Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku ibu dalam pemberian
makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan.
1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perilaku ibu dalam pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan di
Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan.
1.3.1 Tujuan khusus
a. Karakteristik responden meliputi usia ibu, usia bayi, suku, pendidikan, penghasilan per bulan, pekerjaan ibu, usia bayi waktu pertama kali
diberikan makanan tambahan. b. Mengidentifikasi jenis pemberian makanan tambahan pada bayi usia
kurang dari enam bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan.
c. Mengidentifikasi jumlah pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar
Medan.
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
d. Mengidentifikasi waktu pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar
Medan. e. Mengidentifikasi frekuensi pemberian makanan tambahan pada bayi usia
kurang dari enam bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan.
f. Mengidentifikasi alasan ibu memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar
Medan. g. Mengidentifikasi resiko pemberian makanan tambahan pada bayi usia
kurang dari enam bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi perawat yang bekerja di rumah sakit maupun perawat di
instansi lain supaya dapat meningkatkan mutu dan memotivasi ibu untuk tidak memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan.
1.4.2 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah studi kepustakaan dan menjadi suatu masukan yang berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan
dan bidang kesehatan lainnya mengenai pemberian makanan tambahan pada bayi
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
sesuai dengan usianya dan tidak memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan.
1.4.3 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan informasi bagi penelitian selanjutnya yang memiliki topik dan ruang lingkup terkait
penelitian tentang perilaku ibu dalam pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan.
.
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku 2.1.1 Defenisi Perilaku
Perilaku menurut Skinner 1938 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003 adalah hasil hubungan antara rangsangan stimulus dan tanggapan respons.
Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skinner ini disebut sebagai
teori ”S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon Notoatmodjo, 2003. Skinner membedakan adanya dua jenis respon, yaitu Responden respons
dan Operant respons. Responden respon adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu yang menimbulkan respon yang bersifat relatif tetap misalnya
makanan yang lezat dan beraroma akan merangsang keluarnya air liur. Operan respon adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh rangsangan
tertentu karena bersifat memperkuat respon. Operan respon merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia, serta kemampuan untuk dimodifikasi sangat besar
dan tidak terbatas Suliha, 2001.
2.1.2 Domain Perilaku
Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Dengan
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai cakupan yang sangat luas Notoatmodjo, 2003.
Benyamin Bloom 1908 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003 seorang ahli psikikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu dalam tiga domain,
ranah atau kawasan yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan yakni: a. Kognitif pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan
yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Afektif sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Seperti halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. c. Psikomotor tindakan atau praktek
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan atau perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
dan dukungan dari pihak lain. Dalam praktek atau tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan antara lain: persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adopsi.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku dapat terbentuk karena berbagai pengaruh atau rangsangan berupa pengetahuan dan sikap, pengalaman, keyakinan, sosial,
budaya, sarana fisik. Pengaruh atau rangsangan itu bersifat internal dan eksternal, dan diklasifikasikan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu: faktor
predisposisi, faktor pemungkin, faktor pendorong atau penguat. a. Faktor Predisposisi Predispossing factors; merupakan faktor internal yang ada
pada diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, dan
keyakinan. b. Faktor Pemungkin Enabling factors; merupakan faktor yang memungkinkan
individu berperilaku karena tersedianya sumber daya, keterjangkauan, rujukan dan keterampilan.
c. Faktor Pendorong atau Penguat Reinforcing factors; merupakan faktor yang memungkinkan perilaku seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan,
teman sebaya, orang tua dan majikan.
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
2.2 Makanan Tambahan 2.2.1 Defenisi Makanan Tambahan
Makanan tambahan pada bayi adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak berusia 6-24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI Depkes RI, 2006. Makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI oleh karena ASI merupakan makanan
alami pertama untuk bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang- kurangnya sampai usia 6 bulan WHO, 2003. Makanan tambahan atau makanan
pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi
selain dari ASI Dinkes propinsi, 2006. Makanan tambahan pada bayi adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6-24 bulan
Krisnatuti, 2000. Menurut Depkes RI 2004 menyatakan bahwa makanan tambahan atau
makanan pendamping ASI MP-ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai
umur 6–24 bulan, dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga, pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap
baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI.
Istilah untuk makanan pendamping ASI bermacam-macam yakni makanan pelengkap, makanan tambahan, makanan padat, makanan sapihan, weaning food,
makanan peralihan, beiskot istilah dalam bahasa Jerman yang berarti makanan selai dari susu yang diberikan pada bayi. Keseluruhan istilah ini menunjuk pada
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
pengertian bahwa ASI maupun pengganti ASI PASI untuk berangsur diubah ke makanan keluarga atau orang dewasa Depkes RI, 2004.
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Pemberian Makanan Tambahan
Tujuan pemberian makanan tambahan pada bayi diantaranya untuk melengkapi zat-zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi akan semakin
meningkat sejalan dengan bertambahnya usia bayi atau anak, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai
bentuk, tekstur dan rasa, melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi, serta mengembangkan kemampuan untuk mengunyah
dan menelan bayi Depkes, 1992. Pemberian makanan tambahan pada bayi juga bertujuan untuk melengkapi
ASI mixed feeding dan diperlukan setelah kebutuhan energi dan zat-zat gizi tidak mampu dipenuhi dengan pemberian ASI saja. Pemberian makanan tambahan
tergantung jumlah ASI yang dihasilkan oleh ibu dan keperluan bayi yang bervariasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya diantaranya untuk
mempertahankan kesehatan serta pemulihan kesehatan setelah sakit, untuk mendidik kebiasaan makan yang baik mencakup penjadwalan waktu makan,
belajar menyukai, memilih dan dapat merugikan karena tumbuh kembang bayi akan terganggu Sembiring, 2009. Pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak Krisnatuti, 2000.
Makanan tambahan pada bayi bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan
tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar untuk mengunyah dan menelan makanan padat, serta membiasakan selera-selera baru
Sohardjo, 1992.
Pemberian makanan tambahan dilakukan secara bertahap untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima
bermacam-macam makanan. Pemberian makanan tambahan harus bervariasi, dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat,
makanan lembek dan akhirnya makanan padat Sulistijani, 2001.
2.2.3 Komposisi Makanan Tambahan
Bahan makanan tambahan pada bayi dibedakan atas 2 golongan yaitu hewani dan nabati. Golongan hewani terdiri dari ikan, telur, daging. Golongan
nabati terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran, padi-padian Baso, 2007. Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang mengandung sejumlah kalori
atau energi karbohidrat, protein dan, lemak, vitamin, mineral dan serat untuk pertumbuhan dan energi bayi, disukai oleh bayi, mudah disiapkan dan harga
terjangkau Judarwanto, 2004, makanan harus bersih dan aman, terhindar dari pencemaran mikroorganisme dan logam, serta tidak kadaluwarsa Kepmenkes RI,
2007. Karbohidrat diperlukan sebagai sumber energi yang paling murah. Untuk
mencukupi kebutuhan energi dianjurkan sekitar 60-70 energi total berasal dari
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
karbohidrat. Pada ASI dan sebagian besar susu formula bayi, 40-50 kandungan kalorinya berasal dari karbohidrat terutama laktosa Krisnatuti, 2000.
Protein ASI rata-rata sebesar 1,15g100ml sehingga apabila bayi mengkonsumsi ASI selama 4 bulan pertama sekitar 600-900mlhari.
Bertambahnya usia bayi maka suplai protein yang dibutuhkan oleh bayi semakin meningkat. Pertambahan protein pada bayi yang diberi makanan tambahan ASI
untuk pertama kalinya usia 6-12 bulan pertambahan proteinnya tidak terlalu besar. Setelah menginjak usia satu tahun bayi membutuhkan protein sekitar dua
kali lipat pada masa sebelumnya Krisnatuti, 2000. Kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati yang baik untuk bayi dan sebagai bahan campurannya
digunakan tempe kedelai, kacang tanah, dan tempe koro benguk Baso, 2007. Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi cukup tinggi. Lemak
berfungsi sebagai sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, serta pemberi rasa gurih dan sedap pada makanan. Apabila energi dan protein
sudah terpenuhi maka kecukupan gizi lemak yang dianjurkan tidak dicantumkan karena secara langsung kecukupan lemak sudah terpenuhi Krisnatuti, 2000.
Vitamin yang dibutuhkan terdiri dari vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak terdiri atas vitamin
A, D, E, dan K, sedangkan vitamin yang larut dalam air terdiri dari vitamin C, B1, riboflavin, niasin, B6, B12, asam folat, dan vitamin lain yang tergolong vitamin B
kompleks Krisnatuti, 2000. ASI tidak mengandung vitamin D dalam konsentrasi yang dibutuhkan bayi. Vitamin ini secara alami dihasilkan oleh kulit ketika
terpapar sinar matahari, dan bila bayi dibiarkan sering berjemur di daerah panas
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
atau matahari beberapa kali seminggu maka kulitnya akan menghasilkan semua vitamin D yang dibutuhkan bayi Satyanegara, 2004.
Mineral dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Unsur Fe besi dan I iodium merupakan dua jenis mineral bayi yang jarang terpenuhi yang
mengakibatkan anemia dan gondok. Bayi tidak dilahirkan dengan cadangan zat besi yang memadai yang akan melindungi bayi dari anemia. Jika bayi diberi ASI,
terdapat cukup zat besi yang dapat diserap baik untuk memberikan pasokan yang memadai pada bayi sehingga tidak dibutuhkan tambahan. Setelah bayi berusia
enam bulan, bayi harus mulai diberikan makanan yang mengandung zat besi sereal, daging, sayuran hijau, yang dapat menjamin pasokan zat besi yang
mencukupi untuk pertumbuhan yang sehat Satyanegara, 2004. Jenis mineral lainnnya yang dibutuhkan bayi seperti kalsium, fosfor dan seng Krisnatuti, 2000.
Menurut Cameron dan Hofvander 1983 dam Krisnatuti 2000, campuran bahan pangan untuk makanan bayi terdiri dari dua jenis:
- Campuran dasar basic mix, terdiri dari serealia biji-bijian atau umbi-
umbian dan kacang-kacangan. Campuran ini belum memenuhi kandungan zat gizi yang lengkap sehingga masih perlu tambahan zat gizi lainnya seperti
zat vitamin dan mineral. -
Campuran ganda multi mix terdiri dari makanan pokok sebagai bahan pangan utama dan merupakan sumber karbohidrat seperti serealia; lauk-
pauk hewani ataupun nabati sebagai sumber protein, misalnya susu, daging, sapi, ayam, ikan, telur, dan kacang-kacangan; sumber vitamin dan
mineral, berupa sayuran dan buah-buahan yang berwarna terutama hijau tua
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
dan jingga, dan tambahan energi berupa lemak, minyak, atau gula yang berfungsi untuk meningkatkan kandungan energi makanan campuran.
2.2.4 Jenis Makanan Tambahan a. Makanan Tambahan Lokal
Makanan tambahan lokal adalah makanan tambahan yang diolah di rumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat,
mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi oleh bayi. Makanan tambahan lokal ini disebut
juga dengan makanan pendamping ASI lokal MP-ASI lokal Depkes RI, 2006.
Pemberian makanan tambahan lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain ibu lebih memahami dan terampil dalam membuat makanan tambahan
dari pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian makanan tambahan secara mandiri,
meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti Posyandu, memiliki potensi meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui penjualan hasil pertanian, dan sebagai sarana dalam
pendidikan atau penyuluhan gizi Depkes RI, 2006.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan makanan bayi di rumah diantaranya menyiapkan makanan bayi dengan mengikuti cara-cara yang bersih
dan higiene, menggunakan bahan makanan yang segar dan beku, melakukan metode masak yang baik diantaranya pengukusan lebih baik dari perebusan dan
penyaringan lebih baik dari penggorengan, menambahkan sedikit gula bila dibutuhkan dan tidak memberikan madu pada tahun pertama usia bayi karena ada
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
kemungkikann madu mengandung Clostridium botulinum yang tidak aman bagi bayi, menghaluskan atau membuat pure bubur buah segar yang telah dicuci
bersih dan dikupas seperti pisang, pepaya, pir dan melon, serta makanan bayi yang dimasak di rumah dapa segera dibekukan atau disimpan dalam wadah tertutup dan
disimpan di dalam lemari es selama satu atau dua hari kemudian dipanaskan dan segera diberi kepada bayi Krisnatuti, 2000.
Tabel 2.1 Pengenalan Makanan Sesuai Usia Anak Usia
Sereal Gandum
Sayuran Buah
Daging Protein
Susu Produk
Susu Kacang-
kacangan biji-bijian
Penyajian
0-6 bulan
ASIASI PERAH Langsung
dari ibu atau diberi dengan
sendok.
6 bulan
- beras putih
- beras merah
- ubi kuning
- labu parang
- pisang - pear
- apel - alpukat
- pepaya belum
belum - kacang
hijau Dimasak dan
dihaluskan puree atau
saring 1 sendok
makan
7 bulan
sama - kentang
- ketimun - timun
suri - blewah
- tahu - tempe
- daging ayam
- hati ayam
belum - kacang
hijau Dimasak dan
dihaluskan puree atau
saring gunakan
sendok
8-9 bulan
- gandum -crackers
- roti gandum
- teething biscuits
- pasta mie
macaroni yang
tidak ada telur
- bit - lobak
- wortel - sawi
hijau - bayam
- brokoli - kol
asparagus - kacang
kedelai - mangga
- peach - aprikot
- daging sapi
- kalkun - kuning
telur - keju
cheddar - yogurt
bayi - rempah-
rempah alami yg
tdk menyengat
Dimasak dicincang
halus. Mulai finger
food Mulai bisa
minum dengan
training cup
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
Lanjutan Tabel 2.1 10-
12 bulan
- pasta mie
yg tdk ada
telur - buncis
- kacang panjang
- kacang kapri
- kacang kedelai
- jus sayuran
- nanas - kiwi
- melon - kuning
telur - keju
cheddar - yogurt
bayi - rempah-
rempah alami
Sayuranbuah yg dimasak
dan dipotong kecil
Makanan yang mudah
meleleh di mulut
12- 24
bulan Semua - jagung
- tomat - seledri
- daun slada
- bawang bombay
- sayuran yang
dimakan tanpa
dimasak - buah
sitrus: jeruk,
lemon, jeruk bali,
jeruk limo, dll
- Buah berri:
strawberi, raspberi,
- kurma - cherry
- anggur dipotong
empat - daging
babi - ham
- ikan - putih
telur - telur
utuh - susu
sapi segar
- susu - yogurt
plain - susu
bubuk biasa
non formula
- ice cream
- cottage cheese
- madu - selai
kacang - rempah-
rempah lainnya.
Makan makanan
keluarga yg di potong-
potong atau tumbuk kasar
Mulai menggunakan
alat makan sendiri
Sumber : Safitri, 2007
b. Makanan Tambahan Olahan Pabrik
Makanan tambahan hasil olahan pabrik adalah makanan yang disediakan dengan olahan dan bersifat instan dan beredar dipasaran untuk menambah energi
dan zat-zat gizi esensial pada bayi Depkes RI, 2006. Makanan tambahan pabrikan disebut juga makanan pendamping ASI pabrikan MP-ASI pabrikan
atau makanan komersial. Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran instan atau biskuit yang dapat dimakan secara langsung atau
dapat dijadikan bubur Krisnatuti, 2000.
Sunaryo 1998 dalam Krisnatuti 2000 menyatakan bahwa untuk membuat makanan bayi harus memenuhi petunjuk dan mempertimbangkan hal-hal berikut:
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
- Formula
Formula harus dibuat berdasarkan angka kecukupan gizi bayi dan balita, bahan baku yang diizinkan, kriteria zat gizi protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
dan mineral. -
Teknologi proses Pemilihan teknologi proses berkaitan dengan spesifikasi produk yang
diinginkan, tingkat sanitasi dan higienitas yang dikehendaki, faktor keamanan pangan, serta mutu akhir produk.
- Higiene
Produk jadi makanan tambahan ASI harus memenuhi syarat-syarat seperti bebas dari mikroorganisme patogen, bebas dari kontaminan hasil pencemaran
mikroba penghasil racun atau alergi, bebas racun, harus dikemas tertutup sehingga terjamin sanitasinya dan disimpan di tempat yang terlindung.
- Pengemas
Kemasan yang dipakai harus terbuat dari bahan yang kuat, tidak beracun, tidak mempengaruhi mutu inderawi produk dari segi penampakan, aroma, rasa
dan tekstur, serta mampu melindungi mutu produk selama jangka waktu tertentu. -
Label Persyaratan label makanan bayi harus mengikuti codex standard 146-1985,
dengan informasi yang jelas, tidak menyesatkan konsumen, komposisi bahan- bahan tercantum dalam kemasan, nilai gizi produk dan petunjuk penyajian.
Makanan tambahan pabrikan seperti bubur susu diperdagangkan dalam keadaan kering dan pre-cooked, sehingga tidak perlu dimasak lagi dan dapat
diberikan pada bayi setelah ditambah air matang seperlunya. Bubur susu terdiri
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
dari tepung serealia seperti beras, maizena, terigu ditambah susu dan gula, dan bahan perasa lainnya. Makanan tambahan pabrikan yang lain seperti nasi tim
yakni bubur beras dengan tambahan daging, ikan atau hati serta sayuran wortel dan bayam, dimana untuk bayi kurang dari sepuluh bulan nasi tim harus disaring
atau diblender terlebih dahulu. Selain makanan bayi lengkap bubur susu dan nasi tim beredar pula berbagai macam tepung baik tepung mentah maupun yang sudah
matang pre-cooked Pudjiadi, 2000.
2.2.5 Jumlah, Waktu dan Frekuensi Pemberian Makanan Tambahan
Keragaman aneka sumber makanan dapat diperkenalkan setelah bayi berusia setelah enam bulan. Beberapa sumber makanan yang dapat diperkenalkan yaitu
sumber karbohidrat seperti nasi, ubi jalar, singkong, jagung, kentang, terigu. Aneka sayuran dan buah-buahan pada tahap usia ini dihindari konsumsi buah
yang memiliki sifat merangsang peningkatan asam lambung seperti nangka dan durian, kacang-kacangan, dan aneka sumber hewani seperti telur, ayam, sapi, dan
ikan Dep. Pertanian, 2008. Jumlah energi yang diperlukan oleh bayi dan anak berdasarkan kelompok umur oleh Brown dkk 1995, dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Estimasi Jumlah Energi yang dibutuhkan dari MP ASI menurut Kelompok Usia
KEBUTUHAN USIA
6 - 8 bln 9 - 11 bln 12 - 23 bln
Asupan energi yang dianjurkan 783
946 1170
Jumlah ASI yang dikonsumsi gr24 jam 673
592 538
Asupan energi dari ASI Kkalhari 437
387 350
Energi yang dibutuhkan dari MP ASIKkalhari 346
561 820
Sumber: Brown, dkk., 1995 dalam Baso, 2007
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
Tabel di atas menggambarkan jumlah energi yang dibutuhkan sesuai usia anak dan jumlah energi yang diperoleh dari ASI menurun dari bulan ke bulan. Hal
ini menyebabkan kebutuhan energi meningkat pada setiap pertambahan usia bayi.
Jumlah zat gizi yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh bayi dapat dilihat pada setiap Recommended Dietary Allowance RDA yang telah diestimasi
berdasarkan kelompok usia, seperti tabel berikut:
Tabel 2.3 Estimasi Kecukupan Gizi Yang dianjurkan Untuk Anak Indonesia Standar Berat Badan
UMUR Tinggi Badan dan Kecukupan
Zat Gizi 0 - 6 bln
7 - 12 bln 12 - 36 bln
Berat badan kg 5,5
8,5 12
Tinggi badan cm 60
71 90
Energi Kkal 560
800 1250
Protein 12
15 23
Vitamin A RE 350
350 350
Ribovlavin mg 0,3
0,5 0,6
Niasin mg 2,5
3,8 5,4
Vitamin B12 mg 0,1
0,1 0,5
Asam Folat 22
32 40
Vitamin C mg 30
35 40
Kalsium mg 600
400 500
Fosfor mg 200
250 250
Magnesium mg 35
55 75
Besi mg 3
5 8
Seng mg 3
5 10
Lodium mg 50
70 70
Selenium mg 10
15 20
Sumber: SK. Menkes No.332MenkesSKIV1994 dalam Baso, 2007 Angka kebutuhan diatas bukanlah suatu kebutuhan minimum dan
maksimum, akan tetapi dapat dipakai untuk mengetahui tingkat konsumsi dari suatu populasi.
Beberapa contoh menu sehat makanan untuk bayi sesuai dengan kebutuhan nutrisi seperti berikut:
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
Tabel 2.4 Jadwal pemberian makanan tambahan pada bayi Rekomendasi Ikatan Dokter Anak IndonesiaIDAI
0-6 bulan 6-7 bulan
7-9 bulan 9-12 bulan
12 bulan
Pukul 06.00
ASI on demand
ASI ASIPASI
ASIPASI ASIPASI
Pukul 08.00
makan pagi
ASI on demand
Bubur susu Bubur
menuju nasi tim
Nasi tim menuju
makanan keluarga
Makanan keluarga
Pukul 10.00
ASI on demand
Buah segarbiskuit
Buah segarbiskuit
Buah segarbiskuit
Snack Pukul
12.00 makan
siang ASI on
demand ASI
Bubur menuju nasi
tim Nasi tim
menuju makanan
keluarga Makanan
keluarga
Pukul 14.00
ASI on demand
ASI ASIPASI
ASIPASI Pukul
16.00 ASI on
demand Buah
segarbiskuit Buah
segarbiskuit Buah
segarbiskuit Snack
Pukul 18.00
ASI on demand
Bubur susu Bubur
menuju nasi tim
Nasi tim menuju
makanan keluarga
Makanan keluarga
Pukul 21.00
ASI on demand
ASI ASIPASI
ASIPASI ASIPASI
Sumber : Sembiring,T. dkk., 2009
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
Tabel 2.5 Jadwal pemberian makanan tambahan menurut umur bayi, jenis makanan, dan frekuensi pemberian
Usia Bayi Jenis Makanan
Berapa kali sehari
0-6 bulan ASI
10-12 kali sehari
6-7 bulan -
ASI Saat dibutuhkan
- Buah lunaksari buah
- Bubur : bubur havermout bubur
tepung beras merah 1-2 kali sehari
7-9 bulan -
ASI Saat dibutuhkan
- Buah-buahan
- Hati ayam atau kacang-kacangan
- Beras merah atau ubi
- Sayuran wortel, bayam
- Minyaksantanadvokad
- Air tajin
3-4 kali
9-12 bulan -
ASI Saat dibutuhkan
- Buah-buahan
- Buburroti
- Dagingkacang-
kacanganayamikan -
Beras merahkentanglabujagung -
Kacang tanah -
Minyaksantanavokad -
Sari buah tanpa gula 4-6 kali
12-24 bulan -
ASI Saat dibutuhkan
- Makanan pada umumnya,
termasuk telur dengan kuning telurnya dan jeruk
4-6 kali
Sumber : Krisnatuti, D. Yenrina, R., 2000
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
Tabel 2.6 Makanan Tambahan Anak Usia 6-24 bulan
6 – 8 bulan 8 – 9 bulan
9-12 bulan 12 –24 bulan
Jenis 1 jenis bahan
dasar 6 bulan 2 jenis bahan
dasar 7 bulan 2-3 jenis bahan
dasar sajikan secara terpisah
atau dicampur 3-4 jenis
bahan dasar sajikan
secara terpisah atau
dicampur Makanan
Keluarga tanpa garam,
gula, penyedap,
hindari santan dan gorengan
Tekstur Semi-cair
dihaluskan atau puree, secara
bertahap kurangi campuran air
sehingga menjadi semi-padat.
Lunak disaring dan
potongan makanan yg dpt
digenggam dan mudah larut.
Kasar dicincang
Makanan yang dipotong
dpt digenggam.
Padat
Frekuensi Makan Utama: 1-2xhari
Camilan: 1 xhari Makan Utama:
2-3xhari Camilan:
1xhari Makan
Utama: 3xhari
Camilan: 2xhari
Makan Utama: 3-4x
hari Camilan:
2xhari
Porsi 1-2 st, secara
bertahap ditambahkan.
2-3 sm makanan semi
padat. Potongan
makanan seukuran sekali
gigit. 3-4 sm
makanan semi padat yang
kasar. Potongan
makanan ukuran
kecilsekali gigit.
5 sm makanan atau lebih.
ASI Sesuka bayi
Sesuka bayi Sesuka bayi
Sesuka bayi Susu
produk susu
olahan -
Belum boleh susu sapi
½ slice keju cheddar
¼ cangkir yogurt utk bayi
Belum boleh susu sapi
½ slice keju cheddar
¼ cangkir yogurt utk
bayi 1-2 porsi susu
sapi atau produk susu
olahan
Keterangan: sm = sendok makan
st = sendok teh Sumber : Safitri, 2007
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
2.3 Pemberian ASI dan Makanan Tambahan Menurut Usia Bayi 2.3.1 Pemberian ASI Eksklusif Bayi Usia 0-6 Bulan
ASI satu-satunya makanan dan minuman yang diperlukan oleh seorang bayi dalam enam bulan pertama. Tidak ada makanan atau minuman lain, termasuk air
putih, yang diperlukan selama periode ini. Susu hewan, susu formula, susu bubuk, teh, minuman yang mengandung gula, air putih, pisang dan padi-padian tidak
memiliki kandungan sebaik ASI. ASI adalah makanan yang bergizi dan berkalori tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang membantu
penyerapan nutrisi, membantu perkembangan dan pertumbuhannya, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi, antiperadangan dan zat-zat biologi aktif
yang penting bagi tubuh bayi dan melindungi bayi dari berbagai penyakit Safitri,
2007.
ASI yang diproduksi ibu mempunyai komposisi yang sempurna untuk bayinya. Tidak ada yang bisa membuat makanan yang sesempurna ini. Antibodi
yang terkandung dalam ASI dibuat khusus untuk virus dan bakteri yang dihadapi ibu dan bayinya pada saat itu. Komposisi ASI berbeda-beda mulai dari pagi
sampai malam hari, dari tegukan pertama sampai akhir setiap kali anak menyusui selalu berubah untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan bayi dengan rasa
yang dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu, sehingga setiap teguk ASI
berbeda dan sempurna untuk bayinya Safitri, 2007.
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
2.3.2 Makanan Tambahan Bayi Usia 6-9 Bulan
Pemberian ASI diteruskan serta pemberian makanan tambahan mulai diperkenalkan dengan pemberian makanan lumat dua kali sehari. Pemberian
makanan tambahan pada usia 6-9 bulan diperkenalkan karena keadaan alat cerna sudah semakin kuat. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi
ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak seperti santan atau minyak kelapa margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan
bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak Satyanegara, 2004.
Makanan yang diberikan pada bayi usia ini harus sudah bervariasi, terutama dalam memilih bahan makanan yang akan digunakan. Bahan makanan lauk pauk
seperti telur, hati, daging sapi, daging ayam, ikan basah, ikan kering, udang, atau tempe tahu, dapat diberikan secara bergantian. Kaldu sayuran dapat diganti
dengan sup kacang merah, sup kacang hijau atau sup sayuran yang diperlukan untuk membangkitkan selera makan bayi Moehji, 1998.
Antara usia 6–9 bulan, ASI atau susu formula yang diperkaya zat besi masih menjadi sumber nutrisi bagi bayi. Sebagian besar nutrisi yang diperlukan
bayi tetap berasal dari ASI dan susu formula, meskipun telah ditambahkan makanan padat ke dalam menu makan bayi. ASI menyediakan nutrisi yang
diperlukan bayi, seperti kalsium, zat besi, protein dan zinc zat seng. Pada usia ini bayi biasanya membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada yang
kandungan yang ada di dalam ASI dan susu formula dan pada usia ini, tambahan nutrisi dapat diperoleh dari makanan padat dalam porsi kecil Safitri,
2007.
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
Tabel 2.7 Makanan Tambahan pada Bayi Usia 6-8 bulan
6 bulan – MAKANAN PERTAMA Yang diberikan:
· ASI · Serealia: beras putih, beras
merah, havermuth · Sayuran: labu parang, ubi jalar,
kentang, kacang hijau, labu, zucchini
· Buah: pisang, alpukat, apel, pir Yang belum boleh diberikan:
· Daging dan makanan yg mengandung protein
· Ikan dan kerang-kerangan · Susu sapi dan produk susu
olahan Tipe:
- 1 jenis makanan - Semi cair dihaluskan atau dibuat puree
- Dimasak kecuali buah tertentu, seperti
alpukat, semangka dan pisang Frekuensi:
-
Makan besar: 1-2 kali per hari
-
Cemilan: 1 kali per hari
-
ASI: kapan saja bila diminta atau formula umumnya setiap 3-4 jam
Porsi: - Makanan: 1-2 ujung sendok teh pada
awalnya, bertahap tingkatkan sesuai bertambahnya usia dan minat bayi.
7-8 bulan – MAKANAN SEMI PADAT Yang diberikan:
· ASI · Serealia: lanjutkan pemberian
beras merah, beras putih dan havermut.
· Sayuran: asparagus, wortel, bayam, brokoli, sawi,
kembang kol, bit, lobak, kol · Buah: mangga, pir, peach,
blewah, timun suri. · Biskuit bayi.
· Daging dan makanan yg mengandung protein: ayam,
sapi, hati ayam, tahu, tempe Yang Belum Boleh Diberikan:
· Ikan dan kerang · Susu sapi produk susu
olahan Tipe:
-
1-2 macam makanan
-
Semi padat haluskan dgn saringan kawat, puree
-
Soft finger food 8 bln+
-
Dimasak kecuali buah tertentu, spt alpukat, semangka dan pisang
Frekuensi:
-
Makan besar: 2 kali per hari
-
Cemilan: 1 kali per hari
-
ASI: kapan saja bila diminta atau formula umumnya setiap 3-4 jam
Porsi:
-
3 sampai 9 sendok makan cereal, untuk 2 sampai 3 kali pemberian makan
-
1 sendok teh buah, bertahap tingkatkan menjadi ¼ sampai ½ cangkir untuk 2 sampai
3 kali pemberian makan
-
1 sendok teh sayuran, perlahan ditingkatkan menjadi ¼ sampai ½ cangkir untuk 2 sampai
3 kali pemberian makan.
-
1 sendok teh makanan sumber protein, perlahan tingkatkan menjadi 2 sm untuk 2
kali pemberian makan
Sumber : Safitri, 2007
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
2.3.3 Makanan Tambahan Bayi Usia 9-12 Bulan
Usia sembilan bulan merupakan usia peralihan kedua dalam pengaturan makanan bayi. Makanann bayi yang dulunya bertumpu pada ASI sebagai pemberi
zat gizi utama, setelah usia sembilan bulan akan beralih ke makanan sapihan dan ASI hanya sebagai pelengkap saja. Makanan sapihan penting untuk
mempersiapkan agar bayi tidak kaget dan sudah terbiasa makan makanan yang bermacam-macam dalam keluarga Moehji, 1998.
Pada umur sepuluh bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Karena merupakan makanan peralihan ke makanan
keluarga, bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, selanjutnya akan mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga. Pengenalan
berbagai bahan makanan sejak usia dini setelah bayi berusia enam bulan akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari
Satyanegara, 2004. Apabila sewaktu-waktu pemberian ASI dihentikan sama sekali, tidak akan terjadi kesulitan dalam pemberian makanan pada bayi di hari
kemudian Moehji, 1998. Bayi pada usia 9-12 bulan sangat aktif dan cenderung sulit untuk berhenti bergerak. Makanan bayi akan semakin bervariasi dan
bertekstur kasar. Frekuensi makan juga bisa ditingkatkan menjadi 2-3 kali dengan
1-2 kali makanan selingan Safitri, 2007.
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
Tabel 2.8 Makanan Tambahan pada Bayi Usia 9-12 bulan
Usia: 9 - 12 bulan Apa yang diberikan:
- ASI atau susu formula - Berassereal jenis apa saja
- Sayuran: buncis, kacang kapri, kacang panjang, labu
- Buah: nanas, kiwi, mangga, melon - Protein: daging sapi, daging ayam,
hati, kuning telur. - Produk susu olahan: keju cheddar
dan yogurt untuk bayi. - Finger food: potongan buah, biskuit
bayi. - Jus buah yang tidak asam
Yang belum boleh diberikan: - Ikan dan kerang
- Susu sapi Jenis:
· 3-4 bahan dasar sajikan terpisah atau dicampur
· Tekstur kasar dan Finger Foods · Dimasak kecuali alpukat dan pisang
matang
Frekuensi: · Makan utama: 2-3 kali per hari
· Cemilan: 2 kali per hari · ASI sekehendak.
Porsi: · Yogurt 50 ml, keju ukuran 1 kartu
domino. · ¼ - ½ cangkir berascereal
· ¼ - ½ cangkir buah · ¼ - ½ cangkir sayuran
· 18 - ¼ cangkir sumber protein. · 50 ml jus buah
Sumber: Safitri, 2007
2.3.4 Makanan Tambahan Bayi usia 12-24 bulan
Pemberian ASI tetap diteruskan meskipun pada periode ini jumlah ASI sudah berkurang. Pemberian makanan tambahan ASI atau pemberian makanan
keluarga sekurang-kurangya 3 kali sehari dengan porsi sebagian makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu pemberian makanan selingan tetap
diberikan 2 kali sehari. Variasi makanan perlu diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan Makanan, misalnya nasi diganti dengan mie, bihun, roti, dan
kentang; hati ayam diganti dengan tahu, tempe, kacang hijau, telur dan ikan; bayam diganti dengan daun kangkung, wortel, dan tomat; bubur susu diganti
dengan bubur kacang hijau, bubur sumsum, dan biskuit. Penyapihan anak
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
dilakukan secara bertahap dan tidak tiba-tiba dengan mengurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit Satyanegara, 2004.
Tabel 2.9 Makanan Tambahan Usia 12-24 bulan
Usia 12-24 bulan Tipe:
-
4 jenis makanan atau lebih
-
Padat, makanan keluarga
-
Dimasak kecuali buah tertentu, spt alpukat,
semangka dan pisang Frekuensi:
-
Makan besar: 3-4 kali per hari
-
Cemilan: 2 kali per hari
-
ASI: kapan saja bila diminta
Kelompok Makanan
Jumlah porsi per hari
Ukuran 1 porsi Contoh Makanan
Serealia Padi-
padian 6 atau lebih
Bahan mentah: ¼ - cangkir
Bahan matang: ¼ - cangkir
Roti: ¼ - ½ iris Cracker: 2 atau 3
keping Pasta: ¼ -
cangkir Beras putihmerah,
mie, bihun, kwetiau, makaroni, pasta
lainnya, kraker, havermut, roti, dll.
Sayur dan buah
5 atau lebih Bahan matang: ¼
cangkir Cincangan, mentang: ¼
cangkir Buahsayuran potong ¼
- ½ potong Sari buah asli: 60-80 ml
Pepaya, anggur dibelah 4, strawberi,
kiwi, mangga, melon. Tomat, brokoli,
bayam, kembang kol, dll.
Susu dan produk
susu olahan 3
Susu atau yogurt: 110 ml
Keju: 14 gr Susu: UHT, susu di
pasturisasi, bubuk full cream, bubuk instant.
Yogurt, low-fat yogurt, reduced fat.
Keju: cheddar, edam, cottage, ricotta, etc.
Sumber protein
2 Daging, ikan, kerang-
kerangan: 1 - 3 sdm Telur: 1 butir
Polong-polongan, kacang-kacangan: 1 - 3
sdm Ayam, sapi,
dombakambing, ikan tuna, salmon, cod,
marlin, cumi, teri, telur, tahu, tempe
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
Lemak Sesedikit
mungkin Mentega, margarine,
minyak: 1 sdt Mentega, margarine,
minyak sayur Sumber : Safitri, 2007
2.4 Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan
2.4.1 Alasan Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan
Kehidupan masyarakat sampai saat ini masih banyak ibu yang meyakini mitos tentang menyusui sehingga dapat mengurangi rasa percaya diri ibu maupun
dukungan yang diterimanya. Mereka akhirnya memilih pemberian makanan tambahan pada bayi dibanding pemberian ASI eksklusif Hatta, 2005. UNICEF
dan WHO IDAI 2005 menyatakan ada beberapa alasan ibu tidak ingin menyusui bayinya yaitu ibu yang sudah berhenti menyusui namun tidak dapat atau ingin
menyusui lagi, ibu yang pernah mengalami stres sehingga produksi ASI berkurang tidak ingin menyusui lagi setelah keadaan ibu sudah pulih kembali,
kekurangan gizi ibu akan mengurangi produksi ASI sehingga susu formula dan makanan tambahan pada bayi menjadi jalan keluar pemenuhan nutrisi bayi, dan
bayi yang mengalami diare akan diberikan cairan tambahan yang seharusnya pemberian ASI sudah cukup. Pada pemberian makanan tambahan ASI yang
terlalu dini banyak ibu yang beranggapan bahwa bayi tidak apa-apa setelah diberikan makanan dari umur 2 atau 3 bulan sehingga hal tersebut menjadi alasan
untuk mengikuti aturan yang berlaku dalam masyarakat. Banyak juga ibu yang beranggapan jika anaknya kelaparan dan akan tidur
jika diberi makan, bayi yang diberi makan pisang sewaktu berusia 2 bulan akan
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
menjadi pintar dikemudian hari, terjadi tekanan dari lingkungan seperti pekerjaan, dan promosi produsen makanan bayi yang belum mengindahkan ASI eksklusif
selama 6 bulan Kavindra, 2006. Alasan lain yang salah dan membuat ibu tidak ingin menyusui yaitu bayi
sudah diberi air tajin sebagai pengganti ASI atau susu, susu formula atau makanan tambahan lebih mencegah bayi kurang gizi dibandingkan ASI, dan sebagian ibu
ketakutan akan perubahan bentuk dan ukuran payudara UNICEF dan WHO IDAI, 2005.
Kelompok masyarakat yang menganut pandangan bahwa bayi yang sehat adalah bayi gemuk akan terus-menerus memberikan makanan tambahan yang
berlebihan. Konsekuensi pada usia kehidupan bayi selanjutnya akan berhubungan dengan kelebihan berat badan bayi ataupun dengan adanya kebiasaan makan yang
tidak sehat Boedihardjo, 1994.
2.4.2 Resiko Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan
Pada bulan-bulan pertama, saat bayi berada pada kondisi yang sangat rentan, pemberian makanan atau minuman lain selain ASI akan meningkatkan resiko
terjadinya diare, infeksi telinga, alergi, meningitis, leukemia, Sudden Infant Death Syndrome SIDS atau sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, penyakit infeksi dan
penyakit-penyakit lain yang biasa terjadi pada bayi Safitri, D., 2007.
Resiko pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan berbahaya karena pemberian makanan yang terlalu dini dapat meningkatkan
solute load hingga dapat menimbulkan hyperosmolality, kenaikan berat badan
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
yang terlalu cepat hingga dapat terjadi obesitas, alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan yang diberikan pada bayi, bayi yang mendapat zat-
zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan pada ginjal bayi yang belum matang, dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau
zat pengawet yang membahayakan, dan adanya pencemaran dalam penyediaan dan penyimpanan makanan Pudjiadi, 2000.
Anak yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif selama 6 bulan mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar penyakit dan kondisi di bawah ini:
Tabel 2.10 Resiko pemberian susu formula sebelum bayi berusia 6 bulan Penyakit
Resiko
Alergi, eczema 2-7 kali
Infeksi Saluran Kencing 2.6 – 5.5 kali
Radang perut Inflamatory bowel disease 1.5-1.9 kali
Diabetes tipe 1 2.4 kali
Gastroenteritis 3 kali
Hodgkins lymphoma 1.8—6.7 kali
Otitis media 2.4 kali
Haemophilus influenzae meningitis 3.8 kali
Necrotizing enterocolitis 6-10 kali
Pneumonia 1.7-5 kali
Respiratory syncytial virus infection 3.9 kali
Sepsis 2.1 kali
Sindrom Kematian Bayi Mendadak Sudden infant death syndrome
2 kali Obesitas
25 Infeksi Telinga yang berulang
60 Leukemia
30 Diare
100 Infeksi pernapasan seperti asma
250 Sumber : Safitri, 2007
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
a. Resiko Jangka Pendek
- Penyakit Diare Dalam makanan tambahan bayi biasanya terkandung konsentrasi tinggi
karbohidrat dan gula yang mana masih sukar untuk dicerna oleh organ pencernaan bayi apabila diberikan terlalu dini, karena produksi enzim-enzim khususnya
amylase pada bayi masih rendah. Karena produksi enzim-enzim pencernaan masih rendah maka akan terjadi malabsorpsi di dalam organ pencernaan bayi. Akibatnya
akan terjadi gangguan gastrointestinal pada bayi yang salah satunya adalah kejadian diare. Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Bayi yang berusia lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari
3 kali sehari IKA FKUI, 2000. Selang waktu antara pemberian makanan tambahan dengan timbulnya kejadian diare antara 1-2 hari, ditandai dengan
frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali per hari, konsistensi feses encer dengan warna kuning muda dan disertai lendir. Kejadian ini dapat berlangsung
antara 2-3 hari Ngastiyah, 2002 dalam mitrariset.co.cc, 2009. Diare juga dapat diakibatkan dari makanan yang telah terkontaminasi
mikroorganisme seperti bakteri Escherichia coli dan dapat mengakibatkan terjadinya infeksi intestinal pada bayi. Suhu lingkungan dan lama waktu
penyimpanan makanan setelah dibuat juga terkontaminasi langsung dengan jumlah bakteri yang ditemukan Boedihardjo, 1994.
- Penurunan absorbsi besi dari ASI Gangguan keseimbangan zat besi pada bayi karena pemberian makanan
terlalu dini menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia. Pengenalan serealia dan
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
sayur-sayuran dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI, meski konsentrasi zat besi lebih rendah dalam ASI namun lebih mudah diserap.
Boedihardjo, 1994. Pengenalan suplemen zat besi dan makanan yang mengandung zat besi, terutama pada usia enam bulan pertama, mengurangi
efisiensi penyerapan zat besi pada bayi. Bayi yang sehat dan lahir cukup bulan yang diberi ASI eksklusif dan ASI lanjutan selama 6-9 bulan menunjukkan
kecukupan kandungan hemoglobin dan zat besi yang normal. Dalam suatu studi Pisacane, 1995 para peneliti menyimpulkan bahwa bayi yang diberikan ASI
eksklusif selama enam bulan dan tidak diberikan suplemen zat besi atau sereal yang mengandung zat besi menunjukkan level hemoglobin yang secara signifikan
lebih tinggi dalam waktu satu tahun dibandingkan bayi yang mendapat ASI tapi menerima makanan padat pada usia kurang dari enam bulan
www.sehatgroup.web.id. - Gangguan Menyusui
Pengenalan makanan selain ASI pada diet bayi berusia kurang dari enam bulan akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang
merupakan suatu resiko untuk terjadinya penurunan produksi ASI. Makanan yang telah diberikan tidak akan berperan sebagai makanan pelengkap terhadap ASI,
tetapi sebagai pengganti sebagian ASI Boedihardjo, 1994. - Penyakit Lain
Pemberian makanan tambahan ASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara higienis. Bayi
yang mendapat makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan akan lebih rentan terserang infeksi penapasan dan telinga, sembelit susah buang air
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
besar, batuk dan pilek, dan panas dibandingkan dengan yang diberi ASI eksklusif Lely, 2005 dalam mitrariset.co.cc.
Jika bayi mengalami demam, pernapasannya dapat meningkat kira-kira 2 napas per menit untuk setiap derajat kenaikan suhu. Hidung yang berair atau pilek
dapat mengganggu pernapasan karena saluran hidung sempit dan mudah penuh. Kondisi ini dapat dikurangi dengan menggunakan pelembab cool-mist dan dengan
lembut menyedot hidung menggunakan mangkuk aspirasi karet. Kadang obat tetes hidung dari larutan garam ringan digunakan untuk membantu mengencerkan
lendir dan membersihkan saluran hidung Satyanegara, 2004.
b. Resiko Jangka Panjang - Kenaikan berat badan terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas