi tentang acara – acara kebudayaan yang akan berlangsung selama tahun 2011 di Kota Surakarta. Penyusunan agenda tahunan ini berdasarkan tanggal dan bulan dalam satu tahun sehingga memudahkan wisatawan untuk menyesuaikan dengan waktu liburan yang dimiliki selama satu tahun nanti disertai juga dengan peta Kota Surakarta. Ini membuktikan pariwisata Kota Surakarta


(38)

commit to user

sudah siap bersaing dengan pariwisata kota lainnya. (Arswendo Atmowiloto,2008:39-40).

B. Obyek Dan Sarana Pariwisata Kota Surakarta

1. Obyek Wisata Di Kota Surakarta

Kota Surakarta memiliki banyak obyek wisata yang dapat dikunjungi baik dari segi budaya, pendidikan, sejarah, belanja ataupun kuliner. Beberapa obyek wisata di Kota Surakarta terdiri dari spesifikasi wisata budaya, wisata pendidikan, wisata sejarah, wisata belanja, dan wisata kuliner. Wisata budaya yang dapat dikunjungi di Kota Surakarta Wayang Orang Sriwedari, Ketoprak , Kirap Pusaka 1 Suro, Grebeg Sudiro, Grebeg Mulud, Solo Batik Carnival. Semua wisata budaya yang dapat dijumpai di Kota Surakarta tersebut dipelihara dan dijaga oleh masyarakat sebagai warisan budaya yang dimiliki Kota Surakarta. ( Arsip Disbudpar Kota Surakarta: Inventaris Data Wisata Budaya Kota Surakarta tahun 2011 ).

Wisata pendidikan yang dapat dikunjungi di Kota Surakarta ada tujuh yaitu Museum Radya Pustaka, Outbond di Taman Balekambang, Museum Puro Mangkunegaran, Museum Kasunanan, Balai Agung, Monumen Pers, Taman Satwa Taru Jurug. ( Arsip Disbudpar Kota Surakarta: Inventaris Data Wisata Pendidikan Kota Surakarta tahun 2011 ). Wisata sejarah di Kota Surakarta ada enam yaitu Keraton Kasunanan, Puro Mangkunegaran, Masjid Agung, Masjid Al Wustho Mangkunegaran, Pasar Gedhe dan Sepur Klutuk Jaladara. (Arsip


(39)

commit to user

Disbudpar Kota Surakarta: Inventaris Data Wisata Sejarah Kota Surakarta tahun 2011 ). Kota Surakarta memang dikenal dengan kota budaya dan sejarahnya, adanya dua kerajaan di Kota Surakarta menjadikan pusat kebudayaan Jawa Tengah bertumpu di Kota Surakarta.

Wisata belanja yang dapat dikunjungi di Kota Surakarta ada sebelas, yang paling terkenal untuk dikunjungi saat berwisata ke Kota Surakarta adalah Pasar Klewer, Pasar Antik Triwindu, Kampung Batik Kauman, Kampung Batik Laweyan, Ngarsopuro Night Market, Batik Danarhadi, Batik Keris, Javenir, Pusat Grosir Solo, Solo Grand Mall, dan Solo Square. ( Arsip Disbudpar Kota Surakarta: Inventaris Data Wisata Belanja di Kota Surakarta tahun 2011 ). Wisata Kuliner di Kota Surakarta dalam satu area terdapat di Gladag Langen Bogan, daerah Kota Barat, daerah Keprabon, disekitar Stadion Manahan, Pujasera dan berbagai makanan khas Kota Surakarta yang tersebar diseluruh kota Surakarta. ( Observasi:Kuliner di Kota Surakarta,19 Juni 2011).

2. Sarana Kepariwisataan Kota Surakarta

Sarana kepariwisataan (tourism infrastruktur) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar prasarana pariwisata dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Sarana pariwisata juga merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.(Gamal Suwantoro,2004:22). Ada tiga sarana kepariwisataan yaitu sarana pokok, sarana pelengkap dan sarana penunjang kepariwisataan.


(40)

commit to user

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan hidupnya tergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata termasuk didalam kelompok ini: travel agent dan tour operator, perusahaan angkutan wisata, hotel dan jenis akomodasi lainnya, restaurant, serta rumah makan lainnya, obyek wisata dan atraksi wisata lainnya. ( Oka A. Yoeti,1996:198).

Terdapat 31 Travel Agent dan Tour Operator yang berdiri di Kota Surakarta. Travel Agent dan Tour Operator bertugas memberikan informasi mengenai pariwisata di Kota Surakarta dan melayani kebutuhan wisatawan dalam hal pemesanan tiket, booking kamar hotel, rent car, dsb. Tourism Information Centre Kota Surakarta, terdapat di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, Bandara Adi Sumarmo dan Mandira Tour & Travel. Travel Agent di Kota Surakarta ada 30 agent, yang paling besar adalah Sahid Gema Wisata Tours & Travel, Electra Duta Wisata Tours & Travel, Rosalia Indah Tour & Travel, Nusantara Tour dan Rosalia Indah . (Arsip Disbudpar Kota Surakarta: Inventaris Data BPW/APW di Kota Surakarta Tahun 2011).

Terdapat 91 hotel di Kota Surakarta mulai dari bintang 5 sampai melati, Hotel berbintang 5 di Kota Surakarta adalah Sahid Jaya Hotel, Lor In Resort & Spa, Sahid Kusuma Herritage Hotel. Hotel berbintang 4 adalah Best Western Premier Hotel, Novotel, Sunan Hotel, sedangkan hotel berbintang 3 di Kota Surakarta adalah Ibis, Agas International, Dana dan Grand Orchid Hotel. ( Arsip Disbudpar Kota Surakarta: Data Hotel Bintang dan Melati di Kota Surakarta tahun 2011 ).


(41)

commit to user

Angkutan Wisata di Kota Surakarta adalah Bus Tingkat Wisata Werkudara, Kereta Kencana dan Sepur Klutuk Jaladara. Ketiga transportasi khusus wisata tersebut merupakan sarana pokok pariwisata yang sekaligus sebagai tujuan wisatawan mengunjungi Kota Surakarta dan meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan karena keunikan dari masing-masing transportasi. (Wawancara : Budi Sartono Kabid Pelestarian, Promosi dan Kerjasama Disbudpar Kota Surakarta, 5 April 2011). Restoran di Kota Surakarta ada Diamond Cafe, Orient Restaurant, Bale Padi, Lalaah Restaurant, Boga Bugi, Layar resto, Che Es Resto, Atria Restocafe, Atria Restocafe, Bandar Resto & Lounge, dsb. ( Arsip Disbudpar Kota Surakarta: Data Inventaris Usaha Restoran di Kota Surakarta tahun 2011 )

Sarana pelengkap kepariwisataan yaitu perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata. Termasuk dalam kelompok ini adalah sarana olah raga seperti lapangan tenis, lapangan golf, kolam renang, permainan bowling, berselancar, berlayar dan lainnya. ( Oka A. Yoeti,1996:198). Di Kota Surakarta memiliki sarana olahraga permainan bowling dan kolam renang, salah satu tempat permainan bowling di Kota Surakarta adalah Bengawan Bowling Center. Kolam renang di Kota Surakarta yang dibuka untuk umum adalah Kolam Renang Tirta Manahan, di Hotel Sahid Jaya, Hotel Ibis, Novotel, Lor In Spa & Resort, Hotel Sunan, hotel Agas, Pandawa Water World. (Observasi: Sarana Pariwisata Kota Surakarta,6 Mei 20110)


(42)

commit to user

Sarana Penunjang Kepariwisataan, yaitu perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok serta berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar wisatawan dapat mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjungi. Termasuk kedalam kelompok ini adalah night club, steambath, casino, spa, dan lainnya.( Oka A. Yoeti,1996:199).

Spa dan Perawatan Kecantikan di Kota Surakarta adalah Taman Sari Royal Herritage Spa, Larissa Aestetic Center, Natasha Skin Care, Lor In Spa, Srikandi Javanese Spa Novotel, Ayudi Fitnes & Spa. (Observasi: Sarana Pariwisata Kota Surakarta,6 Mei 20110). Night Club di Kota Surakarta adalah Halai International Executive Club, Musro, Pipa’s Bar, Cafe Bola. (Observasi: Sarana Pariwisata Kota Surakarta,6 Mei 20110)

3. Transportasi

Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi sosial demografis wilayah memiliki pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah tersebut. Tingkat kepadatan penduduk akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan transportasi melayani kebutuhan masyarakat. Di perkotaan, kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi karena tingkat kelahiran maupun urbanisasi. Tingkat urbanisasi berimplikasi pada semakin padatnya penduduk yang secara langsung maupun tidak langsung mengurangi daya saing dari transportasi wilayah. (Abbas Salim,2006:35).


(43)

commit to user

Transportasi yang mendukung juga dapat meningkatkan minat kunjungan wisatawan. Peningkatan jumlah wisatawan juga mengartikan banyak hal seperti keramaian dijalan, peningkatan polusi (suara dan udara), banyak sampah, dan tidak cukupnya infrastruktur yang menimbulkan dampak pada lingkungan dan marga satwa. Menurut Page dan Lumsdon (2004) mengenai transportasi wisata “sistem transportasi dari suatu destinasi dapat mempengaruhi pengalaman berwisata yang menjelaskan bagaimana orang-orang melakukan perjalanan dan mengapa mereka memilih bentuk yang berbeda dari liburan, destinasi dan transportasi”. (Dinasti Sitepu,2005:76). Transportasi secara eksplisit menunjukkan bahwa dalam sistem transportasi terdapat tiga komponen utama yaitu manusia, kendaraan dan jalan. Satu komponen lain yang berpengaruh terhadap sistem transportasi adalah lingkungan (environment). (Abbas Salim,2006:34).

Kebanyakan pelaku dan pengamat pariwisata berkeyakinan bahwa yang paling menentukan kesuksesan sebagai sebuah destinasi wisata adalah aksesibilitas. Tanpa akses, sebagai destinasi wisata tidak akan dapat berkembang karena kemudahan akses memfasilitasi kedatangan wisatawan. Aksesibilitas suatu obyek wisata merupakan faktor dominan dan sangat mempengaruhi mutu dari obyek wisata tersebut. Aksesibilitas terhadap pelayananwisata meliputi akses geografis, akses ekonomi, akses sosial atau budaya, dan akses bahasa.

Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke dan selama di daerah tujuan wisata mulai dari darat, laut, sampai udara. Akses ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga mutu, ketepatan waktu, kenyamanan, dan keselamatan. Diskusi tentang


(44)

commit to user

aksesibilitas biasanya lebih banyak menyoroti infrastruktur transportasi negara atau daerah tujuan wisata. Mungkin akses dari negara asal ke tujuan mudah dan lancar. Namun demikian akan timbul kesulitan lain jika di daerah tujuan tidak tersedia jaringan transportasi ke daerah sekitarnya. (Abbas Salim,2006:89).

Kota Surakarta juga mendukung aksesibilitas pariwisata agar wisata di Kota Surakarta semakin meningkat. Kota Surakarta juga memiliki transportasi reguler yang nyaman diluar dari transportasi khusus wisata. Berikut berbagai moda transportasi di Kota Surakarta :

a) Menggunakan pesawat udara melalui Bandara Adi Sumarmo. Melayani penerbangan dari – menuju Singapura, Jakarta, dan Denpasar ( masih dalam penanganan pengelola ). (Observasi: Transportasi Kota Surakarta,6 Mei 20110).

b) Menggunakan kereta api melalui Stasiun Balapan, Stasiun Purwosari, Stasiun Jebres. Melayani jalur dari – menuju Surabaya – Yogyakarta – Bandung – Jakarta. (Observasi: Transportasi Kota Surakarta,6 Mei 20110). c) Menggunakan bus umum melalui Terminal Tirtonadi. Melayani jalur dari – menuju Bali, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Jakarta, Sumatera. Bus yang melayani rute dalam Kota Surakarta denagn fasilitas AC adalah Batik Solo Trans dan Damri, bus reguler tanpa AC adalah Atmo, Surya Kencana, Nusa. Bus tersebut melayani rute melewati Kota Surakarta, angkutan kota juga sebagian melayani rute dalam Kota Surakarta. (Observasi: Transportasi Kota Surakarta,6 Mei 20110).


(45)

commit to user

d) Menggunakan jasa taksi, Kota Surakarta memiliki banyak armada taksi bekisar 400 – 500 unit dari enam perusahaan operator taksi yaitu Kosti Solo, Sentral, Bengawan, Gelora, Sakura, Angkasa. ( Arsip Dishub Kota Surakarta:”Ijin trayek Taksi Di Kota Surakarta” ).

e) Menggunakan becak untuk jarak tempuh dekat dan sekaligus menikmati Kota Surakarta.

C. Kebijakan Pariwisata Kota Surakarta

Sektor pariwisata di Kota Surakarta cukup strategis apabila dilihat dari kondisi, potensi, visi dan misi kota. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta memiliki Visi sebagai berikut: Terwujudnya Kota Surakarta sebagai kota budaya yang ertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pendidikan, pariwisata dan olahraga.

Misi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

1) Revitalisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam semua bidang pembangunan, serta perekat kehidupan nilai-nilai “Sala Kota Budaya”.

2) Meningkatkan kualitas sumbber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni, guna mewujudkan inovasi dan integritas masyarakat madani yag berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.


(46)

commit to user

3) Mengembangkan seluruh kekuatan ekonomi daerah sebagai pemacu tumbuh dan kembangnya ekonomi rakyat yang berdaya saing tinggi, serta mendayagunakan potensi pariwisata dan tehnologi terapan yang akrab lingkungan.

4) Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan hak asasi manusia dan demokratis bagi seluruh elemen masyarakat, utamanya para penyelenggara pemerintahan.(Wawancara:Budi Sartono selaku Kabid Pelestarian, Promosi dan Kerjasama Disbudpar Kota Surakarta, 20 Juni 2011).

Adapun tujuan visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Menumbuhkan inovasi dan sikap masyarakat terhadap Sadar Wisata.

2) Mengarahkan kepariwisataan daerah yang bertumpu pada kekuatan masyarakat.

3) Meningkatkan partisipasi pelaku pariwisata dalam memberikan kontribusi terwujudnya daerah Wisata di Kota Surakarta.

4) Meningkatkan koordinasi antar wilayah hinterland dalam optimalisasi paket-paket wisata.

5) Meningkatkan profesionalisasi perijinan.

6) Terwujudnya mekanisme dan prosedur perijinan yang memuaskan pelanggan. 7) Menghasilkan riset dan pengembangan informasi data sesuai dengan

perkembangan jaman.

8) Menghasilkan manajemen pemasaran strategic dengan kompetensi SDM yang menguasai riset SDM.


(47)

commit to user

9) Meningkatkan kerjasama antara daerah . (Wawancara:Budi Sartono selaku Kabid Pelestarian, Promosi dan Kerjasama Disbudpar Kota Surakarta, 20 Juni 2011)

Arah kebijakan dibidang pariwisata yang akan ditempuh oleh pemerintah Kota Surakarta, antara lain meliputi:

1) Peningkatan peluang kerjasama/kemitraan dengan unsur-unsur pelaku pariwisata dan jaringan kerja (networking) antara daerah.

2) Revitalisasi obyek-obyek wisata dan menggali obyek dan daya tarik wisata yang baru.

3) Memperluas segmen wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

4) Kerjasama riset pengembangan wisata dan koordinasi wisata dengan sektor terkait.

5) Optimalisasi program-program strategis dan kapabilitas organisasi.

6) Membangun citra pariwisata daerah melalui keterpaduan informasi promosi pariwisata.

7) Peningkatan kualitas dan profesionalisme SDM dalam upaya memberikan pelayanan yang prima.

8) Pengembangan manajemen pelayanan strategis dan menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan.

9) Peningkatan penguasaan teknologi melalui penguasaan di bidang komputer dan internet. (Wawancara:Budi Sartono selaku Kabid Pelestarian, Promosi dan Kerjasama Disbudpar Kota Surakarta, 20 Juni 2011)


(48)

commit to user

Program prioritas kegiatan yang telah disusun oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam bidang pariwisata adalah sebagai berikut :

1) Program Pengembangan Informasi Dan Jaringan Pemasaran Pariwisata, dengan prioritas kegiatan:

a. Pembuatan dan pengiriman materi promosi melalui media massa. b. Keikutsertaan pameran, festival dan dialog pariwisata.

c. Kirab prosesi Boyong Kedaton. d. Duta Wisata ke luar negeri.

2) Program Peningkatan dan Pengembangan SDM di bidang Pariwisata dengan prioritas kegiatan:

a. Bantuan operasional kegiatan kelompok sadar wisata. b. Sosialisasi Peraturan Daerah Kepariwisataan.

c. Penyuluhan dan pelatihan sektor pariwisata, seni dan budaya. d. Pelatihan dan kursus manajemen pengelolaan usaha pariwisata.

3) Program Pengembangan Produk Wisata Daerah dengan prioritas kegiatan: a. Bantuan pembinaan seni dan budaya.

b. Bantuan stimulasi peralatan kesenian, aset seni budaya dan alat-alat kesenian.

4) Program Peningkatan Kemitraan Antar Pelaku Pariwisata dengan prioritas kegiatan:

a. Pembuatan materi promosi terpadu melalui media mass b. Pengisian Tourist Information Centre (TIC) bersama c. Penyusunan dan pengembangan Paket Wisata Terpadu d. Peningkatan koordinasi antar pelaku pariwisata


(49)

commit to user

5) Program Pengembangan Manajemen Pengelolaan Obyek Wisata dan Daya Tarik Wisata dengan prioritas kegiatan:

a. Study banding manajemen pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

b. Rehabilitasi Obyek dan Daya Tarik Wisata

c. Bantuan operasional pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata d. Monitoring dan evaluasi pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata 6) Program pengembangan riset pariwisata dengan prioritas kegiatan

a. Penyelenggaraan, penyebarluasan dan pengadaan sarana dan prasarana riset-riset kepariwisataan.

b. Penyusunan paket wisata. (Wawancara:Budi Sartono selaku Kabid Pelestarian, Promosi dan Kerjasama Disbudpar Kota Surakarta, 20 Juni 2011)

D. Kelompok Kerja Pengembangan Pariwisata Kota Surakarta

Kota Surakarta memiliki berbagai obyek wisata, sarana wisata dan prasarana wisata yang menunjang perkembangan pariwisata di Kota Surakarta. Perkembangan Kota Surakarta di bidang pariwisata sangat terlihat di periode kepemimpinan Walikota Joko Widodo – FX Rudi. Hal tersebut menjadikan Kota Surakarta mulai berbenah menuju kota wisata, banyak hal yang dibenahi dan dikembangkan di sektor pariwisata.

Kota Surakarta mmiliki beberapa dinas pemerintahan yang bergerak di pengembangan pariwisata. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta


(50)

commit to user

menangani birokrasi pengelolaan dan perijiinan segala obyek wisata dan event kebudayaan di Kota Surakarta. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta menangani kebersihan dan tata taman untuk obyek wisata dan wajah kota. Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah Kota Surakarta menangani birokrasi pengembangan obyek wisata.

Dinas Tata Kota, Kota Surakarta menangani penataan desain luar dari obyek wisata tanpa merubah konsep dari obyek tersebut. Dinas Komunikasi dan Informasi menangani promosi pariwisata untuk Kota Surakarta. Badan Promosi Pariwisata Indonesia Kota Surakarta, PHRI dan ASITA merupakan lembaga pariwisata yang mempromosikan dan menangani persatuan sarana kepariwisataan di Kota Surakarta. Kelompok kerja tersebut memiliki tugas masing-masing yang sudah diatur oleh Perda No.2 Tahun 2010 mengenai Pembangunan Daerah Kota Surakarta. (Wawancara:Budi Sartono selaku Kabid Pelestarian, Promosi dan Kerjasama Disbudpar Kota Surakarta, 20 Juni 2011)

E. Strategi Pengembangan Pariwisata Kota Surakarta

1. Tujuan Umum Pengembangan Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu sektor di Kota Surakarta yang menunjang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat secara signifikan. Kota Surakarta memiliki berbagai sumber daya yang sangat baik guna mencapai industri pariwisata yang sehat,dengan cara:


(51)

commit to user

a) Menciptakan lapangan kerja di bidang perhotelan, restoran, transportasi, perusahaan perjalanan wisata (BPW) dan lain-lainnya, terutama di daerah terbelakang namun memiliki potensi wisata yang tinggi.

b) Mendorong tumbuhnya berbagai peluang yang mampu menarik pengusaha-pengusaha baru dan penawaran pelatihan-pelatihan dan pendidikan bagi generasi muda.

c) Menciptakan dampak nyata dari kegiatan pariwisata, khususnya bagi peningkatan pendapatan rumah tangga di sektor swasta maupun pemerintah, melalui upah dan gaji, penyewaan, pembelanjaan, perpajakan dan penghasilan usaha lainnya.

d) Menstimulasi industri-industri dan bidang-bidang jasa lainnya di Kota Surakarta agar tercipta perekonomian dengan dasar yang baik dan luas. e) Peningkatan kualitas hidup dari penduduk setempat yang mendapat

manfaat dari daerah-daerah rekreasi, resor, restoran, museum,perjalanan, hiking, dan perayaan. (Arsip Disbudpar Kota Surakarta: “Strategi Pengembangan Pariwisata kota Surakarta tahun 2010-2014”)

Sektor pariwisata mempunyai potensi pertumbuhan yang sangat besar yang pengembangannya perlu direalisasikan agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Kota Surakarta bertujuan meningkatkan tingkat kedatangan wisatawan tahunan sebesar 5% untuk tahun-tahun mendatang dan sebesar 10% untuk tahun berikutnya. Wisatawan yang bermalam bisa mencapai 3 juta dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun mendatang. (Wawancara:Budi Sartono selaku Kabid Pelestarian, Promosi dan Kerjasama Disbudpar Kota Surakarta, 20 Juni 2011)


(52)

commit to user

2. Tujuan Khusus Pengembangan Pariwisata

Pertama, untuk saat ini Kota Surakarta belum dipromosikan secara baik sebagai sebuah destinasi pariwisata. Promosi Pariwisata daerah hanya sebatas pada publikasi melalui brosur pariwisata secara umum. Ketiadaan pemasaran pariwisata yang strategis dan profesional saat ini merupakan handikap yang serius bagi pertumbuhan lebih jauh. Pemasaran pariwisata yang dilakukan secara besar-besaran bisa mendapatkan kembali pangsa pasar yang hilang dan membangkitkan motivasi kerja secara cepat di tempat-tempat atraksi, hotel-hotel dan di waktu yang sama menimbulkan rasa percaya diri pada tempat tujuan wisata. Promosi pariwisata adalah bagian terpenting dari strategi. Sasaran khususnya agar Kota Surakarta dikenal secara luas sebagai tujuan wisata yang atraktif di Jawa Tengah. Kehadiran sebuah pasar yang berhasil bisa dicapai melalui pemasaran pariwisata yang kompeten dan profesional.

Kedua, sebuah destinasi wisata membutuhkan nama produk yang jelas, yang bisa dikenali oleh pasar pariwisata eksternal dan internal. Kota Surakarta mempunyai sumber daya yang bagus dalam hal warisan budaya, tapi harus bersaing dengan banyak daerah lain, terkadang dengan tujuan-tujuan wisata di Indonesia yang sudah dikenal oleh seluruh dunia. Kota Surakarta mempunyai sejumlah wisata alam dengan infrastruktur pariwisata yang mencukupi, dimana tempat-tempat ini bisa dijadikan kawasan pariwisata yang lebih besar. Wisata alam atau ekowisata membidik kelompok-kelompok sasaran seperti orang-orang muda, para mahasiswa, pasangan-pasangan yang kaya dan generasi senior. Wisata kesehatan melengkapi wisata keindahan alam dan kebudayaan dan mempunyai daya tarik bagi segmen-segmen pasar yang sama. Kota Surakarta bisa membangun


(53)

commit to user

wisata kesehatan melalui penggalakan penyembuhan tradisional Jawa, tanaman obat-obatan, jamu, makanan yang sehat dan elemen-elemen alamiah lainnya. Sasaran khususnya agar Kota Surakarta mempunyai produk wisata liburan yang bagus, yang berbasiskan kebudayaan, alam dan kesehatan. Produk-produk wisata mencerminkan kekayaan wilayah dan kreativitas para pengelola pariwisata.

Ketiga, Kota Surakarta mempunyai potensi untuk menjadi pemain besar di bisnis MICE. Kota Surakarta telah membuktikan kemampuannya dalam mengorganisir berbagai festival, konferensi dan berbagai event seni dan budaya. Hotel di semua kategori, gedung-gedung pertemuan, dan ballroom-ballroom, restoran-restoran, perusahaan-perusahaan tour, semuanya mempunyai perlengkapan yang mencukupi untuk mengorganisir MICE secara profesional. Kota Surakarta merupakan tempat berbagai macam industri dan organisasi yang bisa menjamin permintaan yang berkelanjutan untuk acara-acara bisnis dan konferensi. Walupun demikian, infrastruktur dan pemasaran MICE secara profesional yang lebih baik masih dibutuhkan. Kota Surakarta bisa mendapatkan manfaat dari para wisatawan MICE secara signifikan melalui dampak multigandanya kepada perekonomian masyarakat. Sasaran khususnya agar Kota Surakarta menjadi salah satu tujuan utama MICE di Jawa dan sebagai tuan rumah secara teratur bagi acara-acara pertemuan, pameran dan insentif di level nasional dan internasional.

Keempat, membangun sebuah destinasi wisata regional menuntut adanya kesungguhan para stakeholder untuk memenuhi kesepakatan-kesepakan bersama yang telah dibuat dan mencapai sasaran-sasaran umum. Proses ini akan berlangsung lama dan membutuhkan tenaga penggerak. Kota Surakarta hanya bisa


(54)

commit to user

berhasil bila semua kabupaten/kota turut berpartisipasi. Komitmen hanya bisa dimungkinkan bila tiap kabupaten/kota mendapatkan manfaat yang memadai dari pariwisata regional dan memperoleh pengembalian dari investasi mereka. Manfaat-manfaat tersebut berupa: penggunaan investasi yang efisien, produk wisata yang menarik lebih banyak pengunjung, wisatawan menetap lebih lama, pemasaran bersama itu lebih efektif dan mencapai lebih banyak kelompok-kelompok sasaran. Oleh karena itu membangun rasa saling percaya dan juga rasa percaya diri atas semua kabupaten/kota sebagai satu kesatuan tujuan wisata adalah hal yang sangat penting. Sasaran khususnya agar Kota Surakarta sebagai destinasi wisata menjadi bagian dari kebijakan pemerintahan kabupaten/kota di Kota Surakarta, dan para stakeholder berkomitmen dengan penuh kesungguhan untuk tujuan ini.

Kelima, Indonesia banyak menawarkan tempat-tempat wisata, dan banyak dari tempat-tempat tersebut mengejar pasar yang sama yang juga dituju oleh Kota Surakarta. Kualitas produk dan pelayanan menjadi kriteria penting untuk meningkatkan posisi daya saing sebuah destinasi wisata. Sebuah produk yang berkualitas menjadi elemen inti bagi sebuah destinasi wisata yang berhasil, sementara dalam hal ini tempat-tempat dan produk-produk pariwisata Kota Surakarta masih membutuhkan perbaikan yang mendasar. Upaya peningkatan kualitas sangat dibutuhkan disemua tingkat: tempat-tempat rekreasi, keramahtamahan, manajemen pariwisata, informasi dan pemasaran pariwisata. Hanya kualitas dan inovasi yang bisa membawa Kota Surakarta bisa berdaya saing dibandingkan daerah wisata lain di Indonesia. Sasaran khususnya agar Kota Surakarta dikenal sebagai penyedia pelayanan pariwisata dengan kualitas tinggi


(55)

commit to user

dan berdaya saing. Dalam hal ini sektor swasta terdorong untuk berinvestasi dan mengambil posisi utama dalam pengembangannya. (Arsip Disbudpar Kota Surakarta: “Strategi Pengembangan Pariwisata kota Surakarta tahun 2010-2014”).

3. Strategi Pengembangan Pariwisata

Ada lima strategi pengembangan yang dimiliki Pemkot Surakarta untuk mengembangkan pariwisata di Kota Surakarta.

a) Strategi 1

Tujuan A: Kota Surakarta dikenal secara luas sebagai sebuah destinasi wisata yang atraktif di Jawa Tengah. Keberhasilan meraih pasar dicapai melalui pemasaran pariwisata yang kompeten dan profesional.

1) Pelaksanaan program pemasaran yang telah disepakati. langkahnya: Membangun program pemasaran dalam kerangka pengenalan brand “Solo – The spirit of Java”. Bekerjasama dengan mitra-mitra yang relevan di wilayah dan secara nasional untuk pelaksanaan program (termasuk sponsoring). Melakukan kerjasama dengan para tour operator, komersial dan hotel-hotel untuk penjualan objek wisata / program. Mendukung pengembangan kawasan-kawasan baru (Karanganyar sebelah timur, Klaten, Sangiran, Wonogiri) dengan promosi yang memadai. Membuat disain dan memproduksi barang pernak-pernik “Solo –The Spirit of Java”.

2) Menjadikan Kota Surakarta sebagai pemain utama di Jawa melalui komunikasi website dalam penyampaian informasi dan penjualan. Langkah-langkahnya: Membuat website pariwisata (dikelola oleh unit


(56)

commit to user

manajemen khusus). Mengadakan workshop untuk usaha pariwisata kecil: web marketing, design and pengelolaan websites, alat-alat penjualan, dll. Mengundang provider jasa pariwisata untuk mendukung usaha pariwisata kecil. (Arsip Disbudpar Kota Surakarta: “Strategi Pengembangan Pariwisata kota Surakarta tahun 2010-2014”)

b) Strategi 2

Tujuan B: Kota Surakarta menawarkan produk wisata liburan/plesiran yang kuat, berbasis kebudayaan, alam dan kesehatan. Produk-produk pariwisata mencerminkan kekayaan wilayah, ketrampilan dan kreativitas penyelenggara pariwisata.

1) Membuat atraksi-atraksi budaya yang menarik bagi beragam wisatawan. Langkah-langkahnya: Memprioritaskan pengaturan pengunjung disitus-situs bersejarah yang utama Keraton Kasunanan, Mangkunegaran, Puro Mangkunnegaran dan Radyapustaka, Mengenalkan presentasi audiovisual: film, suara, pertunjukan pendek, self-guided tours, tata lampu & suara. Menarik pengunjung kalangan muda & anak misal melalui animasi, pembuatan batik sederhana, musik, menggambar, permainan. Memanfaatkan tempat-tempat bersejarah untuk aktivitas budaya masa kini misal pameran-pameran, konser, konferensi/workshop, cafetaria, restoran. Menterjemahkan keterangan-keterangan artifak-artifak di musium ke bahasa inggris agar mudah dipahami oleh wisatawan mancanegara.

2) Meluncurkan ekowisata dan produk-produk wisata petualangan outdoor. Langkah-langkah: Mendesain sebuah trekking trail dengan


(57)

commit to user

durasi yang berbeda-beda (Lintasan Gunung Berapi, Jawa Tengah (Merapi-Merbabu), Lintas Barat Wonogiri dengan goa-goa, Lawu), diutamakan kawasan-kawasan wisata yang diusulkan, lintasan dengan sepeda gunung, lawatan sungai di Kota Surakarta dengan perahu. Merencanakan acara tahunan yang khas dengan efek citra yang kuat misalnya Lari Gunung Lawu, perlombaan perahu di Danau Gajah Mungkur, Lawu – Balap Sepeda Merapi. Menjelajahi potensi pengematan satwa liar (Gunung Lawu).

3) Memperkenalkan produk-produk wisata kesehatan (wellness tourism) yang inovatif. Langkah—langkahnya: Mendokumentasikan praktek-praktek penyembuhan lokal, produksi jamu dan seluruh persiapannya sebagai materi bagi penciptaan pengalaman para pengunjung. Diversifikasi program spa di hotel dan mengenalkan formula kesehatan baru. Menggali berbagai upaya untuk mengkombinasikan seni, musik, tari dengan wisata spiritual.

4) Mempersiapkan kawasan-kawasan wisata baru di Gunung Lawu Karanganyar dan Klaten. Langkah-langkah: Melakukan inventarisasi, studi potensi dan perencanaan manajemen untuk atraksi-atraksi (kalau diperlukan). Pengembangan kawasan: lintasan , tour-tour tematis, acara ritual lokal (pementasan-pementasan bersejarah, ritual-ritual), perbaikan tempat-tempat wisata dan infrastruktur lokal dsb. Mengidentifikasi peluang investasi dan memobilisasi investasi. Mengorganisir tim taskforce pariwisata yang terdiri dari stakeholder lokal dan pengelola pariwisata. Menjalin kerjasama antar pengusaha


(58)

commit to user

pariwisata. Memperbaiki konservasi alam dan situs. Pembuatan publikasi/materi promosi (trekking,peta perjalanan bersepeda, self-guided tours). (Arsip Disbudpar Kota Surakarta: “Strategi Pengembangan Pariwisata kota Surakarta tahun 2010-2014”)

c) Strategi 3

Tujuan C: Solo menjadi salah satu tujuan utama MICE di Jawa dan menjadi tuan rumah secara tetap untuk acara-acara nasional dan internasional.

1) Mengembangan Biro Konvensi untuk mempromosikan Kota Surakarta sebagai tujuan MICE. Langkah-langkah : Memonitor dan menganalisa pasar wisata konvensi dan berbagai event di Indonesia (intelijen pasar). Membuat data base tentang korporasi dan pemerintahan di Kota Surakarta yang potensial sebagai pengguna MICE. Mengidentifikasi peluang bisnis MICE di Indonesia dan Asia Tenggara untuk Kota Surakarta. Mempersiapkan dan melaksanakan promosi MICE yang berkualitas melalui informasi/material/kampanye. Meningkatkan kapasitas pelaku-pelaku usaha MICE. Memberi konsultasi pada para perusahaan penunjang perihal tren-tren pasar dan kebutuhankebutuhan produk/jasa layanan MICE. Pengembangan konsep-konsep acara/event. 2) Mengintensifkan kerjasama antara para stakeholder MICE. Langkah-langkahnya: Membuat jejaring diantara BPW, Event Organizer profesional, Dinas Kebudayaan Pariwisata Kota Surakarta, pengelola gedung pertemuan/konvensi, dan perusahaan penerbangan untuk mendiskusikan dan mempersiapkan program-program yang akan


(59)

commit to user

datang. Meminta aliansi para stakeholder untuk berpartisipasi dalam travel mart/pameran dagang khusus MICE. Mengembangkan konsep event. Memanfaatkan jejaring untuk melakukan lobi-lobi politis.

5) Perbaikan transportasi udara dan darat menuju Kota Surakarta. Langkah-langkahnya: Menjajaki peningkatan frekuensi penerbangan dan rute-rute baru dengan perusahaan penerbangan dan industri setempat dengan memproritaskan rute Kota Surakarta – Denpasar dan penambahan penerbangan ke Jakarta. Mendukung promosi untuk rute-rute baru. Percobaan angkutan umum antara bandara ke pusat kota pulang pergi (PP). Memperbaiki transportasi penumpang dari/ke bandara Yogyakarta (merelokasi stasiun kereta api ke bandara, kereta api bolak-balik, meningkatkan frekuensi kereta api antar kota). Memasang rambu-rambu penunjuk arah bagi para pengunjung (untuk hotel-hotel, atraksi-atraksi utama, tempat-tempat rekreasi, gedung pertemuan/konvensi, pusat-pusat kota/kabupaten, dengan penyebutan jarak). (Arsip Disbudpar Kota Surakarta: “Strategi Pengembangan Pariwisata kota Surakarta tahun 2010-2014”)

d) Strategi 4

Tujuan D: Kota Surakarta sebagai destinasi wisata menjadi bagian dari kebijakan pemerintah daerah dan didukung oleh komitmen dari para stakeholder.

1) Mendirikan sebuah Badan atau Asosiasi Pariwisata Kota Surakarta yang representatif dan aktif. Langkah-langkah : Konsep Asosiasi Pariwisata Kota Surakarta yang diusulkan oleh para champion pariwisata yang


(60)

commit to user

berkomitmen dari sektor swasta dan pemerintah. Membuat mapping struktur organisasi dan pendirian Asosiasi. Asosiasi membuat pedoman dan kontrol terhadap pemasaran daerah tujuan wisata.

2) Penguatan kompetensi dinas pariwisata di daerah. Langkah-langkah: Pelatihan & kursus untuk manajemen pariwisata, investasi pariwisata, promosi pariwisata, perijinan, kontral kualitas, dll. Berpartisipasi dalam berbagai seminar dan konferensi tingkat regional, nasional dan internasional. Memperbaiki kemampuan berbahasa asing. Mengorganisir program pertukaran tingkat regional untuk meyamakan hasil. Melakukan kunjungan-kunjungan langsung ke tempat-tempat perusahaan dan atraksi-atraksi. Memberi pelatihan kepada para manajer pengelola tempat-tempat atraksi.

3) Pengenalan Sistem Manajemen Pariwisata yang Efisien. Langkah-langkah : Memperkenalkan statistik pariwisata yang sederhana tapi terpercaya dan membuat kompilasi ke dalam database regional. Melakukan penelitian tentang para pengunjung, terkait dengan pola perjalanan, tingkat kepuasan atas perjalanan dan pembelanjaannya (tiap empat tahun). Laporan tahunan mengenai posisi bersaing. Kab./Kota berkoordinasi dengan program investasi pariwisata yang lebih besar dengan daerah tetangga dan asosiasi pariwisata, serta menggali kemungkinan pendanaan bersama.

6) Pembuatan sistem informasi dan petunjuk rute perjalanan bagi wisatawan yang datang ke Kota Surakarta. Langkah-langkah : Memperkenalkan secara bertahap rambu-rambu jalan yang seragam


(61)

commit to user

menuju tempat-tempat pariwisata Pengembangan konsep rute pariwisata regional, yaitu “The Spirit of Java”. Melengkapi dan melatih semua staf kantor-kantor di kab/kota yang terkait dengan informasi khususnya dalam menyediakan informasi pariwisata untuk keseluruhan wilayah. Mengikutsertakan informasi tentang atraksi-atraksi di daerah yang tetangga dalam material informasi daerah. Mendesain ulang kantor informasi pariwisata di Kota Surakarta kualitas materi yang disajikan, bahan informasi, orientasi pelayanan, lokasi, dll. Koordinasi hubungan antar wilayah dengan Java Promo. (Arsip Disbudpar Kota Surakarta: “Strategi Pengembangan Pariwisata kota Surakarta tahun 2010-2014”)

e) Strategi 5

Tujuan E: Kota Surakarta dikenal sebagai penyedia jasa pariwisata dengan kualias tinggi dan berdaya saing. Sektor swasta didorong untuk berinvestasi dan mengambil peran utama dalam pengembangan sektor pariwisata.

1) Menjalankan program untuk memperbaiki kualitas produk dan pelayanan. Langkah-langkah : Mengorganisir workshop-workshop yang “berkualitas” di tingkat Kab./Kota dengan pengalaman praktek di lapangan. Mendistribusikan berbagai manual teknis yang yang berkualitas ke hotel dan pengelola atraksi. Kampanye/sosialisasi yang berkualitas di Kota Surakarta. Menginisiasi lomba kualitas, Wilayah Kota Surakarta Award. Mengundang para penyedia jasa yang berkualitas untuk mengadakan cek kualitas dan memberikan


(1)

commit to user

Perdagangan Disperindag Kota Surakarta, 21 Maret 2011 )

Banyak pedagang Gladak Langen Bogan yang melanggar kesepakatan awal tentang jenis menu kuliner yang dijual, hal tersebut menjadi pemicu permasalahan internal di kalangan pedagang. Sejak awal para pedagang Galabo sudah menandatangani kesepakatan untuk menyajikan jenis menu tertentu, tetapi seiring berjalannya waktu banyak pedagang yang beralih menu lain. Pemkot Surakarta berupaya mengembalikan konsep aturan menu sesuai dengan kesepakatan awal. Pemkot Surakarta akan mengadakan pertemuan dengan para pedagang dan kemudian akan mengambil kebijakan mengenai menu yang akan dikembalikan pada konsep awal. ( Wawancara : Eko Prajudhy Noor Ali, selaku Kabid Perdagangan Disperindag Kota Surakarta, 21 Maret 2011 )


(2)

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Wisata Kuliner Gladag Langen Bogan didirikan oleh Pemkot Surakarta untuk memberikan suasana berbeda mengenai tempat makan dengan berbagai makanan khas Kota Surakarta karena berada dalam satu komplek saja tanpa perlu berkeliling kota untuk menikmatinya. Di awal pembukaannya, banyak pengunjung dari berbagai daerah yang tertarik untuk menikmati makan di area yang kalau siang untuk lalu lintas kendaraan bermotor. Banyak pengunjung yang menyukai wisata kuliner tersebut karena areanya terdapat di jalan raya yang malam ditutup untuk kendaraan, tetapi lama kelamaan tingkat kujungan pun berkurang karena beberapa masalah.

Gladag Langen Bogan memiliki kekhasan yang memang tidak dimiliki oleh wisata kuliner di daerah lain.Semua tempat kuliner khas Surakarta yang tersebar disemua penjuru Kota Surakarta digabungkan disatu tempat yang dinamakan Gladag Langen Bogan. Kini pengunjung kuliner dapat dengan mudah menikmati kelezatan kuliner Kota Surakarta dengan hanya mengunjungi satu kawasan. Beragam makanan khas dan minuman khas dijajakan di Galabo dengan penataan tempat yang unik dan sangat menarik karena berlokasi di jalan raya yang siang hari digunakan untuk lalu lintas dan malam hari ditutup untuk area kuliner. Selain


(3)

commit to user

wisata tersebut terdapat di pusat kota terutama di jalan raya, Galabo juga merupakan obyek wisata yang

menarik karena berlokasi di jalan raya yang siang hari digunakan untuk lalu lintas dan malam hari ditutup untuk area kuliner. Selain wisata tersebut terdapat di pusat kota terutama di jalan raya, Galabo juga merupakan obyek wisata yang memiliki efektifitas waktu karena hanya dalam satu area dapat menikmati beraneka makanan khas Kota Surakarta.

Kota Surakarta sekarang sudah mulai dikenal akan wisata kulinernya, bahkan salah satu potensi wisata terbesar kota ini adalah wisata kuliner. Kini pengunjung kuliner dapat dengan mudah menikmati kelezatan kuliner Kota Surakarta dengan hanya mengunjungi satu kawasan. Gladak Langen Bogan dapat dikunjungi antara 1500 – 2000 orang per minggu dan dapat meningkat hingga dua kali lipat pada hari libur. Pengunjung bahkan tidak hanya dari kota Surakarta melainkan juga dari kota-kota disekitar Kota Surakarta. Para penikmat kuliner dapat berkunjung sambil menikmati suasana Kota Surakarta di malam hari dengan berjalan kaki di sepanjang jalan depan Pusat Grosir Solo sambil memilih makanan khas dari Kota Surakarta yang akan dinikmati.

Dari pendapat pengunjung mengenai Galabo, disimpulkan berdasar beragam karakteristik dan latar belakang wisatawan menyebabkan beragam pula keinginan & kebutuhan akan suatu produk wisata. Pengelompokan wisatawan dapat memberi informasi mengenai alasan setiap kelompok mengunjungi obyek wisata. Pengetahuan mengenai wisatawan sangat diperlukan dalam merencanakan produk wisata yang sesuai dengan keinginan kelompok pasar


(4)

commit to user

tertentu, termasuk merencanakan strategi pemasaran yang tepat bagi kelompok pasar suatu obyek. Persepsi pengunjung adalah Galabo perlu pembenahan mengenai pelayanan pedagangnya. Pedagang di Galabo kurang mengerti cara menawarkan jasanya dan menyajikannya. Di saat gerimis, pedagang menyajikan makanan kepada pengunjung tanpa ditutupi sehingga air hujan mengenai makanan. Sekarang mulai berkurangnya jumlah makanan khas di Galabo, menjadikan pengunjung juga berkurang. Pengunjung juga berharap Pemkot Surakarta memikirkan Galabo agar tidak semakin berkurang jumlah pedagangnya, pembenahan manajemen dirasa mampu merubah keadaan Galabo sekarang yang semakin berkurang eksistensinya.

Meski terjadi penurunan kekhasan makanan di Gladag Langen Bogan, ada penanganan Pemkot Surakarta untuk mempertahankan keberadaan Gladag Langen Bogan. Pemkot Surakarta sudah melakukan usaha untuk pengembangan Gladag Langen Bogan baik yang telah dilakukan dan yang sedang dalam rencana pengembangan. Pemkot Surakarta telah melakukan pengembangan berupa pembinaan terhadap pedagang di Galabo, diharapkan selalu mengedepankan cita rasa dan pelayanan. Kemudian peraturan untuk pengumjung menjaga kebersihan di Galabo, karena selain cita rasa, kebersihan dan kenyaman bagi pengunjung sangat berpengaruh besar terhadap minat masyarakat. Menambahkan toilet umum dan wastafel untuk fasilitas pengunjung. Salah satu pembenahan yang lain dengan pencopotan spanduk, pamflet, maupun papan nama yang sengaja ditempel diselter oleh pedagang kaki lima (PKL) yang beroperasi disiang hari. Rencana pembenahan yang dilakukan Pemkot Surakarta adalah pembenahan manajemen


(5)

commit to user

pengelola swasta. Diharapkan dengan semua pembenahan tersebut dapat menjadikan Galabo kembali diramaikan eksistensinya.

Sangat disayangkan jika melihat potensi Gladag Langen Bogan tidak dipertahankan eksistensinya, maka Kota Surakarta tidak memiliki ikon kuliner lagi untuk menjadi daya tarik wisatawan saat wisata malam hari. Kota Surakarta mulai berkembang menjadi kota wisata dan seharusnya menyediakan wisata malam juga untuk membuat wisatawan lebih lama tinggal di Kota Surakarta, oleh karena itu Pemkot Surakarta mempertahankan Gladag Langen Bogan agar tetap buka.

B. Saran

Selain perhatian pemerintahan terhadap promosi dan pengembangan pariwisata secara sistematis, perlu diperhatikan ulang mengarahkan pariwisata ke pengawasan dan kebijaksanaan negara tanpa menghambat pemikiran pengelola swasta, jika dilihat pentingnya pariwisata dari sudut pandangan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Sehingga pengelola swasta di lapangan juga harus dibenahi secara profesional agar dapat menambah pemasukan daerah.

Dari kesimpulan diatas, Pemkot Surakarta sebaiknya membenahi manajemen Gladag Langen Bogan dengan pengelola lapangan yang profesional, bukan dengan SDM masyarakat sekitar yang tidak memiliki pendidikan manajement wisata. Seharusnya masyarakat sekitar memang juga harus diikutsertakan dalam


(6)

commit to user

pengelolaan lapangan Gladag Langen Bogan tetapi hanya sebatas kebersihan, keamanan, dan parkir saja. Manajemen pengelolaan lapangan berupa operasional ditangani oleh pihak yang mengerti manajement pengelolaan wisata.

Tindakan – tindakan peraturan Pemkot Surakarta hendaknya diterapkan, bila terjadi penyalahgunaan atau pelanggaran, penegakkan sanksi oleh Disperindag Kota Surakarta selaku pihak koordinator adalah langkah terbaik, sejauh dilihat dari segi harga wisata karena hal tersebut menjamin bahwa standar jasa – jasa tersebut tetap memuaskan. Kemudian pelatihan pedagang selaku tenaga kerja pariwisata di Gladag Langen Bogan adalah sarana yang sangat diperlukan untuk membantu peningkatan produktivitas wisata kuliner tersebut. Pemkot Surakarta sebaiknya menjadi promotor ddengan mempersiapkan semua fasilitas yang diperlukan agar pelatihan menjadi efektif dan diselenggarakan dengan badan usaha kuliner yang lebih profesional dalam hal pelayanan jasanya.