Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
besar, batuk dan pilek, dan panas dibandingkan dengan yang diberi ASI eksklusif Lely, 2005 dalam mitrariset.co.cc.
Jika bayi mengalami demam, pernapasannya dapat meningkat kira-kira 2 napas per menit untuk setiap derajat kenaikan suhu. Hidung yang berair atau pilek
dapat mengganggu pernapasan karena saluran hidung sempit dan mudah penuh. Kondisi ini dapat dikurangi dengan menggunakan pelembab cool-mist dan dengan
lembut menyedot hidung menggunakan mangkuk aspirasi karet. Kadang obat tetes hidung dari larutan garam ringan digunakan untuk membantu mengencerkan
lendir dan membersihkan saluran hidung Satyanegara, 2004.
b. Resiko Jangka Panjang - Kenaikan berat badan terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas
Bayi yang mendapat ASI maupun yang mendapat makanan buatan mempunyai pola pertumbuhan yang sama selama tiga bulan pertama
kehidupannya, penambahan berat badan akan lebih besar pada bayi yang mendapat makanan buatan, dengan perbedaan lebih dari 410 gram lebih banyak
pada saat bayi berusia satu tahun pada bayi laki-laki dan pada bayi wanita terjadi perbedaaan lebih dari 750 gram Boedihardjo, 1994.
Kelompok masyarakat yang menganut pandangan bahwa bayi yang sehat adalah bayi gemuk, tidak berpikir bahwa pemenuhan nutrisi tidak terukur akan
dapat berperan dalam terjadinya pemberian makanan berlebihan. Makanan tambahan yang diberikan kepada bayi cenderung mengandung protein dan lemak
tinggi sehingga konsekuensi pada usia kehidupan bayi selanjutnya akan
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
berhubungan dengan kelebihan berat badan bayi ataupun dengan adanya kebiasaan makan yang tidak sehat Boedihardjo, 1994.
- Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan
Ibu yang menyusui berkepanjangan dan pengenalan makanan tambahan yang dipilih dengan hati-hati dan pemberian makanan tambahan tepat waktu akan
mempunyai peran perlindungan terhadap alergi makanan, terutama bayi yang mempunyai predisposisi ke arah gangguan alergi seperti alergi susu sapi.
Manifestasi alergi susu sapi secara klinis akan meliputi gangguan gastrointestinal, dermatologis, dan gangguan pernapasan dari berbagai tingkat berat penyakitnya
dan dapat berakibat syok anafilaktik Boedihardjo, 1994. Alergi terhadap makanan lainnya dapat terjadi seperti jeruk, tomat, ikan, telur dan serealia IKAPI,
1992. Sebagian bayi yang diberi makan dengan formula yang dibuat dari susu sapi
akan bereaksi terhadap protein-protein asing. Namun pemberian ASI yang lama mempunyai nilai pencegahan terhadap gangguan alergi terhadap berbagai
makanan Boedihardjo, 1994. Ada satu faktor fisiologis dari alergi makanan pada anak yaitu belum
matangnya usus immaturitas usus. Secara mekanis, lapisan membran yang sangat halus yang terbentang dalam usus dan peristaltik merupakan pelindung
masuknya alergen ke dalam tubuh. Pada usus yang immatur, sistem pelindung tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga menimbulkan alergen masuk
ke dalam tubuh. Untuk mencegah terjadinya alergi makanan karena immaturitas usus adalah dengan menunda pemberian makanan pada bayi di bawah usia enam
bulan, terutama pemberian makanan yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
anak. Misalnya saja telur, ikan laut dan sebagainya. Hal-hal yang menyebabkan anak menderita alergi makanan dari faktor penyakit adalah faktor genetik dan
daya tahan tubuh. Faktor genetik terjadi bila salah satu orang tua menderita alergi, kemungkinan 17-40 anak juga akan menderita alergi. Bila kedua orang tua
menderita alergi berat, kemungkinan anak-anak menderita alergi menjadi sekitar 53-70. Selanjutnya daya tahan tubuh yang menurun dapat mengurangi
pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk, termasuk alergen. Selain faktor alergen, alergi juga dipicu oleh berbagai faktor yang membuat, daya tahan
anak menurun. Misalnya saja faktor fisik seperti udara panas, udara dingin, hujan, kelelahan, olahraga dan aktivitas berlebihan Cherry,R, 2006 dalam
mitrariset.co.cc, 2009. -
Hipertensi Masukan natrium yang tinggi merupakan salah satu faktor utama penyebab
terjadinya hipertensi esensial. Kandungan natrium dalam ASI cukup rendah sekitar 15mg100ml atau 6,5mmolL. Masukan sodium dari diet bayi dapat
meningkat jika makanan tambahan telah diperkenalkan dan sesuai dengan selera ibu terhadap rasa asin. Selera rasa asin pada bayi akan terus terbentuk hingga
dewasa dan akan dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti hipertensi beberapa tahun kemudian Boedihardjo, 1994.
- Arteriosklerosis
Faktor penyebab arteriosklerosis adalah diet yang mengandung tinggi energi atau kalori, protein, kolesterol serta lemak-lemak jenuh, namun kandungan
lemak tak jenuh rendah. Bayi yang berada pada persentil tinggi kadar lemak dalam darah, akan mempertahankan kadar yang sama dalam waktu dua tahun
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
kemudian. Pemberian makanan tambahan pada bayi akan lebih baik dengan menghindari kelebihan diet yang menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan pada
kehidupan selanjutnya Boedihardjo, 1994. -
Dapat menyebabkan tingginya soluite load sehingga menimbulkan hyperosmolality
Makanan tambahan yang dibuat sendiri atau yang dibuat pabrik, mengandung kadar Natrium Chlorida NaCl tinggi yang akan menambah beban
bagi ginjal. Bayi yang mendapat makanan tambahan pada umur yang terlalu dini mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi daripada bayi yang 100
mendapat ASI sehingga mudah mendapat hiperosmolitas dehidrasi. Hiperosmolitas sebagai penyebab haus akan menyebabkan penerimaan susu dan
energi yang berlebihan pada bayi IKAPI, 1992. Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini membuka peluang
masuknya berbagai jenis makanan yang mungkin saja berbahaya atau beracun serta mengandung kuman penyakit. Sementara kemampuan dan kecepatan ginjal
untuk menyaring kotoran dan benda asing kalah cepat, maka akan terjadi timbunan kotoran di dalam ginjal yang dapat mengganggu fungsi ginjal
Cherry,R., 2006 dalam mitrariset.co.cc, 2009.
Renata Pardosi : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan, 2009.
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian