Kontrol Impuls Analisa Data I. Responden I

kaitannya dengan kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain Reivich Shatte, 2005.

2. Kontrol Impuls

a Responden I Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri Reivich dan Shatte 2002. Abdi pada waktu masih remaja merupakan pribadi yang kurang bisa mengontrol sesuatu yang diinginkannya. Ketika ia menginginkan suatu maka ia akan langsung berusaha mendapatkannya, tanpa mempertimbangkan efeknya. Salah satu faktor risiko remaja menggunakan obat- obatan adalah kurangnya kontrol impuls dalam dirinya dan ada kecenderungan dalam dirinya untuk mencari sensasi Hawkins, dkk dalam Papalia, 2007. Alasan atau latar belakang pengguna zat adiktif berbeda-beda, namun biasanya akibat interaksi beberapa faktor. Beberapa orang memiliki resiko lebih besar menggunakannya karena sifat atau latar belakangnya yang disebut faktor risiko tinggi atau faktor kontributif, yang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor individu dan faktor lingkungan Konsensus, 2002. Salah satu faktor yang mendorong Abdi untuk menggunakan narkoba adalah faktor individu yakni dari kepribadiannya yang impulsif, tidak dapat menunda suatu keinginan. Individu yang memiliki kemampuan kontrol impuls yang rendah, cepat mengalami perubahan emosi yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan perilaku mereka. Mereka menampilkan perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif, dan berlaku agresif Reivich dan Shatte, 2002. Selama Abdi menjadi pemakai aktif, ia merupakan pribadi yang selalu melakukan apa yang ada dipikirannya tanpa pikir panjang. Pada saat menginginkan obat-obatan maka ia akan langsung mencarinya dan menggunakannya. Ia selalu menuruti emosi dalam dirinya tanpa mempertimbangkan baik-baik efek yang akan ditimbulkannya. Hal tersebut pernah terjadi pada suatu ketika Abdi berkendaraan di jalan, lalu tersenggol kendaraan lain, langsung spontan Abdi membentak orang-orang yang menyenggol tersebut. Perubahan Abdi dalam hal mengontrol diri banyak didapatkan sejak bergabung di PMI. Di PMI Abdi melakukan banyak kegiatan menolong orang lain yang sedang dalam kesusahan. Ada banyak korban yang ditolong oleh Abdi, mulai dari korban kecelakaan lalu-lintas, korban kebakaran, korban bencana alam, korban narkoba dan lain-lain. Ketika Abdi menjalankan tugasnya ia merasa senang, ia merasa hidupnya berguna bagi orang lain. Abdi menikmati apa yang dikerjakannya, karena ia merasa dihargai oleh orang yang ditolongnya. Setelah menolong orang lain ia mendapatkan apresiasi, sekalipun hanya berupa ucapan terimakasih. Nilai penghargaan inilah yang tidak didapatkan Abdi dahulunya selama masih menjadi pecandu. Selain itu, kepuasan setelah menyelamatkan orang lain juga merupakan suatu nilai khusus dalam dirinya yang membuat hidupnya lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bastaman 2007, bahwa makna hidup adalah hal-hal yang dipandang penting, dirasakan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan the purpose in life. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini berarti dan biasanya mereka yang menemukan dan mengembangkannya akan terhindar dari keputusasaan. Makna hidup dan hidup bermakna dapat dicapai melalui karya bermanfaat dan kebajikan bagi orang lain, meyakini, dan menghayati keindahan, kearifan dan cinta kasih, serta mengambil sikap yang tepat atas penderitaan yang tidak dapat terhindarkan lagi. Sejak bergabung dalam PMI Abdi semakin banyak belajar bagaimana mengontrol diri ketika menginginkan sesuatu. Abdi belajar bagaimana mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepentingan sendiri. Setelah hampir sepuluh tahun bekerja di bidang sosial, Abdi merasa bahwa segala sesuatu harus dipertimbangkan dengan matang. Sudah mulai memahami mana yang benar dan mana yang salah. Abdi juga sudah mulai memikirkan bagaimana dampaknya terhadap orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte 2002, yang menyatakan bahwa mengontrol diri dapat dilakukan dengan menguji keyakinan individu dan mengevaluasi kebermanfaatan terhadap pemecahan masalah. Individu dapat melakukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat rasional yang ditujukan kepada dirinya sendiri, seperti ‘apakah penyimpulan terhadap masalah yang saya hadapi berdasarkan fakta atau hanya menebak?’, ’apakah saya sudah melihat permasalahan secara keseluruhan?’, ’apakah manfaat dari semua ini?’. Abdi saat ini telah memiliki kontrol impuls yang baik, hal tersebut terlihat dari segala aspek kehidupannya di keluarga, tempat bekerja, dan dalam setiap keputusan yang diambilnya. Sebelum membeli suatu barang misalnya, ia akan selalu terlebih dahulu mempertimbangkan sejauh mana kepentingan barang tersebut. Ketika ia terpancing untuk emosi, maka ia akan memikirkan kapan saat yang tepat dan bisa menahan untuk tidak meledak-ledak dan menuruti keinginannya sendiri. b Responden II Irfan menggunakan narkoba awalnya karena melihat teman-temannya menggunakan dan ia ditawari oleh teman-temannya tersebut. Sesuai dengan yang dikemukakan Papalia 2007, bahwa remaja akan lebih rentan terhadap pengaruh teman sebaya. Mulai dari mencoba-coba akhirnya ketagihan, karena obat-obatan tersebut mengubah sistem yang ada di otak yang membuat tubuh menjadi ketergantungan terhadap obat tersebut secara fisiologis dan psikologis. Masa penggunaan Irfan sebagai pemakai aktif mulai dari kelas 2 SMA sampai kuliah semester 4. Selama masa pemakaian narkoba tersebut, Abdi tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.karena ia sudah mengalami adiksi. Secara fisik Irfan akan mengalami adanya gangguan dalam tubuhnya seperti mata berair, tidak bisa tidur, tidak selera makan, dan mual jika tidak menggunakan, sedangkan secara psikis akan ada suatu rasa rindu dalam pikiran untuk menggunakan kembali. Kondisi yang demikian membuat Irfan tidak dapat mengontrol penggunaannya akan narkoba. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sasangka 2003 bahwa adiksi adalah suatu keadaan yang terjadi setelah penggunaan narkoba secara berkala dan terus menerus, apabila pemberian atau penggunaan obat tersebut dihentikan, maka menimbulkan gejala ketergantungan psikis dan jasmani. Ketergantungan psikis terjadi ketika penggunaan narkoba tersebut yang semula dalam waktu-waktu tertentu, ahhirnya menjadi kebiasaan yang tidak dapat dilepaskan drug habitual. Ketergantungan fisik terjadi ketika penghentian penggunaan narkoba menimbulkan gejala-gejala abstinensi. Kehidupan Abdi sebagai pecandu berdampak terhadap kehidupan sosialnya, baik itu terhadap keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Abdi menjadi pribadi yang tidak peduli dengan orang lain, semaunya saja, dan hanya memikirkan diri sendiri. Bahkan, melakukan berbagai cara demi mendapatkan narkoba untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Reivich dan Shatte 2002, yang menyatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan kontrol impuls yang rendah, cepat mengalami perubahan emosi yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan perilaku mereka. Mereka menampilkan perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif, dan berlaku agresif Sejak Irfan memilki niat dari dalam diri sendiri untuk lepas dari narkoba, maka ia mulai berusaha untuk melawan ketergantungannya terhadap narkoba dan mengikuti proses pemulihan di rehabilitasi dengan baik. Selain itu, ia juga mendapatkan dukungan dari keluarganya selam dalam proses pemulihan. Hal tersebut senada dengan prinsip yang dikemukakan dalam principles of drug addiction treatment 2009, bahwa keberhasilan suatu treatment tergantung pada individu dan program. Faktor individu termasuk motivasi dari dalam diri sendiri untuk mengubah perilaku, dukungan dari keluarga, dan pengaruh dari hal-hal lainnya. Sedangkan dari programnya adalah bagaimana terapis menjalin hubungan baik dengan pecandu. Setelah Irfan pulih dari kecanduan narkoba maka ada sebuah hasrat akan kehidupan yang lebih baik lagi. Pada saat ini ia sudah mulai bisa mengontrol dirinya untuk tidak kembali lagi menggunakan narkoba. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte 2002 bahwa kontrol impuls adalah kemampuan individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri.

3. Optimisme a. Responden I