Optimisme Analisa Data I. Responden I

dilakukannya tanpa memikirkan orang lain, sekarang ia sudah bisa menyangkal dirinya demi orang lain. “...Kita ditugaskan di daerah bencana berbulan-bulan, makanan kurang. Udah gitu masakin buat beribu-ribu orang tetapi dikomplain terus, tapi ya karna itu udah menjadi bagian tugas kita ya udah gitu. Jadi yang membuat saya bisa sabar sampai saat ini bekerja aktif di wilayah sosial, konsekuensi yang terjadi apa aja ya itu dipahami dan bagaiman caranya itu yang saya mesti pecahkan...” R1. W2. b. 535-546. h.21 Hal lain yang didapatkan oleh Abdi selama di PMI adalah apresiasi dari setiap hal yang telah dikerjakan. Tidak peduli apapun bentuk apresiasinya apakah itu ucapan terimakasih, barang, ataupun hal-hal lain. Yang paling penting bagi Abdi adalah ia merasa dihargai terhadap apa yang dikerjakannya. Hal-hal seperti itulah yang membuatnya menjadi nyaman dan menikmati pekerjaannya menolong orang lain. Karena secara filosofi apresiasi dan nilai-nilai seperti itulah yang tidak didapatkannya dulu. “...kalo disitu tenaga dan pikiran kita ada yang mengapresiasi, kalo pas masa junkie itukan kan boro-boro diapresiasi kerjaan kitakan nyakitin orang mulu, trus kalo kita melakukan hal yang baikpun orang gak mau mengapresiasi secara apa namanya kit ajakan di cap orang gak bener, jadi bener gak bener gak ada yang menguntungkan buat kita itu prinsipnya dulu. Namun pada saat di komunitas itu segala kegiatan kita ada apresiasinya, entah itu ucapan terimakasih, mau di entah apalah ada yang emberikan dalam bentuk barang, uang, nah secar filosofi itu lah yang saya tidak dapet dulu. Karna situasi itu akhirnya yang membuat saya nyaman, pada saat kita menolong, apa lagi pada saat kita menolong nyawa orang saat kecelakaan yang udah patang tangan, yang udah apa, kita tolong trus hiudp nah inikan nilainya lain akhirnya hal-hal seperti itu nkimatnya beda, kalo dulukan kita ngerusak orang jadi kayak di balik gitu. Dulu yang kita ngerusak dikomunitas ini kita di suruh nolong orang itu gimana...” R1. W2. b. 383-410. h.17-18

3. Optimisme

Pada masa-masa Abdi menggunakan narkoba mulai SMP, SMA sampai kuliah semester 4, Abdi tidak pernah memikirkan tentang masa depan. Hal-hal yang ada dipikirannya hanyalah bagaimana caranya hari ini Abdi mendapatkan narkoba. Setelah Abdi menggunakan narkoba Abdi merasa tenang dan hal tersebut sudah cukup baginya untuk hari itu. Untuk mendapatkan narkoba Abdi mennggunakan usaha apapun, tidak peduli usaha itu baik atau buruk, merugikan orang lain atau tidak. Jadi, setiap hari yang ada dipikiran Abdi adalah narkoba, bagaimana cara mendapatkan narkoba. “...yang penting saat ini saya make saya tenang, masalah nanti itu ntar- ntar aja. masalah urusan kedepan urusan belakangan, saat ini aja dulu instan jadinya. Masalah hari ini udah pake barang aja dulu, masalah uanganya dipake habis untuk beli barang nanti aja, mau nyolong, mau apa itu mungkin bisa dilakukan. Kalo saat ini lagi pengen, ada uang ya udah beli pake, senangin aja dulu, nanti udah selesai makekan baru mikirni gimana ni baru jadi gaka ada mikir rencana, memandang ke depan, gak ada. Yang ada itu gimana saya besok-besok bisadapet uang trus punya barang, karna itukan dah jadi obsesi itu. Jadi gak ada saya hari ini udah make ya udah, jadi yang dipikirin itu ntar jam 5 sore ni banyak ni yang make gua dapet uang dari mana ni, gitu aja” R1. W2. b. 732-753. h.25 Abdi mulai memikirkan masa depan dengan serius pada saat Abdi di Aceh pada tahun 2004 menolong korban tsunami. Di Aceh ia bertemu dengan banyak orang-orang yang membutuhkan pertolongan ada korban bencana, ada juga korban narkoba dan hiv. Pada saat itu ia bertanya kepada mereka, apa yang akan dikerjakan kedepan dan mereka menjawab tidak tahu hendak melakukan apa ke depan. Mulai dari situ Abdi berpikir bahwa kehidupan harus ditata, apapun yang terjadi di depan kita harus tetap punya rencana. “...kalo yang mikirin masa depan, yang bener-bener menjadi turning pointnya itu di Aceh sebenarnya waktu nolongin banyak orang kena tsunami trus ada masalah yang lain narkoba ada, hiv ada nah itukan ketemu dengan orang-orang yang susahlah dibilang seperti itu yang butuh ditolong, waktu saya tanya mau ngapain gak tau mau ngapain gak ada rencana ke depan dari situ saya mikir bahwa ternyata kehidupan itu mesti ditata mau nanti ada bencana, mau nanti ada papaun itu urusan belakangan, yang pasti kita sendiri mesti punya planning untuk membangun kehidupan kita nantinya...” R1. W2. b. 759-774. h.26 Selain itu, Abdi juga pernah mengikuti training pada tahun 2005 mengenai bagaimana mendesain kehidupan dan bagaimana mendesain bekerja di wilayah sosial. Ia kemudian mengadopsi pola yang didapatkan itu untuk membangun kehidupannya sendiri. “ ...trus saya pernah ikut training 2005 itu mengenai bagaimana mendesain kehidupan, mendesain bagaimana bekerja di wilayah sosial, nah akhirnya saya mngadopsi pola itu dalam diri saya dalam membangun kehidupan Kalo kita punya mimpi, mimpinya itu sebenarnya terlebih dahulu dikuatin apa mimpinya, nah saya hidup dengan teori-teori itu. Pengen apa, pengen kehidupan seprti apa nah dipraktekan, nah itu di 2004, 2005 sebenarnya mulai mikir buat rencana kehidupan, pekerjaan...” R1. W2. b. 776-788. h.26 Abdi terus mempertajam rencana-rencana yang akan dilakukannya di masa depan, dari tahun ke tahun rencana Abdi semakin spesifik. pada tahun 2008 Abdi menikah. Namun, abdi menyatakan bahwa ia tidak kaku dalam setiap hal yang sudah direncanakannya. “...Nah, trakhir-trakhir 2008nya lebih mulai mempertajam lagi plannig- planning, mulai menikah ada teman ngobrol, itu lebih spesifik lagi rencana-rencananya tapi ya kalo buat saya rencana mah tetap ada tapi saya juga gak terlalu kaku dengan rencana yang udah dibikin saya tetep ya sekarang kita mau kemana, mimpinya apa, hidup karna ada mimpi sebenarnya. Apa yang mau dicari, cita-citanya apa, jadi jalan menuju apa yang kita cita-citakan R1. W2. b. 788-800. h. 27 Satu hal yang diinginkan Abdi yang sudah tercapai adalah ingin memiliki tempat rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Aceh. Tempat rehabilitasi tersebut masih ada sampai saat ini dan berjalan dengan baik. Akhirnya ia mulai berpikir bahwa hidupnya didedikasikan untuk melayani orang lain. Karena ia merasa sering diperhadapkan dengan situasi yang memberikan peranan dirinya untuk menolong orang lain. Akhirnya dengan kesadaran bahwa ia merasa Tuhan pimpin untuk bekerja di bidang yang sedang ia kerjakan saat ini maka ia menikmati setiap apa yang dikerjakannya. “... beberapa sebenarnya sudah dipenuhi, pengen punya rehab di Aceh, kemudian di Bandung, udah sampai pada titik saya mikir hidup saya mungkin untuk memberikan pelayanan sama orang, jadi di Bandung, di Aceh, di kota-kota lain peranan saya itu selalu menemukan situasi yang peranan menolong orang disitu udah mulai menyadari oh bisa ngebantu orang, sempet juga tes psikologi mengenai karakter yang dimunculkan itu apa, sebagai guardian, care taker apa segala macem nah hal-hal itu yang membuat saya menyadari oh mungkin kehidupan saya saat ini adalah melayani orang, termasuk keluarga juga, setelah saya mempunyai kesadaran seperti itu ya udah mau susah mau seneng dijalanin aja ini ang dikasih Tuhan dan tiap kali meminta yang diberi selalu kondisi seperti ini ya udah berarti jalan Tuhan di sini nikmatin aja...” R1. W2. b. 800-823. h .27 Saat ini Abdi merasa yakin dengan masa depannya dan optimis dalam menjalani kehidupan ini. “...alhamdulilahnya karna kitapun nyarik trus, berusaha trus, akhirnya ada jalan tinggal ngelakuin aja. Makanya kalau sekarang optimis optimis aja gak ada lagi pesimis pesimis jadi kebalik sekarang pola pikirnya. Alhamdulilah sekarang bisa sampai di sini...” R1. W2. b. 214-220. h. 5 Abdi dapat menjadi orang yang optimis karena ia sendiri sudah membuktikannya dalam dirinya sendiri. Setiap teori dan nasehat yang diberikan oleh orang lain ia aplikasikan dalam dirinya selangkah demi selangkah. Ada orang yang mengatakannya untuk berhasil harus berdoa dan kerja keras maka Abdipun mempraktekannya dalam kehidupannya sampai akhirnya Abdipun berhasil. Berhasil tidak hanya lepas dari kecanduan narkoba tetapi juga berhasil dalam dunia kerjanya sekarang. “...karna saya sudah membuktikan teorinya, masalah itu tadi apa apa yang diomongin orang aku cobain semua. Kalo kata orang biar berhasil berdoa, kerja keras itu aku jalanin itu apa yang orang omongin. Stepnya satu satu aku lewatin tu, kerja keras, tekun, ulet, yakin aku coba eksperimen aja dengan diriku sendiri dan ternyata bener, sebelum aku bilang ke orang aku praktekin sendiri. Nah, setelah dijajal ya memang keras, kerja keras, lumayan baru 2007 berhasil setelah 6 tahun bisa. Ya...yakin aja, kalo kita yakin jalani aja tunggu waktunya aja, sekarang sih yang aku yakini kejadian semua tinggal seberapa kita yakin, kerjain, buktinya ada...” R1. W1. b. 227-243. h.6

4. Causal Analysis