34
maka Keynes merasa pemerintah perlu mempengaruhi tingkat suku bunga yang berkorelasi lansung dengan jumlah uang yang beredar yang dapat meningkatkan
permintaan efektif Jhingan,2000.
5. Teori Schumpeter 1934
Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan enterpreneurship. Sebab para pengusahalah yang
mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasikan penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi.
Menurut Schumpeter, kemajuan perekonomian kapitalis disebabkan karena diberinya keleluasaan untuk para entrepreneurship. Sayangnya keleluasaan tersebut
cenderung memunculkan masalah-masalah non ekonomi, terutama social politik yang akhirnya dapat menghancurkan kapitalis itu sendiri Jhingan,2000.
6. Teori Pertumbuhan Neoklasik
Teori pertumbuhan ekonomi Neo-klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi
menurut pandangan ekonomi klasik. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi penduduk, tenaga
kerja, dan akumulasi modal dan tingkat kemajuan teknologi. Menurut teori ini, rasio modal output bisa berubah. Dengan kata lain, untuk
menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunkan jumlah modal yang berbeda dengan yang dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang digunakan, maka lebih
banyak tenaga kerja yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
35
7. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pada dasarnya pembangunan daerah dalah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variable-variabel, seperti produksi,
penduduk, angkatan kerja, rasio modal tenaga, dan imbalan bagi faktor factor returns dalam daerah dibatasi secara jelas. Laju pertumbuhan dari daerah-daerah
biasanya diukur melalui output atau tingkat pendapatan adalah sangat berbeda-beda, dan beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang.
Pertumbuahan regional adalah produk dari banyak faktor , sebagian besifat intern dan sebagian lainnya bersifat extern dan sosio politik. Faktor-faktor yang
berasal dari daerah itu sendiri meliputi distribusi faktor produksi seperti tanah , tenaga kerja, modal sedangkan salah satu penentu extern yang penting adalah tingkat
permintaan dari daerah- daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi bukan berarti telah terjadinya pembangunan. Kriteria pendapatan perkapita sebagai dasra pengukuran pembangunan
mulai diragukan kebenarannya. Dalam keadaan demikian terjadi penyimpangan pengertian antara pertumbuahn ekonomi dengan pembangunan development.
Pertumbuhan ekonomi merupakan kondisi yang diperlukan tetapi tidak mencukupi bagi proses pembanguan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan
peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam masyarakat sebaliknya pembangunan bukan saja memerlukan peningkatan produksi barang-barang dan jasa-
jasa tetapi juga harus menjamin pembangiannya secara lebih merata kepada segenap lapisan masyarakat.
Strategi pertumbuhan ekonomi mengabaikan masalah pemerataan ini. Dengan laju pertumbuhan yang tinggi diharapkan secara otomatis akan terjadi perembesan ke
Universitas Sumatera Utara
36
bawah trickle-down effect sehingga menguntungkan juga kelompok masyarakat miskin. Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan,
dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai di lapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan
pemerintah. Pertumbuhan ekonomi harus berjalan secara beriringan dan terencana,
mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin,
tertinggal tidak produktif akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Strategi ini dikenal dengan istilah “Redistribution With
Growth” Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan
perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variable-variabel, seperti produksi, penduduk, angkatan kerja, rasio modal tenaga dan imbalan bagi faktor dan dalam
daerah dibatasi secara jelas. Laju pertumbuhan dari daerah-derah biasanya diukur menurut output atau tingkat pendapatan. Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi
regional yang lazim dikenal yaitu: a.
Export Base Models, oleh North 1955 yang kemudian dikembangkan oleh Tiebout 1956.
Mereka mendasarkan pandangannya dari sudut teori lokasi, yg berpendapat bahwa jenis keuntungan lokasi yang dapat digunakan daerah
tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi tersebut umumnya berbeda-beda setiap region dan hal ini tergantung pada keadaan geografi
daerah setempat.
Universitas Sumatera Utara
37
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi pemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis ekspor daerah yang bersangkutan
yang juga dipengaruhi oleh tingkat permintaan eksternal dari daerah-daerah lain. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan ekspor akan mengakibatkan
berkembangnya kegiatan - kegiatan penduduk setempat, perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan - keuntungan eksternal dan pertumbuhan
ekonomi regional lebih lanjut. Ini berarti bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan suatu region, strategi pembangunannya harus disesuaikan
dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.
b. Cumulative Causation Models oleh Myrdal 1975 dan kemudian
diformulasikan oleh Kaldor. Teori ini berpendapat bahwa peningkatan pemerataan pembangunan
antar daerah tidak hanya dapat diserahkan pada kekuatan pasar market mechanism, tetapi perlu adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk
program - program pembangunan regional terutama untuk daerah – daerah yang relatif masih terbelakang.
c. Core Periphery Models dikemukakan oleh Friedman 1966
Teori ini menekankan analisa pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota core dan desa periphery.
Menurut teori ini, gerak langkah pembangunan daerah perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa-desa disekitarnya. Sebaliknya corak
pembangunan pedesaan tersebut juga sangat ditentukan oleh arah
Universitas Sumatera Utara
38
pembangunan perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antar daerah spatial interaction sangat ditentukan.
Adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yakni dibedakan atas dua jenis:
1. Faktor ekonomi