Definisi Ketergantungan Narkoba Dampak Ketergantungan Narkoba

pelarut adalah pelarut organik dan bersifat mudah menguap, seperti pelarut dalam lem, penghapus cat kuku, bensin, dan sebagainya. Kebiasaan menghirup uap zat-zat pelarut dapat menimbulkan reaksi yang sama seperti seseorang yang meminum-minuman keras. Tentu saja kebiasaan menghirup uap zat-zat pelarut, dilihat dari segi biaya adalah yang paling murah. Di dalam pemakaian, seseorang harus meningkatkan konsentrasi gas atau mengeluarkan udara atau bisa kedua-duanya. Cara yang biasa dilakukan adalah dengan jalan menghisap uap zat-zat beracun dalam kantong plastik yang ditutupkan kepala.

3. Ketergantungan Narkoba

a. Definisi Ketergantungan Narkoba

Adiksi adalah suatu keadaan yang terjadi setelah penggunaan narkoba secara berkala dan terus-menerus, apabila pemberian atau penggunaan obat tersebut dihentikan, maka menimbulkan gejala ketergantungan psikis dan jasmani Sasangka, 2003. Karena menimbulkan ketergantungan, maka WHO World Helath Organization Expert Commite pada tahun 1964, menganjurkan penggunaan istilah ketergantungan. Pada tahun 1970 istilah ketergantungan obat didefinisikan sebagai suatu keadaan, psikis kadang-kadang juga fisik, yang diakibatkan oleh interaksi antara suatu makhluk hidup dengan suatu obat, yang ditandai oleh kelakuan-kelakuan yang didorong oleh suatu hasrat yang kuat untuk terus menerus atau secara periodik menggunakan sesuatu dengan tujuan untuk menyelami efek-efeknya dan kadang-kadang untuk menghindarkan gejala-gejala tidak enak discomfort yang disebabkan obat tersebut tidak digunakan. Toleransi terhadap obat bisa timbul atau tidak timbul, sedangkan seseorang bisa tergantung pada lebih dari satu obat Supramono, 2003. Jadi ketergantungan obat secara singkat adalah suatu keadaan yang timbul karena penggunaan jenis-jenis narkoba secara berkala dan terus menerus, yang berakibat merusak diri si pengguna. Pengguna adalah orang yang menggunakan narkoba yang dalam penelitian ini akan disebut pecandu nakoba.

b. Dampak Ketergantungan Narkoba

Penggunaan Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan, yakni ketergantungan psikis dan fisik Sasangka, 2003. a. Ketergantungan psikis Seseorang menggunakan narkoba, biasanya bertujuan untuk menghindari persoalan hidup yang dihadapi dan melepaskan diri dari suatu keadaan atau kesulitan hidup. Setiap kali keadaan atau kesulitan tersebut datang kembali, pengguna harus menggunakan narkoba kembali. Kedaan terus-menerus terjadi atau berulang kembali. Akibatnya pengguna narkoba sudah tergantung dengan narkoba yang dikonsumsinya. Penggunaan narkoba tersebut yang semula dalam waktu-waktu tertentu, akhirnya menjadi kebiasaan yang tidak dapat dilepaskan drug habitual. b. Ketergantungan fisik Penghentian penggunaan narkoba akan menimbulkan gejala-gejala abstinensi suatu rangkaian gejala yang hebat. Misalnya pada obat-obata turunan morfin akan mengakibatkan ketakutan, berkeringat, mata berair, gangguan lambung, dan usus, sakit perut dan lambung, tidak bisa tidur dan sebagainya. Gejala-gejala abstinensi tersebut dapat diatasi, jika menggunakan narkoba yang sejenis. Keadaaan tersebut bisa menimbulkan kematian. Rasa khawatir mendalam akan timbulnya gejala-gejala abstinensi mendorong seorang pengguna narkoba untuk menggunakan narkoba lagi physical dependence. Jadi, keadaan jasmani pengguna akan terus menerus membutuhkan narkoba dan jika berhenti akan menimbulkan gejala-gejala abstinensi. Penggunaan narkoba dalam Sasangka, 2003 memiliki dampak tidak baik bagi individu itu sendiri maupun masyarakat. Narkoba yang disalahgunakan dapat membawa efek-efek terhadap tubuh si pemakai, yakni sebagai berikut: a. Euphoria, yakni suatu perasaan riang gembira well being, efek ini ditimbulkan dalam dosis yang tidak begitu tinggi. b. Delirium, yaitu menurunnya kesadaran mental si pemakai disertai kegelisahan yang hebat yang terjadi secara mendadak, yang menyebabkan gangguan koordinasi otot-otot gerak motorik mal coordination. Efek delirium ini ditimbulkan oleh pemakai dosis yang lebih tinggi dibanding dosis pada euphoria. c. Halusinasi, yaitu suatu kesalahan persepsi panca indera, sehingga apa yang dilihat, didengar tidak seperti kenyataan sesungguhnya. d. Drowsiness, yaitu kesadaran yang menurun, atau kesadaran antara sadar dan tidak sadar, seperti keadaan setengah tidur disertai fikiran yang sangat kacau dan kusut.

e. Collapse, yaitu keadaan pingsan dan jika si pemakai over dosis, dapat