Teori Klasik J.B. Say Teori Keynes

55

4. Teori Klasik J.B. Say

Kontribusi Jean Baptise Say 1767-1832 terhadap aliran klasik ialah pandangannya yang mengatakan bahwa setiap penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri Supply creates its own demand. Pendapat Say ini disebut Hukum Say Say’ s Law. Hukum Say didasarkan pada asumsi bahwa nilai produksi selalu sama dengan pendapatan.Tiap ada produksi, akan ada pendapatan, yang besarnya persis sama dengan nilai produksi tadi. Dengan demikian dalam keadaan keseimbangan, produksi cenderung menciptakan permintaannya sendiri akan produksi barang yang bersangkutan. Dengan dasar asumsi seperti ini ia menganggap bahwa peningkatan produksi akan selalu diiringi oleh peningkatan pendapatan, yang akhirnya akan diiringi pula oleh peningkatan permintaan. Jadi, dalam perekonpomian yang menganut pasar persaingan sempurna tidak akan pernah terjadi kelebihan penawaran Excess Supply. Kalupun terjadi, sifatnya hanya sementara. Pasar lewat “tangan tak kentara” akan mengatur dirinya kembali ke arah keseimbangan Subri, 2003: 2.

5. Teori Keynes

Kaum Klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada kekuatan mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan equilibrium. Dalam posisi keseimbangan, kegiatan produksi secra otomatis akan menciptakan daya beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan . Daya beli tersebut diperoleh sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi seperti upah, gaji, suku bunga, sewa dan balas jasa dari faktor-faktor produksi lainnya. Pendapatan atas faktor-faktor produksi tersebut Universitas Sumatera Utara 56 seluruhnya akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Ini yang dimaksud Say bahwa pemasaran akan selalu berhasil menciptakan permintaan sendiri Subri, 2003:5. Dalam posisi keseimbangan tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan permintaan. Kalaupun terjadi ketidak seimbangan diseqilibrium, misalnya pasokan lebih besar dari permintaan, kekurangan konsumsi, atau terjadinya penganguran, maka keadaan ini dinilai kaum klasik sebagai suatu “tangan tak kentara” invisible hands yang akan membawa perekonomian kembali pada posisi keseimbangan Subri,2003:5. Ada dua teori penting perlu dikemukakan dalam kaitannya dengan masalah ketenaga kerjaan. Pertama adalah teori Lewis 1959 yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekerja di sector lain. Ada dua struktur di dalam perekonomian negara berkembang, yaitu sektor kapitalis modern dan sektor subsisten terbelakang. Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari sektor pertanian, tetapi juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer Koran. Dengan demikian menurut Lewis, adanya kelebihan penawaran pekerja tidak memberikan masalah bagi pembangunan ekonomi. Sebaiknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan,dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsisten ke sektor kapitalis modern berjalan lancar dan perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi “terlalu banyak”. Universitas Sumatera Utara 57 Teori kedua adalah teori Fei-Rains 1961 yang berkaitan dengan Negara berkembang yang mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sector pertanian, banyak pengaguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Penelitian Firdausy et All 2002 menunjukkan bahwa sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat banyak termasuk modal, tenga kerja, dan peranan dari institusi dalam proses pembangunan.

2.6 Penelitian Sebelumnya