Weakness kelemahan Analisis SWOT

commit to user 106 Gladak Langen Bogan merupakan salah satu aset wisata Pemkot Surakarta yang sedang diminati oleh wisatawan yang mengunjungi kota Surakarta. Dibawah naungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta sebagai koordinator, Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta sebagai media promosi, pihak swasta sebagai pengelola lapangan dan Pemkot Surakarta berperan dalam penyediaan tempat wisata dan fasilitas. Tanpa kerjasama masyarakat sebagai pengelola swasta juga tidak mungkin Galabo menjadi salah satu wisata andalan Kota Surakarta sekarang. Observasi: Gladag Langen Bogan, 21 Maret 2011

2. Weakness kelemahan

Weakness adalah kelemahan-kelemahan yang dimiliki obyek wisata. Dalam hal ini setiap pengelola obyek harus mampu meminimalkan dampak kelemahan yang dimiliki. Pengelola juga harus mampu menindaklanjuti kelemahan yang dimiliki obyek agar dapat menemukan solusi dan strategi yang jitu untuk menembus pasar. Pertama, Kota Surakarta makin giat berbenah untuk menarik wisatawan, termasuk keberadaan bus tingkat Werkudara dan kereta kencana. Tetapi di sisi lain, mata rantai pengembangan kepariwisataan itu sendiri malah meredup yaitu keberadaan Galabo yang semakin ditinggalkan konsumen. Pertama, cuaca yang tidak bersahabat menjadi salah satu kendala daya tarik Galabo kembali seperti dulu. Seperti diketahui bahwa kondisi Galabo yang bersifat terbuka memang sangatlah rentan dengan hujan. Oleh karena itu, kondisi hujan yang terus terjadi dalam setahun terakhir secara tidak langsung mengurangi hasrat masyarakat untuk menikmati berbagai macam makanan di Galabo. Akibat dari commit to user 107 kondisi tersebut banyak pedagang yang lebih memilih menutup kiosnya karena semakin merugi. Sementara kalau tetap buka harus membiayai tenaga kerja dan retribusi. Pilihan untuk menutup sementara stan kuliner di Galabo adalah pilihan rasional. Seharusnya memang dipikirkan mengenai masalah ini seperti penambahan kanopi seperti yang akan dilakukan Pemkot dalam pembenahan Galabo kedepan. Kedua, meski stan di sebelah barat masih tampak ramai sementara yang di sebelah timur cenderung sepi karena lampu penerangan kota yang redup serta penataan aliran listrik yang tidak rapi sehingga membahayakan yang berada dibawah aliran tersebut. Seharusnya dinas terkait dapat melakukan tindakan membenahan, karena sangat membahayakan untuk pedagang. Penerangan yang bagus juga dapat menjadi daya tarik pengunjung untuk memilih makanan di sebelah timur. Ketiga, pedagang dianggap melanggar aturan tentang jenis menu yang disajikan. Pedagang banyak yang beralih menu tanpa melaporkannya ke Disperidag selaku koordinator, hal tersebut juga mengakibatkan hubungan tidak harmonis antar pedagang. Disebabkan karena pedagang yang beralih menu, mengubah menunya mirip dengan salah satu pedagang disampingnya. Sebenarnya pedagang diperbolehkan mengubah menu asalkan melalui mekanisme yang semestinya dan melaporkan pada Disperindag Kota Surakarta. Mekanisme pergantian menu seharusnya dengan pengajuan proposal perubahan menu kepada Disperindag, tetapi sekararang pedagang di Galabo seenaknya berganti menu. Tindakan pedagang tersebut dikarenakan lemahnya kontrol dari Paguyuban Pedagang Galabo, sebagai pengelola lapangan dianggap kurang tegas dalam masalah tersebut. Sehingga seharusnya ada tindakan tegas dari pengelola lapangan seperti melakukan pembicaraan dan penjelasan untuk mengikuti prosedur yang benar. commit to user 108 Keempat, beberapa penjual tidak menulis pesanan yang dipesan oleh pengunjung, sehingga sangat memungkinkan penjual lupa, apalagi kalau kujungan sangat ramai pada akhir pekan dan hari libur. Hal tersebut akan mengakibatkan pengunjung menunggu lama pesanannya. Kelima, banyak penjual yang tidak menutup atau memayungi makanan atau minuman yang diantar ke pembeli di saat hujan, dan hal tersebut sangat berpotensi makanan atau minuman yang diantar ke pembeli kemasukan air hujan. Faktor kualitas menu dan pelayanan di Galabo harus diperhatikan. Keenam, meja yang disediakan untuk makan pengunjung tidak langsung dibersihkan oleh para penjual yang bertanggung jawab, jadi keadaan meja dibiarkan kotor padahal ada pengunjung lain yang akan menempati. Dari tiga permasalahan tersebut memiliki masalah pada tingkat pelayanan oleh pedagang. Kualitas pelayanan yang tidak prima karena kurangnya pembinaan yang benar menjadikan permasalahan tersebut timbul, seharusnya ada pembinaan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan selaku koordinator untuk memerikan pembelajaran mengenai pelayanan prima penjualan. Ketujuh, yang menjadi kelemahan konsep Galabo ini adalah tidak adanya nomor meja sehingga sangat menyulitkan baik pembeli maupun penjual. Penambahan nomor pada meja payung diharapkan untuk memberi kemudahan bagi pedagang saat mencari pembeli dari makanannya. Kedelapan, Galabo diakhir pekan dan liburan membuat jalan disekitar Jl. Mayor Sunaryo macet, karena saat akhir pekan terjadi keramaian pengunjung yang datang ke Galabo menggunakan kendaraan pribadi. Sehingga parkir kendaraan sangat ramai sampai ke area Jl. Slamet Riyadi dekat air mancur, hal tersebut mengakibatkan pengendara kendaraan yang melewati jalan menuju Alun – alun utara sangat terganggu. Seharusnya DLLAJR selaku SKPD terkait yang mengatur lalu lintas dapat bertugas mengatur arus lalu commit to user 109 lintas diarea tersebut agar tidak menimbulkan kemacetan. Observasi: Gladag Langen Bogan, 21 Maret 2011 Kesembilan, dari penarikan retribusi Rp.15.000 malam dari 37 pedagang di Galabo, Disperindag belum dapat menarik keuntungan untuk menjadi pendapatan daerah. Pendapatan dari hasil retribusi baru mampu menutupi biaya operasional Galabo, seperti membayar listrik, air, tenaga kebersihan, dan tenaga lain. Sementara pendapatan yang diandalkan dari Galabo adalah pungutan pajak yang dibebankan pada setiap pedagang yang dilakukan oleh dinas pengelolaan, pendapatan keuangan daerah dan asset DPPKA sebesar 10 dari omset penjualan setiap pedagang per malam, hanya sedikit dan pedagang juga tidak transparan. Untuk lebih mengoptimalkan Galabo sebagai penunjang pariwisata, serta sumber pendapatan daerah, perlu banyak pembenahan agar dapat memberi kontribusi untuk pendapatan daerah juga. Wawancara : Atmanto Setyo Budiono selaku Ketua Paguyuban Pedagang Galabo, 23 April 2011 Beberapa kelemahan tersebut untuk mengetahui seberapa besar peran Pemkot Surakarta mengkaji permasalahan yang timbul di Galabo dan selanjutnya untuk dibenahi. Peran pengelola swasta juga dibutuhkan dalam bekerjasama secara profesional dalam mengelola dan membantu pengembangan Galabo kedepan.

3. Opportunity Peluang